Isyana meninggalkan tempat kost an tersebut dan beralih mencari kontrakan. Setelah mendapatkan tempat tinggal baru kejadian lama pun terulang kembali dan dia pun harus terusir lagi. Isyana tetap tidak putus asa untuk mencari kontrakan lagi namun ketika mendapatkan kontrakan ketiganya dia sering digoda laki-laki sehingga tidak betah dan memutuskan keluar dari kontrakan tersebut sebelum istri-istri mereka menuduhnya macam-macam.
Kini Isyana melangkahkan kakinya menuju jalan raya, dia ingin mencari taksi untuk mengantarnya ke sebuah hotel. Ya untuk sementara dia memilih tinggal di hotel agar tidak ada gangguan tetangga yang akan membulinya lagi. Kalau saja dia punya uang lebih, ingin rasanya ia menyewa apartemen agar lebih nyaman.
Baru saja menyetop taksi tiba-tiba saja ada orang yang memanggilnya.
"Syasa!"
Isyana menoleh ternyata yang memanggilnya adalah Zamila. Rumana dan Zamila berjalan mendekati Isyana.
"Mau kemana kamu?" Tanya Rumana.
"Bukan urusan kalian!" jawab Isyana ketus. Rasa hormat terhadap ibu tirinya sudah hilang berganti kekecewaan yang teramat besar.
"Sudahlah lebih baik kamu pulang saja! Saya yakin ayah kamu pasti bisa memaafkan mu jika kamu benar-benar tulus meminta maaf padanya dan mengakui segala kesalahanmu." Rayu Rumana.
"Cih apakah waktu itu aku tidak minta maaf? Justru kalianlah yang waktu itu mengompori ayah supaya tidak percaya padaku. Terus kalian sekarang maunya apa? Apakah kalian mau aku mengakui tuduhan kalian bahwa aku wanita nakal di hadapan ayah?" Sepertinya Isyana salah paham dengan perkataan Rumana.
"Bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya berharap supaya kamu ikut pulang bersama kami sebab ayah kamu sakit keras." Akhirnya Rumana memilih untuk berterus terang.
"Cih jadi kalian mencari ku hanya karena ayah sakit, kenapa? Karena kalian tidak ingin merawatnya bukan? Ternyata kalian hanya mau sehatnya saja kalau ayah sakit kalian malah lepas tangan."
"Kamu kalau ngomong jangan sembarangan. Kami tidak seperti itu. Kami sudah membawa ayah ke rumah sakit tetapi ayah tidak mau di opname malah ayah bersikeras ingin dirawat di rumah. Kami pun mencari mu bukan karena tidak mampu merawat ayah tapi karena semata-mata ketika ayah sedang tidur dalam sakitnya dia selalu mengigau memanggil namamu," elak Zamila.
Mendengar Zamila yang mengatakan ayahnya selalu menyebut namanya ketika mengigau hati Isyana menjadi luluh. Ternyata ayahnya masih peduli sama Isyana.
"Baiklah ayo kita pulang!"
Isyana memasuki taksi yang sedari tadi menunggunya diikuti Rumana dan Zamila.
Sampai di rumah Isyana langsung menuju kamar ayahnya. Ia menghampiri ayahnya yang terbaring di atas ranjang.
"Ayah sakit apa? Kenapa tubuh ayah kurus seperti ini?"
Mendengar suara Isyana Atmaja membuka mata. "Syasa, ini benar kamu Nak?"
Isyana menunduk. "Iya Yah. Maafin Syasa ya Yah! Selama ini Syasa tidak tahu kalau ayah sakit dan Syasa juga sudah mengecewakan Ayah dengan kehamilan ini."
"Hus, jangan ngomong begitu ayah tahu kamu tidak salah. Kamu hamil karena suatu kecelakaan kan? Maafkan ayah yang tidak mau mengerti karena waktu itu ayah terlalu emosi."
Mereka berdua berpelukan sambil meneteskan air mata karena terharu sekaligus melepaskan kerinduan karena sudah tiga bulan tidak bertemu. Isyana bersyukur ayahnya bisa mengerti keadaannya sekarang.
"Sya, bisa bantu ayah ke kamar mandi? Ayah mau pipis."
"Baik Ayah." Isyana membantu ayahnya bangun dan menuntunnya ke dalam kamar mandi.
Sebenarnya Atmaja tidaklah mengidap penyakit yang parah dia hanya demam dan stres karena ditinggal Isyana. Sedari kecil Isyana tidak pernah berpisah dengannya. Mereka adalah ayah dan anak yang akrab bahkan setelah ditinggal bundanya sekalipun keakraban mereka semakin menjadi namun hubungan ayah dan anak itu mulai renggang ketika Atmaja memutuskan menikah lagi. Ya sudah pasti ini terjadi karena ada andil dari ibu dan kakak tirinya itu.
