Hari minggu, liburan di kamar membuat Nuha tiba-tiba merasa bosan, ia pun berniat keluar kamar dan turun mencari suasana yang berbeda. Bagi Ibu, kebetulan sekali Nuha turun. Ibu meminta Nuha untuk melanjutkan menggoreng perkedel karena beliau hendak segera mengantarkan pesanannya kepada pelanggan.
"Eh, Nuha cantik. Kebetulan sekali kamu turun nak"
"Ada apa Ibu?"
"Tolong lanjutin menggoreng perkedel ini donk, kan sayang kalo tidak digoreng. Sekalian nanti itu buat camilan kamu sama Kak Muha."
"Kak Muha aja ya yang goreng." Pinta Nuha mulai khawatir
"Kamu itu, kalo disuruh kerjaan dapur pasti gak mau."
"Iya iya Ibu." Jawab Nuha nurut.
"Gitu donk anak manis. Ibu mau ngantar pesanan dulu keburu dingin nanti."
Mendengar suara percikan minyak penggorengan saja sudah membuat Nuha kebingungan. Menggoreng adalah salah satu hal yang paling tidak ia sukai.
"Kakak, kamu dimana?!", Panggil Nuha celingak celinguk mencari dimana si Kakak ngeselin itu berada.
"Hmm..." Jawab Muha yang sedari tadi sudah duduk di kursi meja makan sambil tiduran menyandarkan kepalanya.
"Hmm? Gorengin donk." Pinta Nuha merajuk.
"Ogah!" Kesal Kakak.
"Apa?! Emh.. Cepatlah Kakak, keburu gosong nih minyak, eh perkedelnya, eh eh eh!" Nuha bertingkah kebingungan melihat asap keluar dari minyak penggorengan.
"Kamu ini! Kapan dewasanya sih?!"
Muha langsung bergegas mematikan kompor dan meredakan suasana.
"ceklek!", api kompor pun mati.
"Aku kan gak mau jadi orang dewasa!" Jawab Nuha sambil menggembungkan pipinya.
"Kalo gitu kenapa kamu berani pacaran?!." Bentak Kakak
"Pa- pa- pa- pa.. pacaran?"
"Tuh kan tuh, mau ngeles gimana lagi?"
"Si-si-siapa yang pacaran? Heh?", Nuha bingung.
Kakak langsung menaruh telapak tangannya di kepala Nuha, menepuknya beberapa kali kemudian menjambak poni yang terkucir itu. Dia mencabut kuncirannya dan membuat poni Nuha jatuh berantakan.
"Sekalian aja nih aku acak-acak." Geram Kakak
"Dasar anak kecil! Sini berdiri sebelah sini! Perhatikan!" Pinta Kakak serius.
Kakak hendak mengajari Nuha cara menggoreng yang baik dan aman tapi dengan bumbu kejahilannya.
"Hidupkan kompornya!" Pinta Kakak.
"Apa? Hi- hidupkan kompornya?" Nuha mulai gugup dan tidak tenang.
"HI- DUP- KAN- KOM- POR- NYA!" Kakak memperjelas lagi perintahnya.
"Iya iya, tenanglah Kakak!" Jawab Nuha sinis.
"Kamu ini yang harus tenang!" Bentak Kakak.
Nuha menyalakan kompornya dan BOOM! Api besar muncul mengagetkan dirinya. Melihat tingkah Nuha yang terkaget itu Kakak hanya memicingkan matanya heran kenapa punya adik seperti Nuha. Nuha pun merasa malu tapi dia mencoba sok percaya diri sambil nyengir.
"Hehe, gakpapa kok", jawabnya lempeng.
"Siapkan mentalmu. Rasakan suhu minyak dengan telapak tanganmu kalo sudah panas kecilkan apinya." Perintah Kakak membuat Nuha bingung.
"A- pa? Ta- tangan, begini?" Nuha gemeteran menaruh telapak tangannya di atas minyak penggorengan. Sambil menelan ludah dia merasa seperti dijahili Kakak dan perintah Kakak terasa tidak masuk akal.
Minyak pun tiba-tiba meletup, sontak dengan kagetnya Nuha jatuh ke belakang. Jantungnya berdebar kencang rasanya nyawanya hendak melayang.
"Nuha!" Teriak Kakak panik dan segera mematikan kompornya kembali.
"Kamu gak papa kan?" Kakak merasa khawatir
"Kakak jahat. Nyebelin. Aku benci!" Suara Nuha bergetar karena dia benar-benar ketakutan
"Iya-iya, maafin kakak", Kakak kemudian menepuk dahinya sendiri karena merasa bersalah. Di samping itu dia merasa lega karena Nuha masih bisa membalas perkataannya.
"Ya sudah. Kamu duduk saja. Kakak yang akan gorengin" Ucap Kakak.
