Bab 13: Hari Pertama Bersama Naila

“Kalian mau masak apa? Kami makan malam di sini ya?” Tiba-tiba Pak Bagas yang sedari tadi diam di sofa menimpali percakapan kami. Ia menoleh pada kami yang sedang bertukar kata.

“Tentu saja, tidak seru hanya berdua dengan Moly,” jawabku cepat. Aku tidak sempat memikirkan sebab akibat yang akan tibul dengan mengizinkan mereka makan bersama kami di sini.

Moly memandangiku dengan sudut matanya, ia memutar bola matanya setelah mendengar perkataanku barusan.

“Yang benar saja Queen,” gumam Moly yang hanya bisa kudengar. Aku membalasnya dengan senyuman kecut, meminta maaf padanya atas keputusan sepihakku terhadap mereka. Padahal aku tak tinggal sendiri di apartemen ini.

Mengundang masuk tiga pria ke dalam apartemen? Bisa kubayangkan bagaimana cibiran orang-orang jika mereka tahu apa yang kami lakukan. Namun, di apartemen mewah ini, tak banyak penghuni yang lalu lalang. Aku bahkan tidak mengenal tetangga depan apartemenku yang hanya sekali kulihat saat hendak kuliah kemarin.

Pak Bagas dan Pak Wahyu segera menuju dapur begitu mendengar persetujuanku. Pak Jey menurunkan Naila dari gendongannya dan menitipkan tuan putri itu padaku. Sepertinya mereka akan berperang di dapur, mereka mulai mengeluarkan bahan makanan dari kulkas dan alat masak dari rak.

“Pak, saya bisa masak! Tak perlu merepotkan, kalian tamu di sini,” ujarku saat aku melihat mereka mulai beraksi di sana.

“Masakan kami lebih enak dari masakanmu Queen,” ujar Pak Wahyu cepat tanpa mengalihkan pandangannya dari pekerjaannya.

“Pak Wahyu tahu darimana aku tidak bisa memasak?” jawabku dengan tangan yang berusaha memegangi Naila.

Bocah nakal itu tidak bisa diam persis cacing kepanasan. Loncat kesana-kemari hingga menumpahkan isi botol susunya. Moly segera mengambil kain bersih demi membersihkan tumpahan susu agar tidak meninggalkan bekas di lantai mahal itu. Kepalaku mendadak pusing melihat kelakuannya, bagaimana bisa lelaki setenang Om Gabriel punya benih macam ulat begini?

“Naila!” tegur Pak Wahyu dari dapur. Wajahnya terlihat marah melihat susu coklat yang berhamburan di lantai dan Moly yang sibuk mengepel.

Bocah itu terdiam, ia mematung di tengah-tengah rumah dengan wajah merengut. Tebakku ia akan segera menangis setelah dimarahi Pak Wahyu. Namun tebakanku salah, tak lama berselang gadis itu tertawa. Ia mendatangi Pak Wahyu dan memeluk kaki sang Bodyguard.

“Naila minta maaf Om Wahyu ya, janji ga nakal lagi,” tuturnya.

Aku sedikit kagum pada Naila yang mau mengakui kesalahannya. Bagaimana cara Om Gabriel mengajari Naila hingga ia bisa bersikap seperti itu di usianya yang masih belia?

Merasa kakinya dipeluk, Pak Wahyu menundukkan kepalanya beberapa saat, “Jangan minta maaf sama Om, Om tahu kamu sedang menjahili Kak Queen!” Pak Wahyu tak bergeming, ia kembali sibuk mencuci bahan makanan di wastafel.

Dari dudukku, jantungku serasa jatuh, “Anak itu sengaja melakukannya? Ia benar-benar tidak menyukaiku?” aku bermonolog di dalam hatiku.

“Nanti Naila minta maaf.” Ia masih saja merengek di kaki Pak Wahyu.

“Sekarang Nak!” sahut Pak Jey.

Gadis itu merengut kembali, ekspresinya berubah setiap detik. Mereka pasti kesusahan menghadapi Naila, anak itu tidak bisa diatur dan tidak mau diatur.

Aku harus bersikap bagaimana? Ia anak dari orang yang paling kusukai dan anak itu tidak menyukaiku. Hingga dengan sengaja membuat kekacauan untuk menggangguku. Haruskah aku mencoba mendekatinya seperti saran Pak Bagas dulu?

“Naila, kemari, nonton Barbie yuk?” bujukku. Seharusnya ia menyukai tontonan seperti ini jika dilihat dari tasnya yang bergambar Barbie.

