“Belilah makanan yang kamu mau Queen, sebanyak yang kamu mau.” Ia menyerahkan kartu debit miliknya padaku begitu kami sampai di parkiran toko waralaba junk food.
“Bukankah Om tidak suka makanan sepeti ini?”
“Ini permintaan maaf dariku karena meninggalkanmu sebulan lamanya.”
Aku menggeleng pelan, “Kartu debit pemberian Om masih penuh.”
“Benarkah? Kamu tidak butuh bantuanku?” Alisnya yang bagai pedang itu terangkat sebelah.
“Aku tidak ingin mengandalkan uang Om dan hidup bersenang-senang dari kekayaan Om, bantuan dari Om sudah cukup banyak.” Sembari mendorong pelan tangannya yang sedari tadi menawarkan kartu debit miliknya. Entah berapa banyak barang yang bisa kubeli dengan kartu itu. Namun bagiku Om Gabriel jauh lebih menggoda dari nominal tak berujung di dalamnya.
“Aku tahu kamu memang wanita yang baik, terserah kamu saja Queen. Tapi jangan ragu-ragu meminta pertolongan dariku saat kamu butuh.” Ia meraih kembali dompetnya dan menyimpan kartu emas itu di sana.
“Tentu saja aku akan meminta bantuan Om, bukankah itu gunanya Sugar Daddy?”
“Jadi kamu Sugar Baby-ku?”
“Menurut Om?” Aku mengedipkan sebelah mataku, berharap ia memberikan jawaban yang menyenangkan hatiku.
Ia segera memalingkannya wajahnya, “Cepat turun, belilah makanan untukmu!” Ah, aku gagal menggoda kekasihku sendiri.
****
Aku kembali ke mobil dengan membawa 3 bungkusan makanan yang baru saja kubeli. Kuletakkan makanan itu di pangkuanku agar tidak mengotori mobil mahal Om Gabriel. Kukeluarkan satu burger besar dari bungkusan dan menyerahkannya pada kekasihku. Ia tersenyum begitu menerima makanannya lalu menggigit sepotong besar burger miliknya.
“Om suka rasanya?” Aku tak sabar bertanya saat ia mulai mengunyah makanan yang ia musuhi selama ini.
“Cukup enak, aku paham sekarang kenapa banyak orang menyukainya.” Matanya menyelidik komposisi dari burger di tangannya.
“Ini, minumlah Om!” Tanganku menyodorkan segelas cola padanya.
“Soda?” Keningnya berkerut, merasa heran pada minuman di tanganku. Sumpah! Imut sekali wajahnya saat ini.
“Coba saja dulu!” Aku berusaha meyakinkan dirinya. Bagaimana bisa ia tidak pernah mencoba minuman sejuta ummat ini?
“Terlalu dingin,” keluhnya setelah sedotan pertama lalu menyerahkannya kembali padaku.
“Jangan hanya minum kopi pahit Om, hidup ini nano-nano, rame rasanya.” Aku meniru iklan di TV nasional itu lalu menyedot soda milik Om Gabriel.
Om Gabriel tersenyum mendengar perkataanku, ia kembali menggigit burger di tangannya. Setelah menggigitnya ia menyeka bibirnya yang sedikit berlepotan saus dan menyerahkan burger itu padaku.
“Aku kenyang Queen.”
“Om baru makan dua gigitan besar, Om jangan mubazir, biar aku saja yang habiskan. Om tahu? Dulu membeli satu burger semahal ini saja aku harus menunggu gajian dan memastikan tidak ada kebutuhan mendesak dalam waktu dekat,” kataku sembari menggigit burger sisa milik kekasihku dengan diiringi tatapan heran darinya.
“Benarkah? Harganya tidak terlalu mahal Queen.” Kali ini tubuhnya berbalik kearahku, sepertinya tertarik dengan kalimatku barusan.
“Aku harus berhemat Om, sangat berhemat malahan. Bekerja di kafe depan kampus jika tak ada jadwal kuliah lalu berlari ke Mall untuk bekerja di butik, bahkan menerima jasa print untuk menambah penghasilan. Om tahu? Aku tidak ingat sudah berapa banyak pekerjaan yang kulakukan di sini.” Pandanganku terfokus pada burger di tanganku, menelusuri satu persatu isian yang dihimpit dua roti itu.
“Bagaimana dengan orangtuamu? Bukankah mereka harusnya membiayaimu?”
“Ayah sudah meninggal Om, Ibu menikah lagi dan suami barunya tidak mau membiayai kami. Om tidak mencari tahu tentangku?” Aku membalas perkataannya dulu.
Ia tersenyum lagi, “Aku tidak bisa menemukan informasi tentangmu di internet.”
“Bukankah Om punya banyak bawahan? Om tidak meminta mereka mencari informasi tentangku seperti di drama-drama?”
“Kamu terlalu banyak menonton drama Queen, kamu maniak drama dari negara ginseng itu?”
“Tidak! Aku hanya menontonnya saat senggang, aku tidak punya waktu untuk bermain-main jika ingin membayar kuliahku semester depan.”
“Akan kupastikan setiap semester berikutnya kamu akan bisa membayarnya tepat waktu. Kamu juga bisa memakan burger ini setiap hari Queen, aku tidak akan segan-segan membelikan satu toko waralaba untukmu jika kamu mau,” ujarnya sambil membelai pelan pipiku, tangannya benar-benar hangat.
