"Halo pak Robert, apakah anda masih di mall?" tanya Jidan setelah ponselnya diangkat.
"Ya pak Ji, aku masih di SinMart ketiga. Ada apa anda menghubungiku malam malam begini?" tanya pak Robert.
"Aku hanya ingin memastikan apakah general manager, ah maksudku Ae-Ri masih ada di dalam kantornya?" tanya Jidan.
"Kalau menurut jam kerja seharusnya nona Ae-Ri sudah pulang pak Ji." jawab pak Robert.
"Bisakah anda mengecek ruang kerjanya, karena ia menghubungiku berkali kali tapi aku tak mendengar dering ponselku, karena sekarang aku ada di bar bersama Jordan." pinta Jidan.
"Baiklah, nanti akan aku kabari anda pak Ji." kata pak Robert.
Jidan mematikan ponselnya dan kembali ke ruangan bar menemui adiknya.
"Kau lama sekali kak, apa minum satu gelas sudah membuatmu mabuk?" ejek Jordan.
"Sepertinya kau yang sudah mabuk Jo, lebih baik kita kembali sekarang." ujar Jidan.
"Oh ayolah kak, ini masih sore. Aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu." ujar Jordan.
"Kau sangat mabuk Jo, jika mami dan papi tahu, aku akan menjadi sambal. Ayo kita pulang." ajak Jidan lagi.
Saat ia menarik adiknya bangun, ponselnya bergetar. Ia menatap ponselnya dan mengangkatnya karena itu dari pak Robert.
"Halo, bagaimana pak?" tanya Jidan.
"Aku sedang menuju rumah sakit, nona Ae-Ri pingsan didalam kantornya." jawab pak Robert.
"Halo pak Robert, bisa keras sedikit. Aku tak bisa mendengarmu." ujar Jidan. "Ayo Jo kita keluar." ajak Jidan lagi pada Jordan.
"Aku akan mengirim pesan pada anda." ujar pak Robert seraya mematikan ponselnya.
Jidan mengajak adiknya keluar dari bar menuju mobilnya. Suara pesan masuk pada ponselnya, Jidan mendudukkan adiknya didalam mobil lalu membuka pesan dari pak Robert.
Aku menemukan nona Ae-Ri pingsan didalam kantornya, sekarang aku sedang mengikuti mobil ambulance menuju rumah sakit Santa Claus dekat SinMart ketiga.
Jidan terbelalak melihat pesannya. "Ya Tuhan, ada apa dengan wanita itu?" gumamnya.
Jidan menatap adiknya yang sudah terkapar di kursi belakang mobil. Ia harus membawa adiknya kembali ke rumah terlebih dahulu. Jidan mengemudi mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumahnya.
"Mola..." teriak Jidan pada pelayannya setelah sampai di rumahnya. "Mola..." teriaknya lagi.
"Ya tuan." jawab pelayannya.
"Kau lama sekali, bawa tuan Jo ke kamarnya. Aku ada urusan." bentak Jidan.
Ia menyerahkan Jordan pada pelayan lalu segera menuju rumah sakit tempat Ae-Ri dibawa.
*****
Ruang UGD tempat Ae-Ri masih ditangani membuat pak Robert sedikit panik. Ia terus mondar mandir di depan ruangan itu. Jidan melihat pria dewasa itu menunggu kabar dari dokter.
"Pak Robert, bagaimana keadaan Ae-Ri?" tanya Jidan.
"Untunglah anda sudah datang, aku bingung harus bagaimana. Aku menemukan wanita itu terkapar di lantai, nafasnya melemah. Tadi dokter sempat bilang, wanita itu sudah cukup lama pingsan." ujar pak Robert.
"Ini semua salahku, aku tak mengangkat ponselku. Mungkin ia berusaha menghubungiku saat merasa kesakitan. Terima kasih anda sudah membawanya ke rumah sakit, jika anda sudah tidak ada di SinMart ketiga, aku bingung harus bagaimana." ujar Jidan.
"Aku benar benar terkejut saat melihat nona Ae-Ri di lantai. Dan sekarang masih ditangani dokter, aku harap wanita itu tak apa apa, bagaimana keluarganya?" tanya pak Robert.
"Ia lebih memilih menghubungiku daripada keluarganya, artinya ia tak ingin membuat ibunya panik." jawab Jidan.
"Apakah keluarganya tinggal disini?" tanya pak Robert lagi.
Jidan menatapnya, pria itu sungguh ingin tahu tentang Ae-Ri.
Sepertinya pak Robert menyukai Ae-Ri juga, aku tak ingin menambah saingan lagi. Jordan cukup berat untukku. pikir Jidan.
"Aku tak tahu." jawab Jidan datar. "Aku akan menghubungi pak Kalfi." sambungnya.
Jidan mengambil ponselnya dan menghubungi Kalfi. Malam sangat larut, Kalfi sepertinya sudah tertidur, tapi setelah beberapa suara deringan akhirnya Kalfi mengangkatnya.