Benar saja! Ia kembali tersenyum dan berlari mendekatiku. Ia naik ke sofa dan menunggu dengan tenang. Aku memutar Rapunzel dan membuat playlist film sejenis di Youtube dari ponsel yang diberikan Papanya dan membiarkan ia menguasai ponsel itu sendirian di sana. Keadaan kembali tenang, Aman!

****

“Kemarilah!” perintah Pak Wahyu dari dapur.

Aku dan Moly segera bangkit begitu ketiganya mulai menata makan malam di meja. Keningku berkerut saat melihat jenis masakan yang mereka masak. Apa-apaan ini? Mereka koki? Atau mereka membeli makanan saat aku sibuk bermain dengan Naila? Darimana datangnya omelet, carbonara, hingga sosis tumis itu?

“Pak Wahyu, anda yang memasaknya?” tanyaku sambil menarik kursi dan mendudukkan Naila di sebelah Pak Wahyu.

“Tentu saja kami bertiga Queen. Kami belajar memasak saat kuliah dulu, duduk dan nikmatilah! Semoga kamu suka.”

Aku mengangguk pada Pak Wahyu. Rasanya menyenangkan bertemu orang-orang hebat namun rendah hati ini. Kukira semua orang kaya bersikap kasar pada orang yang serba kekurangan sepertiku, namun nyatanya, setiap orang yang dikenalkan Om Gabriel bersikap baik.

Jam menunjukkan pukul 10 malam. Pak Jey, Pak Bagas dan Pak Wahyu tertidur di depan TV selagi menonton Avanger. Si mungil Naila tertidur di pangkuanku dan Moly di sofa, mereka kekenyangan dan kelelahan setelah bermain semalaman.

Aku membangunkan Moly agar tidur di kamar. Gadis itu menggeliat beberapakali dan berjalan sempoyongan ke kamarnya. Aku membopong si mungil Naila untuk tidur denganku. Kurebahkan tubuh kecilnya yang berat itu di kasur dan menyelimutinya. Aku kembali keluar membawa selimut untuk ketiga pria itu, menyelimuti ketiganya lalu masuk ke kamar.

Setelah berganti pakaian tidur, aku ikut merebahkan tubuhku di sebelah Naila. Gadis mungil itu benar-benar terlelap hingga tak sadar akan guncangan pada ranjang. Aku menghela nafas berulangkali, menatap kosong pada loteng kamar sedang pikiranku dikuasai Om Gabriel. Bagaimana bisa ia tidak menghubungiku sebulan lamanya? Apa ia tidak merindukanku? Apa hanya aku yang merindukannya?

Aku berbalik menghadap Naila. Menatap dalam-dalam wajah mungil Naila, mata, hidung bahkan bibir bocah itu sama persis dengan Papanya. Ah, rinduku semakin merajalela, haruskah aku menghubunginya? Apa ia akan terganggu? Tapi aku rindu.

Pelan-pelan aku mencoba melepaskan ponselku dari genggaman Naila. Membersihkan layarnya yang berminyak karena ulah anak itu, lalu  mencari kontak Om Gabriel. Aku ragu-ragu, ini sudah larut malam dan aku tidak tahu ia ada di belahan dunia mana. Bagaimana jika ia sedang istirahat? Bagaimana jika ia sedang rapat? Bagaimana jika ia sedang bersama wanita lain? Ah tidak, yang satu itu tidak boleh terjadi.

Aku mulai menekan keyboard mengetik pesan singkat, mengirim pesan jauh lebih aman dari menelfon. Selain itu, aku tetap bisa memastikan ia tidak bersama wanita lain, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Om, apa kabar?

Aku mengernyitkan dahi saat melihat status pesan sudah terkirim. Pesan macam apa ini? Benarkah aku sedang menanyakan kabar kekasihku sendiri? Betapa tidak romantisnya hubungan kami.

Tak lama berselang, ponselku bergetar, segera kubuka pesan yang baru masuk itu,

Hai Queen, aku baik-baik saja,

Aku akan menemuimu setelah pulang,

Jangan khawatir, kau adalah rumahku selain Naila,

Aku membaca pesan itu berulang, wajahku bersemu merah dan rasa rinduku menguap di udara. Om Gabriel benar-benar sudah menguasai hatiku, bahkan pesan seperti ini bisa membuatku bahagia.

.

.

.

.

To Be Continued,

Love Love,

Bemine_97

Terpopuler

Comments

Bajulmati

Bajulmati

makin penasaran nich

2022-02-16

0

YaNaa Putra Umagap

YaNaa Putra Umagap

uwu

2021-10-09

0

Novita

Novita

kok aku rasa da yg janggal yaaa dengan hubungan Queen dan Gabriel???

