Bab 11: Hari Pertama

Kuhempaskan tubuhku pada sofa mewah di ruang tamu. Pak Bagas dan Pak Wahyu sudah pulang 30 menit yang lalu setelah menolak undangan makan siang dariku. Moly ikut menghempaskan tubuhnya di sebelahku.

“Padahal elo yang jadi simpanan, gue ikut kecipratan enaknya.”

“Wah, sembarangan lo kalo ngomong suka bener.” Lalu kami berdua tertawa dengan keras.

Benar kata orang, kemewahan bisa membutakan. Buktinya saat ini aku sudah tidak ragu lagi menyebut diriku simpanan, karena apartemen mewah yang diberikan Om Gabriel untukku dan Moly.

“Laper gue, masak dah lu sana!”

“Gue nyonya sekarang, elu yang masak,” jawabku dengan nada bercanda.

“Sok iya lu, banyak gaya, masak sana lu, peraturan di kos lama tetap berlaku.” Jari telunjuk Moly menunjuk wajahku.

Aku bangun dengan malas dan melangkah menuju dapur, memeriksa bahan makanan yang bisa kumasak saat ini. Aku membuka rak gantung, di dalamnya sudah terisi berbagai jenis mie instan dan berbalok-balok keju.

Langkahku beralih pada kulkas dua pintu di sebelah wastafel. Kulkasnya sangat besar hingga aku bisa bersembunyi di dalamnya. Kulkas itu juga penuh makanan, mulai dari sayuran, buah-buahan, yogurt dan berliter-liter susu serta jus yang berjejer di dalamnya.

Bahan makanan itu malah membuatku pusing, selama ini aku dan Moly tak pernah punya persediaan makanan sebanyak ini. Kami terbiasa membeli sebanyak yang kami butuhkan dan dompet kami sanggupi.

“Sudahlah, mi instan saja.” Aku meraih dua cup mi instan pedas dari rak paling tinggi. Sialnya tinggiku tak banyak membantu. Aku berusaha berjinjit demi dua cup mi gelas yang sungguh menggoda itu.

Di tengah-tengah kesulitan itu, sebuah tangan membantuku meraih dua gelas mi instan yang kumaksud.

“Cologne itu!” Aku segera berbalik mengenali wangi yang baru saja kucium.

Tepat di depanku Om Gabriel sudah berdiri. Ia memegang dua cup mi instan di tangan kanannya.

“Om, sejak kapan di sini?”

“Sejak kamu melanggar perintahku untuk tidak makan mi instan.”

“Terus, kalo tidak boleh di makan, kenapa disediakan?” Aku ngambek, sungguh kekanak-kanakan sekali. Bagaimana pun selama ini mi instan adalah sahabat karibku selain Moly.

“Untuk Moly.” Nada bicaranya seringan udara. Sumpah! Ingin rasanya kucubit ia.

“Kemarilah!” Ia menyeretku dengan tangan kanannya tanpa menungguku selesai berfikir. Aku melirik mi instan yang menertawaiku di dapur. Sungguh mi instanku, aku mencintaimu!

Aku duduk di sofa mengikuti perintahnya, ia ikut duduk di sebelahku. Tangan kanannya bergerak melepas ikatan rambutku. Rambutku segera tergerai bebas hingga ke pinggang. Untung saja aku sudah keramas tadi pagi!

Kini Om Gabriel menatapku lekat-lekat, wajahnya semakin mendekat hingga aku bisa mencium wangi mint darinya. Deru nafasnya yang pelan menyapu wajahku. Perasaan itu kembali, perasaan yang kurindukan sejak dua hari lalu.

Ia menciumku pelan, tangannya perlahan menembus rambutku hingga ke tengkuk, menahannya untuk memperdalam ciuman kami. Aku yang memang merindukannya membalas setiap pergerakannya, tanpa malu-malu aku melingkarkan tanganku di lehernya, membelai pelan leher jenjangnya sembari mengikis habis jarak di antara kami.

