Bab 18: My Oppa

“Belilah makanan yang kamu mau Queen, sebanyak yang kamu mau.” Ia menyerahkan kartu debit miliknya padaku begitu kami sampai di parkiran toko waralaba junk food.

“Bukankah Om tidak suka makanan sepeti ini?”

“Ini permintaan maaf dariku karena meninggalkanmu sebulan lamanya.”

Aku menggeleng pelan, “Kartu debit pemberian Om masih penuh.”

“Benarkah? Kamu tidak butuh bantuanku?” Alisnya yang bagai pedang itu terangkat sebelah.

“Aku tidak ingin mengandalkan uang Om dan hidup bersenang-senang dari kekayaan Om, bantuan dari Om sudah cukup banyak.” Sembari mendorong pelan tangannya yang sedari tadi menawarkan kartu debit miliknya. Entah berapa banyak barang yang bisa kubeli dengan kartu itu. Namun bagiku Om Gabriel jauh lebih menggoda dari nominal tak berujung di dalamnya.

“Aku tahu kamu memang wanita yang baik, terserah kamu saja Queen. Tapi jangan ragu-ragu meminta pertolongan dariku saat kamu butuh.” Ia meraih kembali dompetnya dan menyimpan kartu emas itu di sana.

“Tentu saja aku akan meminta bantuan Om, bukankah itu gunanya Sugar Daddy?”

“Jadi kamu Sugar Baby-ku?”

“Menurut Om?” Aku mengedipkan sebelah mataku, berharap ia memberikan jawaban yang menyenangkan hatiku.

Ia segera memalingkannya wajahnya, “Cepat turun, belilah makanan untukmu!” Ah, aku gagal menggoda kekasihku sendiri.

****

Aku kembali ke mobil dengan membawa 3 bungkusan makanan yang baru saja kubeli. Kuletakkan makanan itu di pangkuanku agar tidak mengotori mobil mahal Om Gabriel. Kukeluarkan satu burger besar dari bungkusan dan menyerahkannya pada kekasihku. Ia tersenyum begitu menerima makanannya lalu menggigit sepotong besar burger miliknya.

“Om suka rasanya?” Aku tak sabar bertanya saat ia mulai mengunyah makanan yang ia musuhi selama ini.

“Cukup enak, aku paham sekarang kenapa banyak orang menyukainya.” Matanya menyelidik komposisi dari burger di tangannya.

“Ini, minumlah Om!” Tanganku menyodorkan segelas cola padanya.

“Soda?” Keningnya berkerut, merasa heran pada minuman di tanganku. Sumpah! Imut sekali wajahnya saat ini.

“Coba saja dulu!” Aku berusaha meyakinkan dirinya. Bagaimana bisa ia tidak pernah mencoba minuman sejuta ummat ini?

“Terlalu dingin,” keluhnya setelah sedotan pertama lalu menyerahkannya kembali padaku.

“Jangan hanya minum kopi pahit Om, hidup ini nano-nano, rame rasanya.” Aku meniru iklan di TV nasional itu lalu menyedot soda milik Om Gabriel.

Om Gabriel tersenyum mendengar perkataanku, ia kembali menggigit burger di tangannya. Setelah menggigitnya ia menyeka bibirnya yang sedikit berlepotan saus dan  menyerahkan burger itu padaku.

“Aku kenyang Queen.”

“Om baru makan dua gigitan besar, Om jangan mubazir, biar aku saja yang habiskan. Om tahu? Dulu membeli satu burger semahal ini saja aku harus menunggu gajian dan memastikan tidak ada kebutuhan mendesak dalam waktu dekat,” kataku sembari menggigit burger sisa milik kekasihku dengan diiringi tatapan heran darinya.

“Benarkah? Harganya tidak terlalu mahal Queen.” Kali ini tubuhnya berbalik kearahku, sepertinya tertarik dengan kalimatku barusan.

“Aku harus berhemat Om, sangat berhemat malahan. Bekerja di kafe depan kampus jika tak ada jadwal kuliah lalu berlari ke Mall untuk bekerja di butik, bahkan menerima jasa print untuk menambah penghasilan. Om tahu? Aku tidak ingat sudah berapa banyak pekerjaan yang kulakukan di sini.” Pandanganku terfokus pada burger di tanganku, menelusuri satu persatu isian yang dihimpit dua roti itu.

