Bab 4: Naila's Choice

“Mba masih mau bekerja di sini? Saya bisa merekomendasikan Mba ke toko lain, ” tawarnya.

Kuingat jelas saat itu, perasaanku benar-benar bahagia. Mungkin ini pahala atas pertolonganku terhadap gadis kecil tadi. Gadis mungil bermata coklat yang sedang memeluk lelaki di sana.

“Serius Pak? Eh, Om?” Aku gagap. Benci sekali aku!

“Kalau Mba bersedia.” Ia tersenyum lagi, aku bisa mati kehabisan nafas di sini.

Ini bukan waktunya jual mahal, harga makanan tidak akan turun walaupun aku bersikap jual mahal. Aku mengangguk dalam hitungan detik, masa bodoh dengan apa yang ia pikirkan, toh besok tidak akan bertemu lagi, biar saja tidak tahu malu sekalian.

“Baiklah, besok datanglah ke salon Naila’s Choice di lantai pertama Mall ini. Saya akan menghubungi manajernya untuk menyambut kamu dan menyediakan posisi untukmu.” Ia tersenyum lagi, apa yang salah dengan pria ini? Ia terus-terusan tersenyum.

“Baiklah, Om, kalau begitu terima kasih tawarannya. Saya permisi dulu,” pamitku padanya.

“Sebentar Mba, saya tahu ini kurang sopan, tapi terima lah, saya awam dalam hal seperti ini, jangan tersinggung karena niat saya baik Mba.” Aku melihat tangannya menyodorkan selembar kartu berwarna biru.

“Apa ini, Om?” tanyaku pura-pura polos. Jelas sekali itu kartu debit, kali ini bisalah pura-pura jual mahal walau sebenarnya aku ingin segera mengambilnya.

“Maaf Mba, saya sudah lancang.” Ia menarik tangannya yang dengan tidak tahu malunya aku tahan. Sejujur-jujurnya aku membutuhkan uluran tangannya, biaya kuliah semester depan belum terkumpul sedikitpun.

“Bukan, bukan begitu Om.” Aku juga kikuk. Bagaimana menjelaskan bahwa aku bersedia menerima kartu itu?

“Ehm, Mba ambil saja ya, pinnya 123456. Saya permisi dulu, Naila harus istirahat.” Ia menyerahkan kartu debit itu ke tanganku dan segera berlalu.

“Kakak! Kakak cantik, ketemu lagi ya?” Dari kejauhan kulihat Naila melambai-lambai kearahku

dengan senyum manisnya, mata coklatnya yang cantik mengisyaratkan sesuatu.

******

Setelah kejadian penuh drama hari itu, aku bisa merasakan hidup tenang berkat kartu debit yang diberikan Om Gabriel.  Jumlahnya cukup untuk membayar SPP semester depan dan biaya hidup satu bulan ini. Gaji bekerja di Naila’s Choice bisa kutabung sepenuhnya.

Terkadang aku masih membayangkan kejadian hari itu, lucu saja rasanya bertemu dengan orang-orang kaya yang biasanya kulihat di TV. Pasti makanannya enak-enak, rumahnya mewah, mobilnya banyak dan pakaiannya bagus-bagus. Terlihat jelas dari wajah mereka, hidupnya benar-benar bergelimang harta.

Lelaki bernama Om Gabriel, putrinya dan ketiga bodyguar itu. Memiliki kulit putih bersih dan halus. Wajah mereka berbinar, entah perawatan entah kebanyakan uang. Harum tubuh mereka juga berbeda, selain karena parfum mahal yang menyelimuti tubuh mereka, nominal tak berujung di dalam kartu-kartu yang berjejer di dompet mereka memberi aroma berbeda. Aroma uang!

Bukan seperti dompetku yang mengeluarkan aroma karet karena terlalu lama dipakai. Atau kartu debit-ku yang seringkali ditolak mesin ATM karena nominalnya yang tak pernah tersisa setiap akhir bulan.