Tubuh kami tak lari berjarak, tangan Om Gabriel bergerak lembut membuka satu persatu kancing kemejaku. Ia sangat lihai hingga aku tak berdaya di hadapannya. Ia melepaskan ciuman kami, menatap mataku dengan isyarat meminta lebih. Aku hanya diam saja, aku menginginkannya sama seperti dirinya.

Ia menarikku ke pangkuannya, kedua kakiku kulingkarkan di pinggangnya dengan posisi Om Gabriel yang duduk di sofa. Ia kembali menyerang bibirku pelan, sangat pelan dan memabukkan. Ciumannya beralih ke leherku, mengecup beberapa kali lalu meninggalkan bekas di sana, ciumannya semakin turun hingga ke tulang selangka. Semakin turun hingga ke belahanku, ia menurunkan kemejaku yang masih bertengger di bahu hingga ke pergelangan. Membuat tubuh atasku yang dilindungi bra terekspos di hadapannya.

Ia begitu sibuk di sana, mengecap berulang kali, tak perduli padaku yang menuntut lebih darinya. Begitu ia puas, ia menarik kembali kemejaku seperti semula, mengaitkan kancingnya dan membawaku turun dari pangkuannya.

“Aku tidak akan melakukan lebih dari ini Queen, karena itu, berhentilah menyamakan dirimu dengan gadis simpanan,” ucapnya.

Ia mengecup keningku pelan lalu beranjak dari duduknya menuju dapur, melepas jas mahalnya dan menggulung lengan kemejanya. Ia mengeluarkan beberapa bahan makanan dari kulkas, meraih panci dari rak dan mulai memasak.

Bau harum segera tercium begitu bunyi mendesis terdengar dari minyak yang bertemu bombay. Aku mendekat ke arahnya setelah mengikat kembali rambutku asal.

“Om masak apa?” Aku ikut berdiri di sebelahnya yang sedang sibuk. Ia membuat nasi goreng sosis dalam jumlah banyak. Darimana nasinya? Sepertinya di rice cooker sudah tersedia nasi hangat.

“Makanan!”

“Itu juga aku tahu Om!” Aku mendengkus kesal. Ia masih saja menyebalkan.

“Panggil Moly! Kita makan bersama.”

Ah, benar! Moly juga bersamaku.

Aku mencoba menghubunginya dengan ponselku, sesuai dengan perintah Pak Wahyu, mungkin Moly sedang di apartemen lain karena Om Gabriel datang kemari. Deringan pertama hingga terakhir, Moly tetap saja tidak menjawab telfonku.

“Apa yang kaulakukan Queen?” Om Gabriel mendekatiku dengan dua piring nasi goreng sosis yang sangat menggiurkan. Ia meletakkannya di meja makan lalu meraih piring ketiga.

“Menelfon Moly.”

“Apa harus menggunakan telfon untuk memanggil temanmu yang sedang di kamarnya?”

Gila! Moly bersembunyi di kamar? Ia pasti mendengar semua desahan nakal dari mulutku.

Aku berlari kecil menuju kamarnya. Kuketuk beberapa kali, aku gugup membayangkan sikap Moly padaku nantinya. Setelah ketukan ketiga, pintu kamarnya terbuka. Gadis itu keluar dengan pakaian santai dan sepertinya baru selesai mandi.

“Tutupi cupangmu itu! Bisa-bisa aku tidak nafsu makan.”

Segera kututupi dengan tangan. Aku malu, benar-benar malu.

Kami makan siang bersama, sepiring nasi goreng buatan Om gabriel yang ternyata jauh lebih enak dari buatanku dan segelas susu hangat. Rasanya seperti satu keluarga, hatiku menghangat setiap kali aku menatap Om Gabriel.