“Bagaimana dengan orangtuamu? Bukankah mereka harusnya membiayaimu?”

“Ayah sudah meninggal Om, Ibu menikah lagi dan suami barunya tidak mau membiayai kami. Om tidak mencari tahu tentangku?” Aku membalas perkataannya dulu.

Ia tersenyum lagi, “Aku tidak bisa menemukan informasi tentangmu di internet.”

“Bukankah Om punya banyak bawahan? Om tidak meminta mereka mencari informasi tentangku seperti di drama-drama?”

“Kamu terlalu banyak menonton drama Queen, kamu maniak drama dari negara ginseng itu?”

“Tidak! Aku hanya menontonnya saat senggang, aku tidak punya waktu untuk bermain-main jika ingin membayar kuliahku semester depan.”

“Akan kupastikan setiap semester berikutnya kamu akan bisa membayarnya tepat waktu. Kamu juga bisa memakan burger ini setiap hari Queen, aku tidak akan segan-segan membelikan satu toko waralaba untukmu jika kamu mau,” ujarnya sambil membelai pelan pipiku, tangannya benar-benar hangat.

“Hanya satu?” Aku kembali menggodanya.

“Kamu mau sepuluh?”

Aku menggeleng, “Aku hanya butuh Om di sisiku, toko-toko itu tak menarik tanpa Om.” Ia kembali tersenyum, aku gemas sekali melihatnya. Ingin rasanya kucubit pipinya yang lebih mulus dari pantat bayi itu.

****

“Apa Om punya mobil Lamborghini di rumah?” tanyaku setelah menghabiskan burger sisa Om Gabriel.

Kami sudah terdiam beberapa saat karena Om Gabriel terlalu fokus menyetir dan aku terlalu sibuk menggigit kedua burger milikku. Om Gabriel kembali berpaling walau tangannya sibuk mengendalikan setir kemudi. Padahal dulu ia bisa lupa jika ada orang lain yang duduk di kursi sebelahnya.

“Aku juga pernah seusia denganmu Queen.”

“Ah, aku lupa,” sindirku.

“Kamu butuh mobil? Kamu mau Lamborghini?” Sepertinya setiap kali aku bertanya sesuatu, Om Gabriel selalu menerjemahkannya sebagai permintaan.

“Aku tidak bisa menyetir, lagipula jika aku punya mobil, orang-orang akan menerorku sebagai simpanan pria kaya.” Aku membisikkan kalimat terakhir, lagi-lagi ia tersenyum.

“Lalu kenapa tiba-tiba kamu tanyakan tentang hal itu?”

“Vino pernah bercerita padaku, ia menyukai mobil jenis itu, katanya harganya cukup mahal dan jumlahnya terbatas,” kataku sambil kembali menggigit burger di tanganku. Aku tidak bisa berhenti makan walau aroma burger memenuhi mobil Om Gabriel, ini sudah burger kedua dan aku masih belum puas.

“Vino? Mantan brondongmu itu?” Matanya penuh selidik.

“Om cemburu?”

“Apa ada hal yang bisa kucemburui darinya?” Pandangannya kembali ke jalanan yang mulai macet, wajar saja hari sudah gelap.

“Tentu, ia lebih muda dari Om.” Aku mendengkus sebal padanya.

“Ia tidak berpengalaman Queen.”

“Pengalaman?”

“Kamu tidak perlu tahu soal itu, sepertinya mobil Lamborghini milikku digunakan Jey, jika kamu mau aku bisa meminta Jey mengantarnya untukmu, biar ia gunakan mobil miliknya sendiri.”

Aku tersedak, hampir memuntahkan isi mulutku dalam mobil mahal pria itu. Om Gabriel segera menghentikan mobilnya.

“Om, aku tidak butuh mobil, aku tidak butuh toko waralaba, aku tidak butuh tas dan pakaian bagus, aku hanya butuh Om.”

“Baiklah, baiklah, makanlah dengan tenang!” Ia menepuk-nepuk punggungku, rasanya perih sekali tersedak makanan.

****

Om Gabriel memarkir mundur mobilnya di parkiran apartemen. Aku melepas seatbelt dan meraih tas serta bungkusan makanan, memastikan tidak ada sampah yang tersisa.