"Apa yang terjadi Ji, apa kau baik-baik saja?" tanya Kalfi.
Pria itu terdengar sangat panik karena Jidan menghubunginya tengah malam.
"Aku baik baik saja kak, hanya ada masalah dengan Ae-Ri. Wanita itu pingsan saat bekerja, sekarang aku dan pak Robert ada di rumah sakit Santa Claus." jawab Jidan.
"Oh ya ampun, aku hampir jantungan. Baiklah aku akan segera ke rumah sakit." jawab Kalfi.
"Terima kasih kak." ujar Jidan seraya mematikan ponselnya.
Beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruang UGD.
"Siapa keluarga pasien?" tanya dokter itu.
"Aku atasannya, wanita itu pingsan di kantornya." jawab Jidan.
Dokter itu mengangguk. "Nona Ae-Ri memiliki penyakit maag kronis, sepertinya ia stress dan kurang istirahat dan juga makannya kurang teratur. Ia memang sering berobat kemari. Sementara biarkan ia dirawat, aku khawatir penyakitnya lari ke tipus. Lebih baik anda menghubungi keluarganya agar ia ada yang menjaganya. Kami akan memindahkan nona Ae-Ri ke ruang rawat inap." ujarnya.
"Bawa pasien ke ruang VVIP dok, ia tanggung jawabku. Aku akan menghubungi ibunya." pinta Jidan.
Dokter itu mengangguk dan meninggalkan Jidan untuk mengurus pasien.
"Ji..." panggil Kalfi.
"Kak, untunglah kau sudah sampai. Aku akan ke rumah Ae-Ri untuk memberitahu ibunya. Tolong jaga Ae-Ri." pinta Jidan.
"Tunggu Ji, ini sudah sangat malam. Pak Robert bisakah anda menemani pak Ji ke rumah Ae-Ri?" tanya Kalfi.
Pak Robert mengangguk tapi Jidan menggeleng. "Aku sendiri saja." ujarnya sambil menatap tajam Kalfi.
Kalfi menyipitkan matanya, lalu ia mengerti tatapan Jidan. Kalfi tak bisa menahan senyumnya.
"Baiklah, kau hati hati dijalan. Pak Robert ikut aku menjaga Ae-Ri." ajak Kalfi.
Jidan dan Robert sama sama mengangguk. Jidan segera menuju rumah Ae-Ri. Saat ia sampai di jalan dimana Ae-Ri turun dari mobilnya saat itu, ia baru sadar jika ia tak tahu letak rumah Ae-Ri sebenarnya.
Bodoh sekali aku, dimana rumah wanita itu? gumam Jidan.
Ia membuka laptopnya dan mencari cv milik Ae-Ri, beruntung ia bisa menemukan alamat wanita itu. Jidan turun dari mobilnya dan menelusuri jalan setapak menuju rumah Ae-Ri. Ia berkali kali diganggu segerombolan pria, tapi setelah mendengar nama Warres yang diucapkan Jidan, seketika mereka mundur dan menunjukkan rumahnya.
Jidan akhirnya bisa menemukan rumah Ae-Ri, rumah yang terkesan mewah namun ditengah tengah pemukiman yang kumuh.
Bagaimana ada rumah cantik di tengah tengah daerah ini. Pantas saja mereka sepertinya segan terhadap nama Warres. gumam Jidan.
Jidan berkali-kali menekan bel pintu, cukup lama ia menunggu dan akhirnya wanita paruh baya keluar menemuinya.
"Apa kau tak melihat jam berapa sekarang, kau tak sopan bertamu anak muda." bentak Warres.
Jidan mundur dan meminta maaf pada wanita itu. "Aku Jidan Sin atasan Ae-Ri nyonya Warres. Maaf aku mengganggu waktu istirahat anda." jawabnya.
Warres menatap Jidan lalu terbelalak saat mengenali wajah tampan yang sering muncul di televisi. "Anda si kembar Sin itu? Tapi Ae-Ri lembur, masuklah." ajaknya saat mengetahui siapa yang ada dihadapannya.
Jidan menggeleng. "Aku datang kemari ingin mengajak anda menemui Ae-Ri, putri anda pingsan saat bekerja dan saat ini ia sedang dirawat di rumah sakit Santa Claus."
Wajah Warres memucat, ia sangat terkejut mendengar penjelasan Jidan. "Ya Tuhan, tunggu sebentar."
Wanita itu sedikit berlari dengan kakinya yang mulai renta itu, lalu kembali dengan tas tangannya dan mengunci pintu. Di dalam mobil, wanita itu terus panik. Tapi Jidan menenangkannya dan mengatakan bahwa Ae-Ri sudah baik baik saja.
*****
Happy Reading All...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Nabilah Darunara
hi kak! aku mampir. semngt upnya..
kalau ada wktu mmpir balik kenovelku yaaa
2020-06-07
1
Heppy Meylani Sembiring Milala
lanjut thor
2020-04-07
1