Lelaki yang kutatap dari tadi sibuk menyendok nasi dengan tangan kanannya dan memainkan ponsel dengan tangan kiri. Sesekali ia merengut, sesekali tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

Belum selesai makan, ia bangkit dari duduknya. Meraih jasnya dari sandaran kursi lalu melabuhkan kecupan di pipiku.

“Lanjutkan makannya, aku harus kembali Queen.”

“Ke kantor?”

“Naila mencariku.” Ia segera mengambil langkah keluar dari dapur.

“Om,..”

Om Gabriel kembali berbalik, ia menepuk pelan puncak kepalaku seolah-olah paham maksud panggilanku.

“Lain kali aku akan mengajakmu menemui Naila.” Ia tersenyum, senyum yang aku rindukan dua hari ini.

Seolah terhipnotis, aku mengangguk padanya.

.

.

.

.

.

To Be Continued,

sampai berjumpa di bab selanjutnya.

love,

bemine_97

Terpopuler

Comments

Esti Jumaryati

Esti Jumaryati

ke 4 kali nya baca, ngga ada bosen

2024-03-17

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Waaahh ini om om bagus banget selain tajir,pinter masak,dan memperlakukan wanitanya dgn baik,,😂😂😜😜

2023-01-15

0

Dira Preti

Dira Preti

aduh monly pindah aj thor di apartemen lain wkwkwk
ganggu mereka thor

2022-09-21

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1: Perkenalan
3 Bab 2: Soal Pacar
4 Bab 3: Sepasang Mata Coklat Lain
5 Bab 4: Naila's Choice
6 Bab 5: Hai, Kakak!
7 Bab 6: Sugar Daddy?
8 Bab 7: Sugar Baby?
9 Bab 8: Tawaran
10 Bab 9: Pindahan
11 Bab 10: Rumah Baru Sugar Baby
12 Bab 11: Hari Pertama
13 PENJELASAN
14 Bab 12: Naila Datang
15 Bab 13: Hari Pertama Bersama Naila
16 Bab 14: Tamu Tak Terduga
17 Bab 15: Kisah Kelam Tiga Serangkai
18 Bab 16: Gara Gara Name Tag
19 Bab 17: Bertemu Kembali
20 Bab 18: My Oppa
21 Bab 19: Luka
22 Bab 20: Demi Moly
23 Bab 21: Soal Perasaan
24 Bab 22: Tampan dan Mapan
25 Bab 23: Dua Sisi
26 Visual Character
27 Bab 24: Talk With Entrepreneur
28 Bab 25: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
29 Bab 26: Soal Prioritas
30 Bab 27: Heartache
31 Bab 28: Kapan Mendungku Berlalu?
32 Bab 29: The Reason
33 Bab 30: Heroin
34 Bab 31: Nona Halim
35 Bab 32: Hak dan Kewajiban
36 Bab 33: Queen dan King
37 Bab 34: Reynold!
38 Curhat Author Baperan
39 Bab 35: Labil
40 Bab 36: Kaum Elit
41 Bab 37: Wedding Party
42 Bab 38: Mahkota
43 Bab 39: Rahasia
44 Bab 40: Mama
45 Bab 41: As A Wife
46 Bab 42: High Five
47 Bab 43: Cinderella
48 Bab 44: My Hero
49 Bab 45: Cocho Banana
50 Bab 46: Ulat Pinang
51 Bab 47: Salah Siapa?
52 Bab 48: Moment
53 Bab 49: Om Gabriel di Mataku
54 Bab 50: Pak Dekan
55 Bab 51: Pria Aneh