“Maaf Om, mobilnya jadi bau.”

“Apa itu penting Queen? Hanya sebuah mobil, jangan ambil pusing.”

“Terima kasih Oppa,” guyonku, walau usianya lebih cocok dipanggil ahjussi di mataku tetap saja penampilannya lebih keren dari para Oppa.

“Oppa?” Ia tertawa, tawanya sangat singkat dan itu mengesalkan, bukankah tertawa itu gratis?

Aku bangkit dari dudukku dan melabuhkan kecupan di pipinya. Om Gabriel hanya tersenyum menerima kecupan dariku. Bahkan pipinya saja terasa manis. Aku jadi ingin menciumnya! Tapi aku akan mirip wanita nakal jika memulai pergerakan bukan?

“Queen?”

“Kenapa Om?” Sepertinya Om Gabriel ingin mengatakan sesuatu, wajahnya terlihat lebih serius.

“Apa kamu bahagia?” tanyanya.

“Tentu, the center of your attention, still the best place i’ve ever been in,” aku berusaha meyakinkannya.

“Hey, itu lagu yang menyedihkan Queen!” Om Gabriel tertawa mendengar nyanyianku yang buta nada itu.

“Oh, what if i told you that i love you? Would you tell me that you love me back?” Aku kembali mengutip lirik lagu dari Ali Gatie.

“Of Course, i love you,” Ia mengecup keningku.

Ia melambaikan tangannya padaku setelah melihatku turun dan menutup pintu mobilnya. Aku tersenyum, ikut melambaikan tangan padanya sebelum mobilnya berlalu meninggalkan parkiran apartemen.

Kau tahu hal yang paling romantis

dari hujan?

Dia selalu mau kembali,

meski tahu rasanya jatuh berkali-kali.

-Endlessend

.

.

To Be Continued,

hai hai, terima kasih banyak yang sudah setia mengikuti kisah ini ya...

terus berikan dukungan dengan klik like, komentar, rate bintang 5 dan berikan vote...