“Lo lagi mikirin apa?” Lamunanku buyar berkat sentuhan lembut Aira di bahuku.

Sudah 2 minggu sejak aku mulai bekerja di Naila’s Choice dan ia satu-satunya karyawan yang bersedia berteman denganku. Beberapa karyawan lain menjauhiku karena mereka tahu ada orang dalam yang membantuku masuk kesini. Tentu saja bukan Om Gabriel, ia terlalu sibuk untuk mengurusi hal remeh-temeh seperti ini. Lelaki bernama Om Wahyu itulah yang membawaku kesini dan mengurusi semuanya.

“Ra, kenapa kamu ga menjauhiku?” selidikku. Terasa aneh memang jika semua karyawan di sini menjauhiku namun hanya Aira yang mendekatiku.

“Ehm, sebenarnya gue naksir Pak Wahyu.” Wajahnya bersemu merah. Ia menutup wajahnya dengan dua telapak tangannya.

Aira selalu bicara dengan gaya bahasa lo gue yang membuat aku mau tak mau ikut mengimbangi gaya berbicaranya.

“Serius? Emang ganteng sih dia,” ujarku pendek.

“Pak Wahyu itu orang kepercayaan Pak Gabriel Queen, dia Asisten merangkap Bodyguard Naila, karena Naila paling nurut sama Pak Wahyu.”

Wajah Aira benar-benar berbinar. Sorot matanya memancarkan kebahagiaan. Hanya dengan menyebut nama Pak Wahyu, Aira terlihat berbeda.

“Kok kamu tahu, sih? Ra kamu stalking Pak Wahyu ya?” Jariku ikut menunjuk wajah Aira.

“Hehehe, cuma di medsos kok Queen, gue beneran suka Pak Wahyu, bukan karena jabatan atau kekayaan dia.” Ia berusaha meyakinkanku dengan membelai-belai lenganku.

“Kenapa ga suka sama Pak Gabriel?” Kini aku menopang daguku dengan tangan. Rasa penasaranku pada lelaki kaya itu membuatku berani menyebutkan namanya di hadapan Aira.

“What? Lu gila ya? Pak Wahyu aja susah dapetinnya, Pak Gabriel apalagi. Lagian dia uda punya anak, Naila itu tuan putri banget Queen. Mati deh gue kalo punya anak model macem dia.” Ia menggeleng beberapa kali lalu bergidik ngeri.

“Naila selalu ikut Papanya?” tanyaku, karena hari ia dikerjar dua pedofil gila itu ia juga bersama Papanya.

Aira mengangguk, “Makanya gue bilang dia tuan putri banget. Pak Gabriel memanjakan Naila sampe titik darah penghabisan. Bahkan Naila ikut saat Rapat Umum Pemegang Saham. Dia ngekorin Papanya kemana-mana buat mastiin ga ada cewek yang nganjen sama Papanya.”

What The Hell!

Pantas saja cara Naila melihatku hari itu sedikit aneh. Sepertinya itu peringatan agar aku menjaga jarak dari Papanya.

“Eh, istri Pak Gabriel kemana? Kok Naila ikut Papanya terus, sih?”

“Hussh! Jangan keras-keras,” bisik Aira.

“Kenapa memangnya?”

Aira menarikku mendekat, ia berbisik di telingaku dengan suara pelan, “Istri Pak Gabriel kabur pas Naila baru lahir, gila ga sih? Kabarnya istri Pak Gabriel itu artis terkenal gitu, terus karena menikahi Pak Gabriel dia nggak bisa berkarir lagi, akhirnya kabur deh. Stress kali yak, suami kaya Pak Gabriel ditinggal sendiri, gue mah boro-boro,” celetuk Aira lagi. Ia kembali duduk di posisi semula dan berpura-pura tidak berdosa.

“Pak Gabriel ga berencana menikah lagi memangnya?” Rasa penasaranku semakin membuncah.

