Sebagai seorang CEO, Jordan Sin memang lebih banyak turun menyelesaikan masalah di lapangan. Berbeda dengan Jidan Sin yang menyelesaikan masalah didalam perusahaan. Suara dering telpon saluran dari sekertarisnya berbunyi. Jordan menekan panggilan jawab.
"Ada apa Marie?" tanya Jordan.
"Pak Jo, pak Kalfi menunggu anda di ruang meeting." jawab Marie sekertaris Jordan.
"Masih ada waktu 15 menit lagi, suruh mereka menunggu." jawab Jordan.
Jordan Sin memang lebih sulit ditangani, ia tak akan mau ada orang yang mengatur pekerjaannya apalagi masalah waktu. Mereka harus mengalah pada pria itu. Dan lebih baik menunggu daripada ia tak jadi menghadiri meeting.
Marie sering kesulitan menangani atasannya, terkadang Marie harus membuat kliennya bersabar jika ingin bertemu Jordan Sin. Tapi kali ini seorang direktur pun harus menunggunya.
Jordan keluar dari ruangannya. "Kau sudah berapa lama bekerja denganku? Aku tak suka waktu berpikirku diganggu dengan hal seperti tadi." bentaknya.
"Maaf pak Jo, pak direktur menghubungiku karena mereka semua sudah ada di ruangan meeting." jawab Marie.
"Itu urusan mereka yang datang lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Lain kali, suruh mereka menunggu tepat waktu. Walaupun itu Presdir." ujar Jordan. Ia menatap jam tangannya. "Sudah waktunya." sambungnya seraya beranjak menuju ruang meeting.
Marie mengikuti CEO nya dari belakang dan ikut masuk ke ruangan meeting. Beberapa karyawan termasuk direktur SinMart berdiri dan menyapanya.
"Apa aku terlambat?" tanya Jordan.
Semuanya menggeleng karena memang ia datang tepat waktu.
"Silahkan anda mulai pak Kalfi." perintah Jordan.
Kalfi memulai meeting itu, ia melaporkan tentang masalah mall kedua SinMart.
"Lalu apa pekerjaan general manager disana, jika produk SinMart ada yang sudah kadaluarsa. Jika terus menerus seperti ini, kita akan mengalami kerugian hanya untuk membayar kompensasi pelanggan dan juga aparat kepolisian." bentak Jordan.
"Sepertinya ada yang ingin menghancurkan SinMart kedua kita pak. Karena produk itu ditemukan hanya satu diantara yang lain, sedangkan produk yang sama belum berada pada tanggal expied." ujar Kalfi.
"Kau sudah mengecek cctv? Adakah orang yang mencurigakan?" tanya Jordan.
"Hanya ada karyawan bagian produk itu yang menanganinya dan ia sama sekali tak membawa produk dari luar, aku curiga ini terjadi didalam gudang penyimpanan barang." jawab Kalfi.
"Kau sudah menyelidiki bagian gudang?" tanya Jordan lagi.
"Kami sudah menginvestigasi seluruh karyawan gudang, ini hasilnya." jawab Kalfi seraya menyerahkan dokumen hasil penyelidikan.
Jordan Sin melihat dokumen itu. "Kerja bagus pak direktur. Ini peringatan buat kalian, sekali lagi ada kesalahan seperti ini, aku akan memecat kalian yang berhubungan dengan masalah tersebut. Masalah kali ini biar aku yang mengatasi terlebih dahulu. Meeting selesai, kalian boleh keluar kecuali pak direktur." perintah Jordan.
Semuanya mengangguk dan meninggalkan ruang meeting termasuk sekertaris Jordan. Hanya Jordan dan Kalfi yang tersisa di ruangan tersebut.
*****
"Kau tenanglah Jo, aku akan mengawasi pria itu. Kita belum ada cukup bukti untuk menangkapnya." ujar Kalfi.
"Kakak apa tahu siapa yang menyuruhnya?" tanya Jordan.
"Apa perlu aku jawab pertanyaan itu Jo, bukankah kau tahu saingan kita hanya VilMart. Dan dari kakek kita hidup, mereka terus berusaha menghancurkan SinMart. Mereka pikir setelah kakek meninggal, kita akan mudah dihancurkan." jawab Kalfi.
"Kak Kalfi benar, tapi kita tak boleh menuduh orang tanpa bukti. Terus awasi SinMart kedua kita, aku yang akan menangani SinMart baru. Kak Ji akan menyuruh orang mengawasi SinMart pertama." ujar Jordan.
"SinMart pertama, akan sulit dimasuki saingan kita karena memang kakek menjaga mall utama itu dengan orang orang kepercayaannya. Kita harus lebih hati-hati pada cabang kedua dan ketiga Jo." ujar Kalfi.
Jordan mengangguk. "Kakak benar, perusahaan kita ini adalah perusahaan terbesar di Amerika. Jadi pesaing kita sekarang akan semakin banyak, mereka juga berusaha menghancurkan kita dengan segala macam cara."