56 Bab 52: Iblis
57 Bab 53: Iblis Rupawan
58 Bab 54: Koi Gendut
59 Bab 55: Sepenggal Kisah
60 Bab 56: Badai?
61 Bab 57: Curiga
62 Bab 58: Pengganggu
63 Bab 59: Serpihan Puzzle
64 Bab 60: Rasa Sakit
65 Bab 61: Beban
66 Bab 62: Kebenaran
67 Bab 63: Keluarga Neils
68 Bab 64: Crayon
69 Bab 65: Pelet?
70 Bab 66: Taman
71 Bab 67: Pesan dari Om Gabriel
72 Bab 68: Mamanya Naila
73 Bab 69: Sang Presdir
74 Bab 70: Sekretaris Sophie
75 Bab 71: Ransel
76 Bab 72: Terkenal
77 Bab 73: Habiskan Uang?
78 Bab 74: Bungkuskan!
79 Bab 75: Pertengkaran
80 Bab 76: Foto
81 Bab 77: Pertemuan
82 Bab 78: Pria Blasteran
83 Bab 79: Papa Mertua
84 Bab 80: Wanita Asing
85 Bab 81: Yang Lebih Sakit?
86 Bab 82: Aku Percaya, Sayang!
87 Bab 83: Sugar Baby
88 Bab 84: Her Tears
89 Bab 85: Caranya Mengingatmu
90 Bab 86: Mine
91 Bab 87: Sayang!
92 Bab 88: Firasat
93 Bab 89: Petaka Tak Terduga
94 Bab 90: The End Of The Story
95 S2- Bab 91: The Beginning
96 S2- Bab 92: Drama Baru
97 S2- Bab 93: Pacaran?
98 S2- Bab 94: Berhenti Menghinaku!
99 S2- Bab 95: Es Krim Mochi
100 S2- Bab 96: Keegoisan
101 S2- Bab 97: Bayi Siapa?
102 S2- Bab 98: Syarat dari Gabriel
103 S2- Bab 99: Wahyu's First Kiss
104 S2- Bab 100: Perdebatan di Istana Halim
105 S2- Bab 101: Rencana Gabriel
106 S2- Bab 102: Tamu dari Queen
107 S2- Bab 103: Amarah si Gadis Galak
108 S2- Bab 104: Cara Berfikir Wahyu
109 S2- Bab 105: Bar Versi Jey
110 S2- Bab 106: Wanita yang Cemburu
111 S2- Bab 107: Perdebatan
112 S2- Bab 108: Isi Hati
113 S2- Bab 109: Jangan Mengganggu Keluargaku!
114 S2- Bab 110: Kamu yang Menyetir!
115 S2- Bab 111: Obrolan Aneh Dua Wanita Kaya
116 S2- Bab 112: Mantan Besan
117 S2- Bab 113: Impian Natusha
118 S2- Bab 114: Ini Mama
119 S2- Bab 115: Apa kamu bahagia?
120 Extra Part: Kembali ke Rumah
121 Extra Part: Langit Jingga
122 Terbit Cetak. Peluk Om Briel, yuk?
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1: Perkenalan
3
Bab 2: Soal Pacar
4
Bab 3: Sepasang Mata Coklat Lain
5
Bab 4: Naila's Choice
6
Bab 5: Hai, Kakak!
7
Bab 6: Sugar Daddy?
8
Bab 7: Sugar Baby?
9
Bab 8: Tawaran
10
Bab 9: Pindahan
11
Bab 10: Rumah Baru Sugar Baby
12
Bab 11: Hari Pertama
13
PENJELASAN
14
Bab 12: Naila Datang
15
Bab 13: Hari Pertama Bersama Naila
16
Bab 14: Tamu Tak Terduga
17
Bab 15: Kisah Kelam Tiga Serangkai
18
Bab 16: Gara Gara Name Tag
19
Bab 17: Bertemu Kembali
20
Bab 18: My Oppa
21
Bab 19: Luka
22
Bab 20: Demi Moly
23
Bab 21: Soal Perasaan
24
Bab 22: Tampan dan Mapan
25
Bab 23: Dua Sisi
26
Visual Character
27
Bab 24: Talk With Entrepreneur
28