ayo dong gabung di group chat, kan seru ngobrol di sana 🥺🥺

love love,

bemine_97

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️👍👍👍👍👍

2022-07-27

0

Senja

Senja

aaah romantis bngettt🥰🥰🥰

2022-03-27

0

Gung Dy

Gung Dy

menurut si queen, om gabriel itu ahjussi rasa oppa😁

2022-03-23

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1: Perkenalan
3 Bab 2: Soal Pacar
4 Bab 3: Sepasang Mata Coklat Lain
5 Bab 4: Naila's Choice
6 Bab 5: Hai, Kakak!
7 Bab 6: Sugar Daddy?
8 Bab 7: Sugar Baby?
9 Bab 8: Tawaran
10 Bab 9: Pindahan
11 Bab 10: Rumah Baru Sugar Baby
12 Bab 11: Hari Pertama
13 PENJELASAN
14 Bab 12: Naila Datang
15 Bab 13: Hari Pertama Bersama Naila
16 Bab 14: Tamu Tak Terduga
17 Bab 15: Kisah Kelam Tiga Serangkai
18 Bab 16: Gara Gara Name Tag
19 Bab 17: Bertemu Kembali
20 Bab 18: My Oppa
21 Bab 19: Luka
22 Bab 20: Demi Moly
23 Bab 21: Soal Perasaan
24 Bab 22: Tampan dan Mapan
25 Bab 23: Dua Sisi
26 Visual Character
27 Bab 24: Talk With Entrepreneur
28 Bab 25: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
29 Bab 26: Soal Prioritas
30 Bab 27: Heartache
31 Bab 28: Kapan Mendungku Berlalu?
32 Bab 29: The Reason
33 Bab 30: Heroin
34 Bab 31: Nona Halim
35 Bab 32: Hak dan Kewajiban
36 Bab 33: Queen dan King
37 Bab 34: Reynold!
38 Curhat Author Baperan
39 Bab 35: Labil
40 Bab 36: Kaum Elit
41 Bab 37: Wedding Party
42 Bab 38: Mahkota
43 Bab 39: Rahasia
44 Bab 40: Mama
45 Bab 41: As A Wife
46 Bab 42: High Five
47 Bab 43: Cinderella
48 Bab 44: My Hero
49 Bab 45: Cocho Banana
50 Bab 46: Ulat Pinang
51 Bab 47: Salah Siapa?
52 Bab 48: Moment
53 Bab 49: Om Gabriel di Mataku
54 Bab 50: Pak Dekan
55 Bab 51: Pria Aneh
56 Bab 52: Iblis
57 Bab 53: Iblis Rupawan
58 Bab 54: Koi Gendut
59 Bab 55: Sepenggal Kisah
60 Bab 56: Badai?
61 Bab 57: Curiga
62 Bab 58: Pengganggu
63 Bab 59: Serpihan Puzzle
64 Bab 60: Rasa Sakit
65 Bab 61: Beban
66 Bab 62: Kebenaran
67 Bab 63: Keluarga Neils
68 Bab 64: Crayon
69 Bab 65: Pelet?
70 Bab 66: Taman
71 Bab 67: Pesan dari Om Gabriel
72 Bab 68: Mamanya Naila
73 Bab 69: Sang Presdir
74 Bab 70: Sekretaris Sophie
75 Bab 71: Ransel
76 Bab 72: Terkenal
77 Bab 73: Habiskan Uang?
78 Bab 74: Bungkuskan!
79 Bab 75: Pertengkaran
80 Bab 76: Foto
81 Bab 77: Pertemuan
82 Bab 78: Pria Blasteran
83 Bab 79: Papa Mertua
84 Bab 80: Wanita Asing
85 Bab 81: Yang Lebih Sakit?
86 Bab 82: Aku Percaya, Sayang!
87 Bab 83: Sugar Baby
88 Bab 84: Her Tears
89 Bab 85: Caranya Mengingatmu
90 Bab 86: Mine
91 Bab 87: Sayang!
92 Bab 88: Firasat
93 Bab 89: Petaka Tak Terduga
94 Bab 90: The End Of The Story
95 S2- Bab 91: The Beginning
96 S2- Bab 92: Drama Baru
97 S2- Bab 93: Pacaran?
98 S2- Bab 94: Berhenti Menghinaku!
99 S2- Bab 95: Es Krim Mochi
100 S2- Bab 96: Keegoisan
101 S2- Bab 97: Bayi Siapa?
102 S2- Bab 98: Syarat dari Gabriel
103 S2- Bab 99: Wahyu's First Kiss
104 S2- Bab 100: Perdebatan di Istana Halim
105 S2- Bab 101: Rencana Gabriel
106 S2- Bab 102: Tamu dari Queen
107 S2- Bab 103: Amarah si Gadis Galak
108 S2- Bab 104: Cara Berfikir Wahyu
109 S2- Bab 105: Bar Versi Jey
110 S2- Bab 106: Wanita yang Cemburu
111 S2- Bab 107: Perdebatan
112 S2- Bab 108: Isi Hati
113 S2- Bab 109: Jangan Mengganggu Keluargaku!
114 S2- Bab 110: Kamu yang Menyetir!
115 S2- Bab 111: Obrolan Aneh Dua Wanita Kaya
116 S2- Bab 112: Mantan Besan
117 S2- Bab 113: Impian Natusha
118 S2- Bab 114: Ini Mama