“Kabarnya nih, Pak Gabriel bakal menikahi perempuan yang dipilih sama Naila, karena prioritas  Pak Gabriel itu Naila,” bisiknya lagi.

Aku terdiam mendengar penuturan Aira. Hidup sebagai orang kaya juga tidak semudah yang dibayangkan. Mereka punya permasalahannya sendiri, hanya saja tak ada celah sedikitpun bagi orang biasa seperti kami untuk mengintip luka orang-orang berdompet tebal itu.

Hatiku sedikit merasa iba padanya, ia membesarkan putri kecilnya seorang diri selama ini. Terlihat jelas di hari pertama kali kami bertemu, ia sangat kesulitan. Si agresif Naila dan sifatnya yang mendominasi pasti tidak mudah dihadapi.

.

.

.

.

To Be Continued,

sampai jumpa di bab selanjutnya 🥰

love,

bemine_97**

Terpopuler

Comments

kennytytyan

kennytytyan

lah di kasih kartu hahahah

2022-09-22

0

winda hikari

winda hikari

suka bacanya...g bertele2...

2022-03-26

0

Happynes Sarumaha

Happynes Sarumaha

Mulai tertarik bacanya

2021-12-19

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1: Perkenalan
3 Bab 2: Soal Pacar
4 Bab 3: Sepasang Mata Coklat Lain
5 Bab 4: Naila's Choice
6 Bab 5: Hai, Kakak!
7 Bab 6: Sugar Daddy?
8 Bab 7: Sugar Baby?
9 Bab 8: Tawaran
10 Bab 9: Pindahan
11 Bab 10: Rumah Baru Sugar Baby
12 Bab 11: Hari Pertama
13 PENJELASAN
14 Bab 12: Naila Datang
15 Bab 13: Hari Pertama Bersama Naila
16 Bab 14: Tamu Tak Terduga
17 Bab 15: Kisah Kelam Tiga Serangkai
18 Bab 16: Gara Gara Name Tag
19 Bab 17: Bertemu Kembali
20 Bab 18: My Oppa
21 Bab 19: Luka
22 Bab 20: Demi Moly
23 Bab 21: Soal Perasaan
24 Bab 22: Tampan dan Mapan
25 Bab 23: Dua Sisi
26 Visual Character
27 Bab 24: Talk With Entrepreneur
28 Bab 25: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
29 Bab 26: Soal Prioritas
30 Bab 27: Heartache
31 Bab 28: Kapan Mendungku Berlalu?
32 Bab 29: The Reason
33 Bab 30: Heroin
34 Bab 31: Nona Halim
35 Bab 32: Hak dan Kewajiban
36 Bab 33: Queen dan King
37 Bab 34: Reynold!
38 Curhat Author Baperan
39 Bab 35: Labil
40 Bab 36: Kaum Elit
41 Bab 37: Wedding Party
42 Bab 38: Mahkota
43 Bab 39: Rahasia
44 Bab 40: Mama
45 Bab 41: As A Wife
46 Bab 42: High Five
47 Bab 43: Cinderella
48 Bab 44: My Hero
49 Bab 45: Cocho Banana
50 Bab 46: Ulat Pinang
51 Bab 47: Salah Siapa?
52 Bab 48: Moment
53 Bab 49: Om Gabriel di Mataku
54 Bab 50: Pak Dekan
55 Bab 51: Pria Aneh
56 Bab 52: Iblis
57 Bab 53: Iblis Rupawan
58 Bab 54: Koi Gendut
59 Bab 55: Sepenggal Kisah
60 Bab 56: Badai?
61 Bab 57: Curiga
62 Bab 58: Pengganggu