Selama seharian itu Isyana menemani Atmaja bahkan ketika malam pun dia tetap terjaga di samping ayahnya takut ayahnya membutuhkan sesuatu.
Ketika pagi menjelang Isyana terlelap di samping ayahnya. Dia benar-benar lelah dan mengantuk. Beberapa saat tertidur tubuhnya sudah diguncang oleh Rumana.
"Bangun, bangun Syasa. Bukannya jaga ayah kamu malah tidur!"
'Eug.' Isyana melenguh namun kemudian terbangun seketika saat merasai tubuhnya diguncang dengan keras.
"Ada apa sih Bu? Syasa kan masih ngantuk."
"Enak aja ngantuk sekarang waktunya kamu masak."
Setika Isyana tersadar nyawanya yang sedari tadi belum terkumpul sempurna kini sudah kembali. Dia lalu bergegas meninggalkan kamar ayahnya.
"Ayah hari ini Syasa harus kerja!" sambil berjalan keluar kamar.
Namun tangannya dicekal oleh Rumana. "Mau kemana kamu, kamu tidak boleh keluar sebelum selesai masak!"
'Emang kamu pikir aku masih bocah kayak dulu. Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku? Baiklah aku ikuti permainanmu dulu.'
"Baiklah." Syasa mengambil ponsel dan menghubungi bosnya di kantor. Hari ini dia izin tidak masuk dulu dengan alasan sedang tidak enak badan.
Syasa melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk membersihkan diri dulu. Setelah itu baru dia memasak di dapur.
Hari ini dia memasak nasi dan sop ikan kesukaan ayahnya. Setelah masak dia memisahkan sop ikan menjadi dua wadah.
Satu wadah dia bawa ke kamar ayahnya. Tak lupa dia membawa nasi dan dua buah piring. Dia memutuskan makan bersama Atmaja di kamarnya.
Sedangkan satu wadah yang lain dia letakkan di atas meja makan tak lupa dia menaburkan banyak garam dan abon cabe di kuah tersebut.
'Rasain lho!' ucap Isyana dalam hati sambil cekikikan.
"Isyana!!!"
Ketika sedang asyik-asyiknya makan dengan Atmaja Isyana mendengar teriakan dari arah ruang makan. Dia tersenyum membayangkan wajah kakak dan ibu tirinya saat ini.
"Ada apa dengan ibu dan kakak kamu itu kok teriak-teriak ?"
Isyana menggendikkan bahu dan berucap, "Aku tidak tahu Ayah."
Sedangkan Rumana dan Zamila dengan wajah murkanya menghampiri kamar Atmaja dan langsung marah-marah.
"Kamu mau meracuni kami ya!" tuduh Rumana. Wajahnya terlihat merah mungkin karena kepedasan bercampur amarah.
"Maksud ibu apa?" Isyana pura-pura tidak mengerti.
"Kamu sengaja ya masak yang pedas-pedas dan asin buat ngerjain kami!" sekarang Zamila yang bicara.
"Yah apa masakannya pedas dan asin?" Tanya Isyana kepada sang ayah yang tentu saja dijawab gelengan oleh Atmaja karena makanan mereka sudah dipisahkan sebelum dikasih garam dan abon cabe.
Untung saja makanan keduanya sudah habis jadi Rumana tidak bisa mengecek makanan mereka.
"Tuh kan ayah bilang tidak. Kok bisa ya aku yang hamil kok malah ibu dan kakak yang seleranya jadi kacau."
"Barangkali ibu dan kakak kamu yang wakili kamu ngidam kan ada tuh orang istrinya yang hamil malah suaminya yang aneh-aneh."
"Mana ada yang kayak gitu Ayah, kalau suaminya yang ngidam mah itu masuk akal tapi kalo neneknya apalagi nenek tiri itu mah nggak masuk akal."
"Ya kan anak kamu tidak ada ayahnya jadi bisa saja kami yang mewakili." Zamila tersenyum licik rupanya dia merencanakan sesuatu.
'Ya ampun, ada rencana apa lagi sih mereka? Jangan-jangan mereka nanti minta sesuatu yang tidak masuk akal dengan alasan ngidam. Ini tidak bisa dibiarkan!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 278 Episodes
Comments
C2nunik987
selain disuruh ngurus ayahnya Isyana dijadikan pembantu lagi di rmhnya sendiri ....ayo bangkit jgn mau ditindas lagi Isyana 💪💪💪😍😍
2024-05-25
0
Femmy Femmy
ahh palingan Isyana dijadikan pembantu lagi
2024-05-06
0
Ida Lailamajenun
tumben nih bapak waras otaknya sekali kena sakit
2023-06-01
1