Sesampainya mereka di rumah sakit, Jidan memegang tangan Warres. Ia tak menyangka ibu angkat Ae-Ri tidak muda lagi, bahkan tergolong lansia.
"Nyonya tenang saja, Ae-Ri sudah ditangani dokter. Ia hanya kelelahan yang membuat maag kronisnya kambuh." ujar Jidan sambil membawanya menuju ruang VVIP.
"Putriku itu terkadang sulit sekali diatur, ia bahkan sering melewatkan jam makan membuatku semakin khawatir saja." jawab Warres.
"Aku akan menjaga putri anda jika anda percaya padaku." kata Jidan.
Warres tersenyum. "Kau memang orang baik tuan Ji."
"Panggil aku Ji saja nyonya Warres." pinta Jidan.
Warres mengangguk. "Kau sepertinya seumuran dengan Ae-Ri." ujarnya.
"Aku lebih tua satu tahun dari Ae-Ri." jawab Jidan.
Akhirnya keduanya sampai di ruang VVIP itu, Warres seketika mendekati Ae-Ri yang masih memejamkan matanya.
"Ri, ada apa nak. Kenapa kau membuatku cemas." ujar Warres.
"Anda tak perlu khawatir nyonya, Ae-Ri sedang tertidur karena obat yang diberikan dokter." ujar Kalfi. "Perkenalkan namaku Kalfi, aku direktur utama PT. SinMart, dan ini pak Robert wakil direktur PT. SinMart." sambungnya.
Warres mengangguk. "Terima kasih kalian memperhatikan putriku. Ia sudah merepotkan kalian semua."
Jidan menggeleng. "Ini semua tanggung jawab kami, karena Ae-Ri pingsan saat bekerja."
"Terima kasih sekali lagi." ujar Warres.
Pak Robert pamit kembali ke rumahnya, sedangkan Jidan dan Kalfi berbicara di depan ruangan.
*****
"Tatapan tajammu tadi jika aku tak salah mengartikan, apakah pak Robert menyukai Ae-Ri?" tanya Kalfi.
Jidan mengangguk.
Kalfi tertawa. "Pria tua yang percaya diri, Ae-Ri lebih cocok jadi putrinya ketimbang menjadi kekasihnya."
"Bagaimanapun pak Robert masih lajang." ujar Jidan.
"Kau takut kalah saing dari pak Robert." ejek Kalfi.
"Oh ayolah kak, aku tak tahu seperti apa selera Ae-Ri walaupun wanita itu pernah mengatakan tidak suka pria tua, tapi jika pak Robert terus perhatian, wanita mana yang tidak akan luluh hatinya." kata Jidan.
Kalfi menatap Jidan. "Jadi kau sudah bertanya pada Ae-Ri, pria mana yang ia suka? Ternyata kau lebih cepat dari adikmu Ji." godanya.
"Saat itu hanya berbicara omong kosong saja. Jika Jo tahu ia akan marah sampai berhari-hari." jawab Jidan.
"Jangan coba-coba berkelahi karena Ae-Ri Ji, aku tak akan sanggup melerai kalian berdua. Jika kalian lakukan itu, maka aku akan membawa om Tora. Kau tahu ayahmu seperti apa jika sudah marah." pesan Kalfi.
"Papi memang sangat menakutkan, tapi aku lebih takut jika mami yang marah. Kakak tenang saja, aku janji akan bersaing dengan adil dengan Jo, tapi walaupun pak Robert sudah tua, aku tak akan menganggapnya lawan yang mudah." ujar Jidan.
"Yakinlah, wanita imut dan cantik seperti Ae-Ri tak mungkin menyukai pak Robert." ujar Kalfi.
"Hari semakin pagi, lebih baik kita kembali ke rumah kak. Kita akan meeting dengan pemegang saham. Setidaknya kita bisa istirahat sejenak." kata Jidan.
"Kau benar, lebih baik kita pamit sekarang." ujar Kalfi seraya mengajak masuk ke ruangan.
Keduanya pamit pada Warres, wanita itu benar-benar terlihat sangat cemas.
"Nyonya, kami sebaiknya pamit. Ada pekerjaan yang harus kami selesaikan mengingat waktu semakin pagi." ujar Kalfi.
"Terima kasih pak Kalfi." jawab Warres.
"Sebaiknya anda tidur juga, aku sudah membangunkan anda tengah malam. Ae-Ri akan terbangun setelah obat itu berhenti bereaksi. Dan soal biaya rumah sakit anda tak perlu khawatir, semua ditanggung perusahaan." ujar Jidan.
"Terima kasih nak Ji, kalian hati hatilah di jalan." jawab Warres.
Keduanya mengangguk dan meninggalkan ruangan rawat. Jidan dan Kalfi pun berpisah saat sudah sampai di lapangan parkir rumah sakit menuju rumah mereka masing-masing.
*****
Kepala Jordan berdenyut saat ia terbangun dari tidurnya, ia mengingat ingat kembali kejadian semalam lalu turun dari ranjangnya menuju kamar mandi. Sudah pukul 8 pagi, ia sangat telat untuk sarapan. Setelah menyelesaikan mandinya, Jordan menuju ruang makan. Ia terkejut karena sarapan mereka belum tersentuh.
