Flash Back On.
Empat tahun yang lalu, untuk pertama kalinya Jidan dan Jordan Sin menerima jabatan menjadi seorang Presdir dan CEO PT. SinMart. Saat itu hanya Jidan yang merasa berat mengambil alih perusahaan kakeknya. Ia merasa terbebani dengan jabatan itu di umurnya yang masih 20 tahun. Jidan keluar perusahaan tanpa menggunakan mobilnya sendiri, ia pergi naik taksi menuju bar terkenal di Amerika.
Jidan Sin menghabiskan harinya di dalam bar dan hampir tak bisa bangun karena mabuk, beban yang ia tanggung memang sangat berat. Ia harus mengurus perusahaan dengan jumlah karyawan yang hampir 500 orang. Wasiat dari kakeknya tidak bisa diganggu gugat, walaupun sahamnya dengan Jordan sama besarnya. Tapi Lee Bo Sin lebih percaya pada Jidan karena ia adalah kakak Jordan.
Pihak bar kehabisan akal untuk membuat Jidan berhenti minum, si kembar Sin memang sangat terkenal sejak media mengumumkan jabatan mereka di PT. SinMart. Akhirnya pihak bar mencari ponsel Jidan lalu menghubungi Jordan untuk menjemput kakaknya di bar.
Jordan sangat kesal karena ulah kakaknya itu, saat itu hari semakin larut. Jordan harus berkendara sendiri untuk menjemput kakaknya. Setengah perjalanan, ia melihat kecelakaan tragis tepat di depannya. Sebuah mobil menghantam keras mobil yang lainnya. Saat itu sebuah mobil truk membunyikan klakson dengan keras dan menghantam kedua mobil yang sudah bertabrakan. Kecelakaan beruntun pun terjadi.
Jordan hanya bisa tercengang melihat kecelakaan itu, tapi ia tak mau berhenti karena ia memikirkan kakaknya yang mabuk di bar. Setelah kejadian itu, ia tak bisa melupakannya.
Suatu hari Jordan berangkat meeting di luar bersama sekertarisnya Marie. Awalnya ia baik baik saja, saat di jalan ia bertemu sebuah truk dan membunyikan klakson dengan keras. Ia teringat kejadian kecelakaan tragis itu, tubuhnya bergetar hebat dan rasa panik akan dihantam mobil itu mulai menghantuinya. Ia segera menepikan mobilnya dan menarik nafasnya dalam-dalam. Walaupun Marie tak banyak bertanya tapi wanita langsung menghubungi supir pengganti karena Jordan sangat terlihat pucat.
Flash Back Off.
*****
"Mengapa kau tak mengatakannya padaku Jo? Kau harus ditangani psikiater." ujar Jidan.
"Selama bertahun-tahun ini aku tahu kita sangat sibuk mengurus perusahaan kak, aku tak ingin mengganggumu dengan masalah ini. Aku bisa menggunakan supir perusahaan." jawab Jordan.
"Kau bodoh, apa kau pikir perusahaan ini lebih penting darimu. Kau adalah adikku yang selalu bersamaku disini, aku harus. menjagamu menjalankan amanat dari papi dan mami. Kau kira merahasiakan semua ini dariku kau bisa mengatasinya sendiri." bentak Jidan.
"Kecilkan suaramu kak, kau bisa membuat sekertarisku berpikir kita sedang berkelahi lagi dan melaporkannya pada kak Kalfi." kata Jordan kesal.
"Biarkan saja kak Kalfi tahu, akulah yang menyuruh kak Kalfi mencari tahu sebab kau tak mau mengemudi. Aku curiga saat kita menuju rumah kak Kalfi, kau banyak alasan untuk tidak berkendara." ujar Jidan.
"Maafkan aku kak, tapi aku tak mau membuatmu khawatir." jawab Jordan.
"Ini yang lebih membuatku khawatir Jo, akhir akhir ini kau tak banyak bicara padaku. Kau sepertinya lebih suka menyimpan rahasia dariku. Apa semua ini karena kita menyukai wanita yang sama?" tanya Jidan.
Jordan tertawa. "Kau gila berpikir seperti itu. Aku baik baik saja kak."
"Tidak ada kata baik baik saja, besok setelah kita meeting dengan pemegang saham. Kau ikutlah denganku ke rumah sakit. Tidak ada kata TIDAK." bentak Jidan.
"Ya ya baiklah tuan Ji, aku akan mengikuti keinginanmu." jawab Jordan.
"Selesaikan pekerjaanmu." ujar Jidan seraya melangkah keluar ruangan.
"Tunggu kak." panggil Jordan.
Jidan berhenti tepat di depan pintu lalu menatap Jordan.
"Bisakah kita ke bar malam ini?" tanya Jordan.