Bab 25: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
29
Bab 26: Soal Prioritas
30
Bab 27: Heartache
31
Bab 28: Kapan Mendungku Berlalu?
32
Bab 29: The Reason
33
Bab 30: Heroin
34
Bab 31: Nona Halim
35
Bab 32: Hak dan Kewajiban
36
Bab 33: Queen dan King
37
Bab 34: Reynold!
38
Curhat Author Baperan
39
Bab 35: Labil
40
Bab 36: Kaum Elit
41
Bab 37: Wedding Party
42
Bab 38: Mahkota
43
Bab 39: Rahasia
44
Bab 40: Mama
45
Bab 41: As A Wife
46
Bab 42: High Five
47
Bab 43: Cinderella
48
Bab 44: My Hero
49
Bab 45: Cocho Banana
50
Bab 46: Ulat Pinang
51
Bab 47: Salah Siapa?
52
Bab 48: Moment
53
Bab 49: Om Gabriel di Mataku
54
Bab 50: Pak Dekan
55
Bab 51: Pria Aneh
56
Bab 52: Iblis
57
Bab 53: Iblis Rupawan
58
Bab 54: Koi Gendut
59
Bab 55: Sepenggal Kisah
60
Bab 56: Badai?
61
Bab 57: Curiga
62
Bab 58: Pengganggu
63
Bab 59: Serpihan Puzzle
64
Bab 60: Rasa Sakit
65
Bab 61: Beban
66
Bab 62: Kebenaran
67
Bab 63: Keluarga Neils
68
Bab 64: Crayon
69
Bab 65: Pelet?
70
Bab 66: Taman
71
Bab 67: Pesan dari Om Gabriel
72
Bab 68: Mamanya Naila
73
Bab 69: Sang Presdir
74
Bab 70: Sekretaris Sophie
75
Bab 71: Ransel
76
Bab 72: Terkenal
77
Bab 73: Habiskan Uang?
78
Bab 74: Bungkuskan!
79
Bab 75: Pertengkaran
80
Bab 76: Foto
81
Bab 77: Pertemuan
82
Bab 78: Pria Blasteran
83
Bab 79: Papa Mertua
84
Bab 80: Wanita Asing
85
Bab 81: Yang Lebih Sakit?
86
Bab 82: Aku Percaya, Sayang!
87
Bab 83: Sugar Baby
88
Bab 84: Her Tears
89
Bab 85: Caranya Mengingatmu
90
Bab 86: Mine
91
Bab 87: Sayang!
92
Bab 88: Firasat
93
Bab 89: Petaka Tak Terduga
94
Bab 90: The End Of The Story
95
S2- Bab 91: The Beginning
96
S2- Bab 92: Drama Baru
97
S2- Bab 93: Pacaran?
98
S2- Bab 94: Berhenti Menghinaku!
99
S2- Bab 95: Es Krim Mochi
100
S2- Bab 96: Keegoisan
101
S2- Bab 97: Bayi Siapa?
102
S2- Bab 98: Syarat dari Gabriel
103
S2- Bab 99: Wahyu's First Kiss
104
S2- Bab 100: Perdebatan di Istana Halim
105
S2- Bab 101: Rencana Gabriel
106
S2- Bab 102: Tamu dari Queen
107
S2- Bab 103: Amarah si Gadis Galak
108
S2- Bab 104: Cara Berfikir Wahyu
109
S2- Bab 105: Bar Versi Jey
110
S2- Bab 106: Wanita yang Cemburu
111
S2- Bab 107: Perdebatan
112
S2- Bab 108: Isi Hati
113
S2- Bab 109: Jangan Mengganggu Keluargaku!
114
S2- Bab 110: Kamu yang Menyetir!
115
S2- Bab 111: Obrolan Aneh Dua Wanita Kaya
116
S2- Bab 112: Mantan Besan
117
S2- Bab 113: Impian Natusha
118
S2- Bab 114: Ini Mama
119
S2- Bab 115: Apa kamu bahagia?
120
Extra Part: Kembali ke Rumah
121
Extra Part: Langit Jingga
122
Terbit Cetak. Peluk Om Briel, yuk?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!