"Nah gitu donk. Dari tadi kek. Mau goreng aja kok ribet amat." Ketus Nuha.
"Astaga.. masih bisa menjawab kamu yah!"
"Hemp! Salahnya sendiri", Nuha memalingkan mukanya.
Kakak pun melanjutkan menggoreng perkedel sisa buatan Ibu. Benar-benar Kakak yang multi talent. Kakak selalu bisa melakukan segalanya dan selalu terlihat keren. Tidak seperti Nuha. Dia tidak suka hal-hal yang memang tidak dia sukai, keluar dari zona nyaman dan membuat dia harus berusaha lebih itu bukan gayanya.
Sambil menaruh perkedel yang telah matang Kakak juga membuatkan minuman untuk mereka berdua. Duduk berdua di meja makan dan makan bersama membuat suasana menjadi lebih hangat.
"Tanganmu terluka?" Tanya Kakak melihat Nuha yang masih mengelus-elus telapak tangannya sendiri
"Enggak merah kok. Kayaknya gak papa sih, cuma masih sedikit perih." Jawab Nuha
"Jangan terlalu deket sama cowok", ucap Kakak tiba-tiba.
"Eh? Kami hanya berteman kok, hehe..." Nuha pun memalingkan matanya karena tidak berani menatap langsung ke arah kakak
"Oke deh, kakak percaya" Ucap kakak santai
"Kenapa tiba-tiba tanya begitu?" Batin Nuha
Kakak kemudian membayangkan dan mengingat masa lalu ketika Nuha masih usia SD kelas 1. Waktu itu ketika keluarganya berlibur di kebun binatang dan mereka sedang bersantai di sebuah taman, Muha melihat Nuha tersenyum lebar saat Nuha melihat beberapa ekor kucing sedang bermain asik di balik rerumputan. Tiba-tiba ada seorang anak laki-laki mengejek senyuman adiknya itu.
"Lihat teman-teman, giginya ompong", Anak laki-laki itu memberitahu teman-teman bermainnya dan menunjuk jari ke arah Nuha dan mentertawai si Nuha kecil.
Seketika suasana hati Nuha berubah, Nuha malu dan ingin marah. Tapi amarahnya yang tidak jelas itu jadi tidak dihiraukan oleh mereka, akhirnya Nuha menangis.
Kakak langsung menghampiri Nuha dan menepuk pundak Nuha dengan lembut dan berbisik, "Gak papa. Yuk, kita hampiri kucing itu pelan-pelan." Kata Kakak yang waktu itu sudah berusia SMP kelas 1.
Melihat Naru, membuat Muha mengingat kembali tentang anak laki-laki yang berani mengejek adiknya dan membuat adiknya itu menangis ketika masih kecil. Kakak masih belum bisa mempercayai siapa saja cowok yang dekat dengan Nuha.
Bagi Muha, Nuha adalah orang yang paling berharga dan paling dia sayangi setelah Ibu. Ayah sudah tiada dua tahun yang lalu. Muha tidak ingin melihat Ibu dan Nuha tersakiti ataupun bersedih, sehingga dia pun juga belum ingin punya pacar.
"Kamu itu belum pantas pacaran. Hatimu tidak akan kuat merasakannya. Berteman boleh. Tapi gak boleh berlebihan, nanti kamu baperan lagi", Sambung Kakak sambil memakan perkedel yang sudah hangat.
"Tenang aja kakak, aku gak akan pacaran", jawab Nuha.
Nuha ingin sekali mempercayai Naru sepenuhnya, tapi dia juga tidak ingin mengabaikan nasehat Kakaknya.
Dia terharu melihat Kakaknya begitu sayang dan perhatian kepada dirinya. Nuha pun sedikit mengeluarkan air mata saat memakan perkedel itu.
"Tentang cewek kemarin, apa kamu punya masalah dengannya?", tanya kakak.
"Cewek? Siapa?"
"Pura-pura lupa lagi. Kemarin yang numpahin minuman di bajumu", sahut Kakak.
"Kakak tau ya?", batin Nuha.
"Ooh itu, hehe. Gakpapa sih, dia gak sengaja kok. Santai aja kak, aku gak punya masalah kok sama dia", balas Nuha.
Meskipun Nuha tau alasannya kenapa cewek itu sengaja, tapi dia mencoba untuk tidak mempermasalahkannya dan memberitahukan yang sebenarnya kepada kakaknya.
Mereka berdua pun melanjutkan makannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Paha Ayam
Nuha juga harus siap mental untuk cerita dibab selanjutnya, eh.
2023-08-28
0
lah? blm pada jadian udh dilarang si kakak untk pacaran 😌
2023-06-28
0
Umida Jati
iya bener. kakak gk suka adikny puny pacar 😝
2023-06-16
0