Jidan tersenyum lalu mengangguk. Pria itu pergi menuju ruang kerjanya.
*****
Ae-Ri tak bisa berkonsentrasi saat bekerja, ia teringat senyuman Jidan Sin dan sentuhan diwajahnya. Tangan pria yang sangat lembut menyentuhnya.
Ya Tuhan aku benar benar gila memikirkan pria yang tidak bisa aku jangkau. Sadarlah Ae-Ri, pria itu tak mungkin bersamamu. gumamnya sendiri.
Suara ketukan pintu di kantornya membuat lamunannya lenyap seketika.
"Bu Ae-Ri malam semakin larut, sudah waktunya anda pulang." ujar Clara asisten managernya.
Ae-Ri menatap jam tangannya dan terkejut sudah pukul 8 malam.
"Oh ya ampun terima kasih Clara." jawab Ae-Ri.
Berapa jam aku memikirkan pak Ji, aku benar benar sudah tidak waras lagi. Pekerjaanku belum selesai tapi malam semakin larut. pikirnya.
"Clara kau pulanglah lebih dulu, aku akan menyelesaikan pekerjaan sebentar lagi." sambungnya.
Clara mengangguk dan meninggalkan general managernya.
Ae-Ri berusaha menyelesaikan pekerjaannya, ia berusaha tidak mengingat Jidan lagi. Ia menghubungi ibu angkatnya dan mengatakan ia kerja lembur. Ae-Ri bekerja tanpa makan malam.
Beberapa jam kemudian, perutnya tiba-tiba sakit. Ia memang memiliki penyakit lambung yang kronis. Ae-Ri menahan kesakitan itu, ia terus bekerja. Tapi semakin malam ia semakin kesakitan. Ae-Ri mencari obat lambungnya, ternyata obat itu tertinggal di rumahnya.
Rasa sakit itu semakin terasa, ia menekan perutnya dan mengambil ponselnya. Entah kenapa justru nomor Jidan lah yang ia tekan. Beberapa kali ia menghubungi pria itu tapi Jidan tak mengangkat ponselnya.
Jidan Sin memberinya nomor ponsel agar ia mudah menghubungi pria itu jika terjadi sesuatu. Itulah yang dikatakan Jidan Sin. Tapi pria itu mengabaikan panggilannya.
Ae-Ri menatap jam dinding, ternyata memang sudah larut. Mungkin Jidan sudah tertidur. Wanita itu bahkan tak bisa berdiri sama sekali. Ia tak mungkin menghubungi Warres dan membuat ibu angkatnya khawatir.
Ae-Ri mengerang menahan sakit dan kepalanya mulai berdenyut, pandangannya mulai gelap. Ia pun jatuh pingsan.
*****
Jidan dan Jordan terus menikmati minuman di bar. Suara musik bergema sangat keras di ruangan itu. Jidan sama sekali tak mendengar suara ponselnya yang berdering puluhan kali dari Ae-Ri.
"Berapa lama kita tak kemari kak Ji." tanya Jordan.
"Mungkin sudah 3 tahun yang lalu Jo, kita tak pernah memiliki waktu luang setelah mengurus perusahaan." jawab Jidan.
"Dan itu membuat mami sangat senang karena kita tak pernah mabuk." ujar Jordan sambil tertawa.
"Tadi aku sulit sekali mencari alasan tak bisa menghubungi mami, tapi untunglah ia memahami keinginan kita. Tapi jangan mabuk Jo, besok kita ada meeting dengan pemegang saham." kata Jidan.
"Tentu kak, aku akan membatasi minumku." jawab Jordan.
"Nikmatilah malam ini, aku tak bisa minum karena aku mengemudi." ujar Jidan.
"Oh ayolah kak, kita bisa memanggil supir pengganti. Kau temani aku minum malam ini." pinta Jordan.
"Baiklah." jawabnya.
Keduanya asyik menikmati minuman itu, lalu Jidan mengecek ponselnya dan terbelalak saat melihat puluhan panggilan tak terjawab dari Ae-Ri.
"Aku ke toilet sebentar Jo." ujar Jidan.
Jordan mengangguk dan membiarkan kakaknya pergi ke toilet.
Di dalam toilet Jidan berusaha menghubungi Ae-Ri tapi wanita itu tak mengangkat ponselnya. Rasa khawatir menyelimutinya, ia menghubungi wakil direktur yang sedang bertugas di SinMart ketiga. Ia terpaksa menghubungi pak Robert karena ia ingin tahu ada apa dengan Ae-Ri.
*****
Happy Reading All...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Bunda Ranum AT
bagus loh ceritanya tp kok like nya sedikit sih
2020-09-06
2
Nawang Wulan
semangat thor,,,😍😍
2020-04-06
2