"Kita tinggalkan soal pekerjaan, tante Sherly menghubungiku sejam yang lalu, apa kalian lagi lagi memperebutkan barang yang sama?" tanya Kalfi.
Jordan tertawa. "Mami memang keterlaluan, kami hanya tertarik pada general manager SinMart ketiga. Dan itu hanya tertarik." jawabnya.
"Jangan membuat mereka terus khawatir Jo, kau harus mengalah pada kakakmu jika menyangkut soal wanita." pesan Kalfi.
"Kenapa aku harus mengalah kak? Kami akan bersaing secara sehat, siapa yang akan dipilih Ae-Ri. Kami akan menerimanya dengan lapang dada." jawab Jordan.
"Jadi wanita itu namanya Ae-Ri. Aku akan menghukum kalian, jika kalian ribut hanya karena seorang wanita. Kalian itu tanggung jawabku." ancam Kalfi.
"Siap kak, aku tak mungkin berkelahi dengan kak Ji soal wanita." janji Jordan.
"Kau pegang ucapanmu Jo, sekarang aku akan kembali ke SinMart kedua. Kau sampaikan pada pak Presdir soal masalah produk ini. Ia sepertinya lebih khawatir dibandingkan denganmu Jo. Kakakmu itu orang yang sangat berbeda denganmu walaupun kalian adalah kembar identik." kata Kalfi.
"Baik kak, aku akan menyampaikannya langsung pada kak Ji. Hati hati dijalan." pesan Jordan.
Kalfi mengangguk seraya meninggalkan ruang meeting itu. Jordan menghela nafasnya sambil menatap meja meeting kosong itu.
Haruskah aku mengalah soal wanita? Mami sangat berlebihan, walaupun kami bersaing tapi kami tak mungkin saling membunuh. Sudahlah, biarkan saja waktu yang akan menjawabnya. pikir Jordan.
Jordan keluar dari ruangan dan menuju kantor Presdir tanpa ditemani sekertarisnya.
*****
"Selamat pagi pak." sapa Aurel sekertaris Jidan.
"Dimana pak Presdir?" tanya Jordan.
"Pak Ji ada didalam, tetapi masih ada pertemuan dengan para pemegang saham." jawab Aurel.
"Aku akan menunggu." jawab Jordan.
Aurel mengantarkan Jordan ke ruang tunggu. "Anda ingin minum apa pak?" tanyanya.
"Tidak perlu, aku akan menemui pak Ji sebentar." jawab Jordan.
Aurel mengangguk dan meninggalkan Jordan disana. Setengah jam kemudian, Jordan melihat para pemegang saham keluar.
"Ya Tuhan, ada pak Jo disini. Mengapa anda tidak masuk kedalam?" tanya pak Royal salah satu pemegang saham SinMart.
"Aku tak ingin mengganggu pertemuan kalian dengan pak Presdir." jawab Jordan.
"Baiklah, kami pamit pak Jo." ujar pak Royal.
Jordan hanya mengangguk seraya masuk ke ruangan pak Presdir tanpa mengetuk pintunya.
"Berlakulah sopan saat di perusahaan pak Jo." ujar Jidan.
Jordan tertawa. "Kau sangat serius pak Ji. Apa aku mengganggumu?" tanyanya.
Jidan menggeleng. "Aku baru selesai meeting dengan pemegang saham atas pembukaan SinMart ketiga. Ada perlu apa seorang CEO datang sendiri kemari?" tanyanya.
"Pak Kalfi meeting denganku soal masalah SinMart kedua." jawab Jordan. Ia mulai mengatakan hasil dari meeting itu.
"Apa aku perlu ikut turun dalam masalah itu?" tanya Jidan.
Jordan menggeleng. "Kami bisa mengatasinya. Aku hanya melaporkan saja padamu. Aku dan pak Kalfi akan menyelidikinya." jawab Jordan seraya berdiri ingin pamit keluar. "Oh ya kak, mami menghubungi kak Kalfi soal semalam." sambungnya seraya tertawa dan keluar dari ruang kantor Jidan.
Jidan hanya bisa menggelengkan kepalanya, adiknya selalu menganggap hal apapun dengan sepele. Jordan adalah pria yang sangat cerdas, tapi sikapnya kadang tak menunjukkan kecerdasannya. Jidan menyenderkan tubuhnya pada kursi itu. Ia lebih khawatir pada orangtuanya dibandingkan perusahaan. Tapi kali ini ia juga tak mau mengalah soal wanita itu.
Ae-Ri menghantui pikirannya sejak pertama kali mereka bertemu di SinMart kedua. Ia ingin mengenal wanita itu lebih jauh lagi, tapi ia juga akan bersaing secara sehat dengan adiknya. Ia akan menerima pilihan Ae-Ri, siapapun yang akan menjadi pilihan wanita itu.
*****
Si kembar sangat percaya diri jika Ae-Ri menyukai diantara mereka. Siapakah yang akan dekat dengan wanita itu? Ikuti terus cerita ini ya guys...
Happy Reading All...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
imasela
sehat selalu yy thor supya bisa up trus👍
2020-03-19
1