63 Bab 59: Serpihan Puzzle
64 Bab 60: Rasa Sakit
65 Bab 61: Beban
66 Bab 62: Kebenaran
67 Bab 63: Keluarga Neils
68 Bab 64: Crayon
69 Bab 65: Pelet?
70 Bab 66: Taman
71 Bab 67: Pesan dari Om Gabriel
72 Bab 68: Mamanya Naila
73 Bab 69: Sang Presdir
74 Bab 70: Sekretaris Sophie
75 Bab 71: Ransel
76 Bab 72: Terkenal
77 Bab 73: Habiskan Uang?
78 Bab 74: Bungkuskan!
79 Bab 75: Pertengkaran
80 Bab 76: Foto
81 Bab 77: Pertemuan
82 Bab 78: Pria Blasteran
83 Bab 79: Papa Mertua
84 Bab 80: Wanita Asing
85 Bab 81: Yang Lebih Sakit?
86 Bab 82: Aku Percaya, Sayang!
87 Bab 83: Sugar Baby
88 Bab 84: Her Tears
89 Bab 85: Caranya Mengingatmu
90 Bab 86: Mine
91 Bab 87: Sayang!
92 Bab 88: Firasat
93 Bab 89: Petaka Tak Terduga
94 Bab 90: The End Of The Story
95 S2- Bab 91: The Beginning
96 S2- Bab 92: Drama Baru
97 S2- Bab 93: Pacaran?
98 S2- Bab 94: Berhenti Menghinaku!
99 S2- Bab 95: Es Krim Mochi
100 S2- Bab 96: Keegoisan
101 S2- Bab 97: Bayi Siapa?
102 S2- Bab 98: Syarat dari Gabriel
103 S2- Bab 99: Wahyu's First Kiss
104 S2- Bab 100: Perdebatan di Istana Halim
105 S2- Bab 101: Rencana Gabriel
106 S2- Bab 102: Tamu dari Queen
107 S2- Bab 103: Amarah si Gadis Galak
108 S2- Bab 104: Cara Berfikir Wahyu
109 S2- Bab 105: Bar Versi Jey
110 S2- Bab 106: Wanita yang Cemburu
111 S2- Bab 107: Perdebatan
112 S2- Bab 108: Isi Hati
113 S2- Bab 109: Jangan Mengganggu Keluargaku!
114 S2- Bab 110: Kamu yang Menyetir!
115 S2- Bab 111: Obrolan Aneh Dua Wanita Kaya
116 S2- Bab 112: Mantan Besan
117 S2- Bab 113: Impian Natusha
118 S2- Bab 114: Ini Mama
119 S2- Bab 115: Apa kamu bahagia?
120 Extra Part: Kembali ke Rumah
121 Extra Part: Langit Jingga
122 Terbit Cetak. Peluk Om Briel, yuk?
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1: Perkenalan
3
Bab 2: Soal Pacar
4
Bab 3: Sepasang Mata Coklat Lain
5
Bab 4: Naila's Choice
6
Bab 5: Hai, Kakak!
7
Bab 6: Sugar Daddy?
8
Bab 7: Sugar Baby?
9
Bab 8: Tawaran
10
Bab 9: Pindahan
11
Bab 10: Rumah Baru Sugar Baby
12
Bab 11: Hari Pertama
13
PENJELASAN
14
Bab 12: Naila Datang
15
Bab 13: Hari Pertama Bersama Naila
16
Bab 14: Tamu Tak Terduga
17
Bab 15: Kisah Kelam Tiga Serangkai
18
Bab 16: Gara Gara Name Tag
19
Bab 17: Bertemu Kembali
20
Bab 18: My Oppa
21
Bab 19: Luka
22
Bab 20: Demi Moly
23
Bab 21: Soal Perasaan
24
Bab 22: Tampan dan Mapan
25
Bab 23: Dua Sisi
26
Visual Character
27
Bab 24: Talk With Entrepreneur
28
Bab 25: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
29
Bab 26: Soal Prioritas
30