"Dimana kak Ji?" tanya Jordan.
"Tuan Ji, masih tidur tuan. Ia baru sampai dua jam yang lalu." jawab Farea pelayan mereka.
"Baru sampai dua jam yang lalu, bukankah ia pulang bersamaku?" tanya Jordan.
"Setelah anda semalam diantar pulang, tuan Ji pergi lagi. Aku dengar salah satu karyawan SinMart pingsan saat bekerja." jawab Farea lagi.
Jordan menautkan alisnya. "Sejak kapan Ji perduli dengan karyawan yang pingsan." gumamnya, lalu ia terbelalak dan membanting sendoknya.
Jordan segera ke kamar kakaknya, ia yakin karyawan yang pingsan adalah Ae-Ri, karena Jidan tak pernah perduli pada karyawan SinMart walaupun itu sekertarisnya sendiri.
Jordan mengetuk pintu kamar kakaknya, tapi tak ada jawaban. Ia membuka kamar itu yang tak terkunci dan melihat kakaknya tertidur dengan lelah. Jordan mengurungkan niatnya untuk membangunkan kakaknya. Ia keluar kamar lagi lalu mengambil ponselnya. Ia akan menghubungi pak Robert.
Setelah ia menghubungi pak Robert, ia akhirnya benar-benar tahu jika Ae-Ri yang pingsan.
Tebakanku tak mungkin meleset, sialan aku terlalu mabuk semalam. gumam Jordan.
Ia segera berpakaian lalu menuju rumah sakit tempat Ae-Ri dirawat menggunakan taksi.
*****
Jordan sampai di ruang rawat Ae-Ri, dengan ragu ia mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan dengan membawa bunga dan buah buahan.
"Selamat pagi." sapa Jordan.
"Selamat pagi juga, loh anda kembali nak Ji." jawab Warres.
"Mami ia bukan pak Ji tapi pak Jo." ujar Ae-Ri.
"Halo, aku Jordan Sin." ujarnya. "Kau sudah bisa membedakan kami Ae-Ri." sambungnya.
"Tidak juga, aku hanya menebak karena pak Ji sudah pamit pulang, tak mungkin ia kembali lagi." jawab Ae-Ri.
Jordan tertawa membuat wajahnya terlihat sangat tampan.
Ya Tuhan, yang satu senyumnya menggoda dan yang satu tawanya menggoda. Sadarlah Ae-Ri... pikirannya sendiri.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Jordan. "Nyonya apakah kedatanganku mengganggu?" sambungnya.
Warres menggeleng. "Kalian berbicaralah, aku akan keluar menemui dokter." jawabnya.
Jordan mengangguk lalu menatap Ae-Ri. "Kau belum jawab pertanyaanku."
"Aku sudah baik baik saja pak Jo. Maaf sudah merepotkan." jawab Ae-Ri.
"Sepertinya pak Ji mengurusmu dengan baik, aku baru tahu pagi ini. Sebenarnya ada apa dengan tubuhmu?" tanya Jordan.
"Hanya kelelahan dan makanku kurang teratur. Aku memiliki penyakit maag kronis." jawab Ae-Ri lagi.
"Cutilah selama satu minggu, aku akan mengaturnya." ujar Jordan.
"Terima kasih pak Jo, aku sudah mengajukan cuti dan pak Ji sudah memberikan izinnya." jawab Ae-Ri.
Wajah Jordan memerah, ia sangat kesal dengan jawaban yang diberikan Ae-Ri. Seolah-olah ia tak ada pengaruh dalam perusahaan. Ae-Ri menyadari kesalahannya, ia menatap wajah Jordan lalu tersenyum.
"Apakah anda sudah sarapan?" tanya Ae-Ri memberi sedikit perhatian agar Jordan tak tersinggung.
Jordan menggeleng. "Aku ingin sarapan tetapi setelah aku mendengar sesuatu terjadi padamu, aku langsung kemari dan meninggalkan sarapanku." jawabnya.
"Maafkan aku membuat anda khawatir." ujar Ae-Ri.
"Tak apa apa Ae-Ri, bagaimanapun kau jatuh pingsan saat bekerja. Itu sudah menjadi tanggung jawab kami." kata Jordan.
"Lebih baik nak Jo sarapan bersamaku disini." ujar Warres saat wanita itu masuk.
Jordan menatap Warres, lalu ia menatap jam tangannya. "Sepertinya aku tak sempat ikut sarapan, aku ada meeting dan harus segera kembali ke perusahaan." jawabnya. "Semoga cepat sembuh nona Ae-Ri, jaga makanmu." sambung Jordan seraya pamit.
Jordan langsung menuju perusahaan dengan taksi yang masih menunggunya.
*****
Happy Reading All...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
MiraDeN@y❤️❤️
AQ baru mampir nih,,,
lanjut baca...👍👍
2020-07-07
2
Sari Kalea
sehatt selalu thorr ,,
ditunggu kelanjutan critanya😘😘😘
2020-04-07
1