“Hanya satu?” Aku kembali menggodanya.
“Kamu mau sepuluh?”
Aku menggeleng, “Aku hanya butuh Om di sisiku, toko-toko itu tak menarik tanpa Om.” Ia kembali tersenyum, aku gemas sekali melihatnya. Ingin rasanya kucubit pipinya yang lebih mulus dari pantat bayi itu.
****
“Apa Om punya mobil Lamborghini di rumah?” tanyaku setelah menghabiskan burger sisa Om Gabriel.
Kami sudah terdiam beberapa saat karena Om Gabriel terlalu fokus menyetir dan aku terlalu sibuk menggigit kedua burger milikku. Om Gabriel kembali berpaling walau tangannya sibuk mengendalikan setir kemudi. Padahal dulu ia bisa lupa jika ada orang lain yang duduk di kursi sebelahnya.
“Aku juga pernah seusia denganmu Queen.”
“Ah, aku lupa,” sindirku.
“Kamu butuh mobil? Kamu mau Lamborghini?” Sepertinya setiap kali aku bertanya sesuatu, Om Gabriel selalu menerjemahkannya sebagai permintaan.
“Aku tidak bisa menyetir, lagipula jika aku punya mobil, orang-orang akan menerorku sebagai simpanan pria kaya.” Aku membisikkan kalimat terakhir, lagi-lagi ia tersenyum.
“Lalu kenapa tiba-tiba kamu tanyakan tentang hal itu?”
“Vino pernah bercerita padaku, ia menyukai mobil jenis itu, katanya harganya cukup mahal dan jumlahnya terbatas,” kataku sambil kembali menggigit burger di tanganku. Aku tidak bisa berhenti makan walau aroma burger memenuhi mobil Om Gabriel, ini sudah burger kedua dan aku masih belum puas.
“Vino? Mantan brondongmu itu?” Matanya penuh selidik.
“Om cemburu?”
“Apa ada hal yang bisa kucemburui darinya?” Pandangannya kembali ke jalanan yang mulai macet, wajar saja hari sudah gelap.
“Tentu, ia lebih muda dari Om.” Aku mendengkus sebal padanya.
“Ia tidak berpengalaman Queen.”
“Pengalaman?”
“Kamu tidak perlu tahu soal itu, sepertinya mobil Lamborghini milikku digunakan Jey, jika kamu mau aku bisa meminta Jey mengantarnya untukmu, biar ia gunakan mobil miliknya sendiri.”
Aku tersedak, hampir memuntahkan isi mulutku dalam mobil mahal pria itu. Om Gabriel segera menghentikan mobilnya.
“Om, aku tidak butuh mobil, aku tidak butuh toko waralaba, aku tidak butuh tas dan pakaian bagus, aku hanya butuh Om.”
“Baiklah, baiklah, makanlah dengan tenang!” Ia menepuk-nepuk punggungku, rasanya perih sekali tersedak makanan.
****
Om Gabriel memarkir mundur mobilnya di parkiran apartemen. Aku melepas seatbelt dan meraih tas serta bungkusan makanan, memastikan tidak ada sampah yang tersisa.
“Maaf Om, mobilnya jadi bau.”
“Apa itu penting Queen? Hanya sebuah mobil, jangan ambil pusing.”
“Terima kasih Oppa,” guyonku, walau usianya lebih cocok dipanggil ahjussi di mataku tetap saja penampilannya lebih keren dari para Oppa.
“Oppa?” Ia tertawa, tawanya sangat singkat dan itu mengesalkan, bukankah tertawa itu gratis?
Aku bangkit dari dudukku dan melabuhkan kecupan di pipinya. Om Gabriel hanya tersenyum menerima kecupan dariku. Bahkan pipinya saja terasa manis. Aku jadi ingin menciumnya! Tapi aku akan mirip wanita nakal jika memulai pergerakan bukan?
“Queen?”
“Kenapa Om?” Sepertinya Om Gabriel ingin mengatakan sesuatu, wajahnya terlihat lebih serius.
“Apa kamu bahagia?” tanyanya.
“Tentu, the center of your attention, still the best place i’ve ever been in,” aku berusaha meyakinkannya.
“Hey, itu lagu yang menyedihkan Queen!” Om Gabriel tertawa mendengar nyanyianku yang buta nada itu.
“Oh, what if i told you that i love you? Would you tell me that you love me back?” Aku kembali mengutip lirik lagu dari Ali Gatie.
“Of Course, i love you,” Ia mengecup keningku.
Ia melambaikan tangannya padaku setelah melihatku turun dan menutup pintu mobilnya. Aku tersenyum, ikut melambaikan tangan padanya sebelum mobilnya berlalu meninggalkan parkiran apartemen.
Kau tahu hal yang paling romantis
dari hujan?
Dia selalu mau kembali,
meski tahu rasanya jatuh berkali-kali.
-Endlessend
.
.
To Be Continued,
hai hai, terima kasih banyak yang sudah setia mengikuti kisah ini ya...
terus berikan dukungan dengan klik like, komentar, rate bintang 5 dan berikan vote...
ayo dong gabung di group chat, kan seru ngobrol di sana 🥺🥺
love love,
bemine_97
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Anonymous
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️👍👍👍👍👍
2022-07-27
0
Senja
aaah romantis bngettt🥰🥰🥰
2022-03-27
0
Gung Dy
menurut si queen, om gabriel itu ahjussi rasa oppa😁
2022-03-23
0