"Ha-ha-hasying! Haa ah, ini sangat mengganggu zona nyamanku", keluh Nuha sambil menempelkan mukanya di meja. Sangat memelas.
Nuha bersin tidak berhenti-henti. Sambil mengusap hidungnya yang gatal karena ingus, Nuha sedikit harap-harap cemas.
Gadis itu, tak pernah sekalipun melibatkan diri dengan orang lain. Itu karena dia tidak suka berinteraksi dan bersosialisasi. Dia lebih memilih membuat zona nyamannya daripada ikut asik seperti orang lain.
Bersyukur dia memiliki sahabat sejati, ketiga sahabatnya begitu pengertian. "Nuha kamu sakit?" Tanya Fani.
"Hehe, kayaknya gitu"
Wajah Nuha tampak berantakan, ia menunjukkan kepada ketiga sahabatnya dengan muka memelas. Ingin sekali dia hujan-hujan tapi ini bukanlah musim hujan.
Nuha cukup menyesal karena melimpahkan masalahnya dengan mandi berpancuran air shower sampai berjam-jam lamanya. Alhasil, dia jadi terkena demam.
"Gak papa teman-teman. Aku, ke kantin dulu ya. Mau beli teh hangat." Izin Nuha dengan sendirinya.
"Mau aku temenin?" Pinta Fani
"Tidak usah, hihi" Nuha langsung nyengir, memberi tanda bahwa dia baik-baik saja.
Nuha berjalan menuju kantin, tapi ternyata ada Dilan di balik tangga memanggil namanya lagi. Nuha berhenti sejenak. Mengatur pikiran dan mencoba jalan lagi untuk mengabaikan panggilan itu. Tapi, Nuha merasa kalau dia mengabaikannya, Dilan akan terus memanggil namanya. Nuha pun terpaksa menoleh.
"Nah, gitu kan cantik." sahut Dilan senang.
"Apaan sih?" Sinis Nuha.
Nuha yang begitu sayu menoleh ke arah Dilan. Dilan menjadi kaget, berfikir bahwa Nuha terlihat sedang tidak enak badan. Dilan mencoba peduli, "Apa kamu sedang sakit?" tanyanya.
Nuha berusaha terlihat baik-baik saja. Sambil mengusap-usap ingusnya dengan telapak tangannya, Nuha dengan lantang menjawab, "aku baik-baik saja! Apa kamu peduli?! Hah?!"
Dilan langsung tertawa dan menjadi tertantang dengan ucapan Nuha, "Kau gadis yang pemberani ternyata. Kemarilah!" Ajak Dilan sambil menggandeng tangan Nuha untuk menaiki tangga kembali ke kelas.
"Apa maumu?! Kita mau kemana?"
"Udah, nurut aja. Mulutmu itu tidak baik kalau harus terus tajam seperti itu Nuha" kata Dilan.
"Aku bisa jalan sendiri. Lepasin tanganmu!"
"Oke-oke, jangan marah", goda Dilan.
Dengan menghentak kuat karena merasa kesal, Nuha selangkah demi selangkah menaiki tangga tapi hentakan itu malah membuat setruman di kepalanya, membuat semakin pusing dan mengaburkan pandangannya.
"Sebenarnya aku ingin bicara dulu empat mata denganmu, Nuha. Tapi, kayaknya kamu sakit deh. Aku antar balik ke kelas ya"
Nuha mulai merasakan sakit. Pandangannya mulai kabur dan dia khawatir akan terjatuh. Flunya sudah membuat tubuhnya mulai melemah. "Aku jadi ngantuk", keluhnya.
"Nuha?", tanya Dilan memastikan.
"Nuha, bertahanlah." pinta Hawa.
"Tidak bisa.. tidak bisa Hawa. Aku.. aku akan jatuh.."
Nuha sudah tidak kuat lagi, tubuhnya melemah dan matanya pun terpejam. Dia akan jatuh tersungkur ke belakang. Tidak tahu apa yang akan terjadi. Dan ini sangatlah berbahaya.
"Hup!" Tiba-tiba seorang cowok dengan sigap menahan punggungnya. Menangkapnya dengan sangat aman. Dia pun mendudukkan Nuha di anak tangga tersebut dan menyelimutinya dengan jaket.
Samar-sama Nuha melihatnya, tetapi tidak terlihat jelas. Seorang cowok telah menolongnya. Cowok itu kemudian menarik Dilan pergi dari tempatnya dan meninggalkan Nuha sendiri.
Ketiga sahabat Nuha yang merasa bahwa Nuha sudah lama tidak kembali, mereka pun mencarinya. Sontak mereka panik dan menghampiri Nuha yang tertidur di tangga.
Sifa dan Fani berusaha membangunkan Nuha, tapi Nuha masih nyenyak dengan tidurnya. Nuha menjadi nyaman tidur ditempatnya dengan berselimut jaket yang entah siapa pemiliknya.