Bab 27: Heartache
31
Bab 28: Kapan Mendungku Berlalu?
32
Bab 29: The Reason
33
Bab 30: Heroin
34
Bab 31: Nona Halim
35
Bab 32: Hak dan Kewajiban
36
Bab 33: Queen dan King
37
Bab 34: Reynold!
38
Curhat Author Baperan
39
Bab 35: Labil
40
Bab 36: Kaum Elit
41
Bab 37: Wedding Party
42
Bab 38: Mahkota
43
Bab 39: Rahasia
44
Bab 40: Mama
45
Bab 41: As A Wife
46
Bab 42: High Five
47
Bab 43: Cinderella
48
Bab 44: My Hero
49
Bab 45: Cocho Banana
50
Bab 46: Ulat Pinang
51
Bab 47: Salah Siapa?
52
Bab 48: Moment
53
Bab 49: Om Gabriel di Mataku
54
Bab 50: Pak Dekan
55
Bab 51: Pria Aneh
56
Bab 52: Iblis
57
Bab 53: Iblis Rupawan
58
Bab 54: Koi Gendut
59
Bab 55: Sepenggal Kisah
60
Bab 56: Badai?
61
Bab 57: Curiga
62
Bab 58: Pengganggu
63
Bab 59: Serpihan Puzzle
64
Bab 60: Rasa Sakit
65
Bab 61: Beban
66
Bab 62: Kebenaran
67
Bab 63: Keluarga Neils
68
Bab 64: Crayon
69
Bab 65: Pelet?
70
Bab 66: Taman
71
Bab 67: Pesan dari Om Gabriel
72
Bab 68: Mamanya Naila
73
Bab 69: Sang Presdir
74
Bab 70: Sekretaris Sophie
75
Bab 71: Ransel
76
Bab 72: Terkenal
77
Bab 73: Habiskan Uang?
78
Bab 74: Bungkuskan!
79
Bab 75: Pertengkaran
80
Bab 76: Foto
81
Bab 77: Pertemuan
82
Bab 78: Pria Blasteran
83
Bab 79: Papa Mertua
84
Bab 80: Wanita Asing
85
Bab 81: Yang Lebih Sakit?
86
Bab 82: Aku Percaya, Sayang!
87
Bab 83: Sugar Baby
88
Bab 84: Her Tears
89
Bab 85: Caranya Mengingatmu
90
Bab 86: Mine
91
Bab 87: Sayang!
92
Bab 88: Firasat
93
Bab 89: Petaka Tak Terduga
94
Bab 90: The End Of The Story
95
S2- Bab 91: The Beginning
96
S2- Bab 92: Drama Baru
97
S2- Bab 93: Pacaran?
98
S2- Bab 94: Berhenti Menghinaku!
99
S2- Bab 95: Es Krim Mochi
100
S2- Bab 96: Keegoisan
101
S2- Bab 97: Bayi Siapa?
102
S2- Bab 98: Syarat dari Gabriel
103
S2- Bab 99: Wahyu's First Kiss
104
S2- Bab 100: Perdebatan di Istana Halim
105
S2- Bab 101: Rencana Gabriel
106
S2- Bab 102: Tamu dari Queen
107
S2- Bab 103: Amarah si Gadis Galak
108
S2- Bab 104: Cara Berfikir Wahyu
109
S2- Bab 105: Bar Versi Jey
110
S2- Bab 106: Wanita yang Cemburu
111
S2- Bab 107: Perdebatan
112
S2- Bab 108: Isi Hati
113
S2- Bab 109: Jangan Mengganggu Keluargaku!
114
S2- Bab 110: Kamu yang Menyetir!
115
S2- Bab 111: Obrolan Aneh Dua Wanita Kaya
116
S2- Bab 112: Mantan Besan
117
S2- Bab 113: Impian Natusha
118
S2- Bab 114: Ini Mama
119
S2- Bab 115: Apa kamu bahagia?
120
Extra Part: Kembali ke Rumah
121
Extra Part: Langit Jingga
122
Terbit Cetak. Peluk Om Briel, yuk?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!