119 S2- Bab 115: Apa kamu bahagia?
120 Extra Part: Kembali ke Rumah
121 Extra Part: Langit Jingga
122 Terbit Cetak. Peluk Om Briel, yuk?
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1: Perkenalan
3
Bab 2: Soal Pacar
4
Bab 3: Sepasang Mata Coklat Lain
5
Bab 4: Naila's Choice
6
Bab 5: Hai, Kakak!
7
Bab 6: Sugar Daddy?
8
Bab 7: Sugar Baby?
9
Bab 8: Tawaran
10
Bab 9: Pindahan
11
Bab 10: Rumah Baru Sugar Baby
12
Bab 11: Hari Pertama
13
PENJELASAN
14
Bab 12: Naila Datang
15
Bab 13: Hari Pertama Bersama Naila
16
Bab 14: Tamu Tak Terduga
17
Bab 15: Kisah Kelam Tiga Serangkai
18
Bab 16: Gara Gara Name Tag
19
Bab 17: Bertemu Kembali
20
Bab 18: My Oppa
21
Bab 19: Luka
22
Bab 20: Demi Moly
23
Bab 21: Soal Perasaan
24
Bab 22: Tampan dan Mapan
25
Bab 23: Dua Sisi
26
Visual Character
27
Bab 24: Talk With Entrepreneur
28
Bab 25: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
29
Bab 26: Soal Prioritas
30
Bab 27: Heartache
31
Bab 28: Kapan Mendungku Berlalu?
32
Bab 29: The Reason
33
Bab 30: Heroin
34
Bab 31: Nona Halim
35
Bab 32: Hak dan Kewajiban
36
Bab 33: Queen dan King
37
Bab 34: Reynold!
38
Curhat Author Baperan
39
Bab 35: Labil
40
Bab 36: Kaum Elit
41
Bab 37: Wedding Party
42
Bab 38: Mahkota
43
Bab 39: Rahasia
44
Bab 40: Mama
45
Bab 41: As A Wife
46
Bab 42: High Five
47
Bab 43: Cinderella
48
Bab 44: My Hero
49
Bab 45: Cocho Banana
50
Bab 46: Ulat Pinang
51
Bab 47: Salah Siapa?
52
Bab 48: Moment
53
Bab 49: Om Gabriel di Mataku
54
Bab 50: Pak Dekan
55
Bab 51: Pria Aneh
56
Bab 52: Iblis
57
Bab 53: Iblis Rupawan
58
Bab 54: Koi Gendut
59
Bab 55: Sepenggal Kisah
60
Bab 56: Badai?
61
Bab 57: Curiga
62
Bab 58: Pengganggu
63
Bab 59: Serpihan Puzzle
64
Bab 60: Rasa Sakit
65
Bab 61: Beban
66
Bab 62: Kebenaran
67
Bab 63: Keluarga Neils
68
Bab 64: Crayon
69
Bab 65: Pelet?
70
Bab 66: Taman
71
Bab 67: Pesan dari Om Gabriel
72
Bab 68: Mamanya Naila
73
Bab 69: Sang Presdir
74
Bab 70: Sekretaris Sophie
75
Bab 71: Ransel
76
Bab 72: Terkenal
77
Bab 73: Habiskan Uang?
78
Bab 74: Bungkuskan!
79
Bab 75: Pertengkaran
80
Bab 76: Foto
81
Bab 77: Pertemuan
82
Bab 78: Pria Blasteran
83
Bab 79: Papa Mertua
84
Bab 80: Wanita Asing
85
Bab 81: Yang Lebih Sakit?
86
Bab 82: Aku Percaya, Sayang!
87
Bab 83: Sugar Baby
88
Bab 84: Her Tears
89
Bab 85: Caranya Mengingatmu
90
Bab 86: Mine
91
Bab 87: Sayang!
92
Bab 88: Firasat
93
Bab 89: Petaka Tak Terduga
94
Bab 90: The End Of The Story
95
S2- Bab 91: The Beginning
96
S2- Bab 92: Drama Baru
97
S2- Bab 93: Pacaran?
98
S2- Bab 94: Berhenti Menghinaku!
99
S2- Bab 95: Es Krim Mochi
100
S2- Bab 96: Keegoisan
101
S2- Bab 97: Bayi Siapa?
102
S2- Bab 98: Syarat dari Gabriel
103
S2- Bab 99: Wahyu's First Kiss
104
S2- Bab 100: Perdebatan di Istana Halim
105
S2- Bab 101: Rencana Gabriel
106
S2- Bab 102: Tamu dari Queen
107
S2- Bab 103: Amarah si Gadis Galak
108
S2- Bab 104: Cara Berfikir Wahyu
109
S2- Bab 105: Bar Versi Jey
110
S2- Bab 106: Wanita yang Cemburu
111
S2- Bab 107: Perdebatan
112
S2- Bab 108: Isi Hati
113
S2- Bab 109: Jangan Mengganggu Keluargaku!
114
S2- Bab 110: Kamu yang Menyetir!
115
S2- Bab 111: Obrolan Aneh Dua Wanita Kaya
116
S2- Bab 112: Mantan Besan
117
S2- Bab 113: Impian Natusha
118
S2- Bab 114: Ini Mama
119
S2- Bab 115: Apa kamu bahagia?
120
Extra Part: Kembali ke Rumah
121
Extra Part: Langit Jingga
122
Terbit Cetak. Peluk Om Briel, yuk?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!