Samar-samar Nuha mulai bangun dari tidurnya. Flunya benar-benar membuat Nuha mengantuk dan tertidur dengan nyenyak. Padahal kejadian terjatuhnya sangat berbahaya tapi malah membuat Nuha akhirnya diselamatkan dan bisa tidur dengan nyenyak. Nuha berusaha mengangkat kepalanya, tapi kembali kepalanya terasa kesetrum.
"Aduh! Pusing..." Keluh Nuha
"Aah.. Syukurlah kamu sudah bangun", ucap Fani merasa lega seraya menelus d a d a.
"Iya.. tapi, dimana aku?" Nuha masih belum sadar.
"Kamu itu malah tidur nyenyak disini. Lihat! Itu jaketnya siapa juga?" Ketus Sifa
Asa masih terdiam dan melihat Nuha dengan penuh tanda tanya. Nuha pun membalas tatapan Asa dengan penuh tanda tanya juga. Nuha bertanya-tanya apakah Asa ada hubungan dengan Dilan, sepertinya Dilan juga mengenal Asa.
Akhirnya mereka kembali ke kelas. Nuha duduk lemas karena nyawanya serasa hilang separuh. Tiba-tiba seorang teman kelasnya masuk membuat kehebohan.
"Berita besar! berita besar!"
Seorang gadis modis berambut ombak nan panjang. Memakai riasan yang mempercantik wajahnya, seperti seorang barbie sedang menarik perhatian semua teman. Dia Aya, salah satu anggota fans Dilan Nabihan.
Nuha melihat ke arahnya ikut penasaran, "Ada apa sih? Aku kan ingin tidur. Ha-hasying!!" keluhnya merasa terganggu.
"Ke UKS aja yuk, Nuha" pinta Fani.
"Gak usah, Fani. Aku gakpapa kok"
"Dengarkan teman-teman. Aku akhirnya dapat kesempatan jalan sama Dilan!!", sahut Aya dengan penuh percaya diri.
"Apa?! Kamu bercanda Aya?" Mega terkejut.
"Aku serius!"
"Wah! Kamu membuatku iri!!"
"Iyalah, akhirnya aku beruntung juga bisa jalan sama Dilan. Ini kesempatan emas yang gak boleh dilewatkan. Ahh, aku gak sabar buat ketemu Dilan lagi"
Itulah Dilan, anak yang paling populer di sekolah. Semua warga sekolah tahu tentang Dilan. Superstar, punya segudang prestasi dan para guru membanggakannya.
Dilan kalau jalan seperti bintang yang berkelap kelip. Para gadis mendambakan ingin bisa jalan dengannya. Tapi anehnya, mereka tidak merasa cemburu satu dengan yang lainnya dan pula tidak merasa sakit hati kalau sudah diputus olehnya.
"Aku juga ingin bisa jalan dengannya. Bintang sekolah, auuu~", sahut Amalia seketika ngeblushing sendiri.
Amalia tidak henti-hentinya memegangi pipinya karena tersipu malu membayangkan pesona Dilan. Gadis pendek berkulit sawo matang. Dia sangat ngefans dengan KPOP, membuat Asa dan Sifa selalu tertarik padanya.
"Itu namanya apa ya Asa?" tanya Sifa.
"Playboy!" Asa langsung to the point.
"Aa! Benar! Playboy! Ternyata Dilan itu playboy ya, sudah kuduga," sahut Sifa.
"Hei kalian, jangan ngatain Dilan itu playboy donk. Buruk sekali kalau dia Playboy dan Dilan itu bukan anak yang seperti itu." Amalia malah membela Dilan.
"Setan apa yang merasukimu hei Amalia, jelas-jelas itu playboy namanya!" Sifa malah semakin ngotot.
Nuha yang sedari tadi memperhatikan semuanya hanya bisa melongo tidak percaya, "Ha?"
"INI GAK MASUK AKAL, kan HAIKAL!!" Teriak Hawa.
"Aku masih tidak mengerti dengan semua kejadian ini! Dilan itu playboy tapi kenapa tidak ada yang salah padanya? , bahkan para gadis mendambakannya padahal kan jelas-jelas dia playboy. Apa bagusnya playboy? Mempermainkan hati perempuan dan meninggalkan begitu saja. Ini tidak biasa bagiku." Ketus Hawa.
Nuha semakin pusing dan cenat-cenut. Dia tidak suka ada orang lain yang menyukainya. Apalagi dia sendiri mengubur jauh-jauh perasaan sukanya terhadap orang lain. Menarik perhatian adalah sangat merepotkan.
Gadis itu, kembali memeluk jaket yang telah menyelimutinya saat dia tertidur di tangga. Membuatnya menjadi lebih nyaman. "Sebenarnya, milik siapa jaket ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nuha Naru !! Aku merindukan kaliaan !!!
\\😚// \\😆// \\😭//
2024-06-16
0
Hana Bihan
kyk temen a di skulah 🤭
2023-08-27
0
Call me Peri
Aku jadi ingat Dilan dan Melia(atau siapa itu namanya aku lupa?😭🤣)
2023-08-21
0