2021-08-15

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1: Perkenalan
3 Bab 2: Soal Pacar
4 Bab 3: Sepasang Mata Coklat Lain
5 Bab 4: Naila's Choice
6 Bab 5: Hai, Kakak!
7 Bab 6: Sugar Daddy?
8 Bab 7: Sugar Baby?
9 Bab 8: Tawaran
10 Bab 9: Pindahan
11 Bab 10: Rumah Baru Sugar Baby
12 Bab 11: Hari Pertama
13 PENJELASAN
14 Bab 12: Naila Datang
15 Bab 13: Hari Pertama Bersama Naila
16 Bab 14: Tamu Tak Terduga
17 Bab 15: Kisah Kelam Tiga Serangkai
18 Bab 16: Gara Gara Name Tag
19 Bab 17: Bertemu Kembali
20 Bab 18: My Oppa
21 Bab 19: Luka
22 Bab 20: Demi Moly
23 Bab 21: Soal Perasaan
24 Bab 22: Tampan dan Mapan
25 Bab 23: Dua Sisi
26 Visual Character
27 Bab 24: Talk With Entrepreneur
28 Bab 25: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
29 Bab 26: Soal Prioritas
30 Bab 27: Heartache
31 Bab 28: Kapan Mendungku Berlalu?
32 Bab 29: The Reason
33 Bab 30: Heroin
34 Bab 31: Nona Halim
35 Bab 32: Hak dan Kewajiban
36 Bab 33: Queen dan King
37 Bab 34: Reynold!
38 Curhat Author Baperan
39 Bab 35: Labil
40 Bab 36: Kaum Elit
41 Bab 37: Wedding Party
42 Bab 38: Mahkota
43 Bab 39: Rahasia
44 Bab 40: Mama
45 Bab 41: As A Wife
46 Bab 42: High Five
47 Bab 43: Cinderella
48 Bab 44: My Hero
49 Bab 45: Cocho Banana
50 Bab 46: Ulat Pinang
51 Bab 47: Salah Siapa?
52 Bab 48: Moment
53 Bab 49: Om Gabriel di Mataku
54 Bab 50: Pak Dekan
55 Bab 51: Pria Aneh
56 Bab 52: Iblis
57 Bab 53: Iblis Rupawan
58 Bab 54: Koi Gendut
59 Bab 55: Sepenggal Kisah
60 Bab 56: Badai?
61 Bab 57: Curiga
62 Bab 58: Pengganggu
63 Bab 59: Serpihan Puzzle
64 Bab 60: Rasa Sakit
65 Bab 61: Beban
66 Bab 62: Kebenaran
67 Bab 63: Keluarga Neils
68 Bab 64: Crayon
69 Bab 65: Pelet?
70 Bab 66: Taman
71 Bab 67: Pesan dari Om Gabriel
72 Bab 68: Mamanya Naila
73 Bab 69: Sang Presdir
74 Bab 70: Sekretaris Sophie
75 Bab 71: Ransel
76 Bab 72: Terkenal
77 Bab 73: Habiskan Uang?
78 Bab 74: Bungkuskan!
79 Bab 75: Pertengkaran
80 Bab 76: Foto
81 Bab 77: Pertemuan
82 Bab 78: Pria Blasteran
83 Bab 79: Papa Mertua
84 Bab 80: Wanita Asing
85 Bab 81: Yang Lebih Sakit?
86 Bab 82: Aku Percaya, Sayang!
87 Bab 83: Sugar Baby
88 Bab 84: Her Tears
89 Bab 85: Caranya Mengingatmu
90 Bab 86: Mine
91 Bab 87: Sayang!
92 Bab 88: Firasat
93 Bab 89: Petaka Tak Terduga
94 Bab 90: The End Of The Story
95 S2- Bab 91: The Beginning
96 S2- Bab 92: Drama Baru
97 S2- Bab 93: Pacaran?
98 S2- Bab 94: Berhenti Menghinaku!
99 S2- Bab 95: Es Krim Mochi
100 S2- Bab 96: Keegoisan
101 S2- Bab 97: Bayi Siapa?
102 S2- Bab 98: Syarat dari Gabriel
103 S2- Bab 99: Wahyu's First Kiss
104 S2- Bab 100: Perdebatan di Istana Halim
105 S2- Bab 101: Rencana Gabriel
106 S2- Bab 102: Tamu dari Queen
107 S2- Bab 103: Amarah si Gadis Galak
108 S2- Bab 104: Cara Berfikir Wahyu
109 S2- Bab 105: Bar Versi Jey
110 S2- Bab 106: Wanita yang Cemburu
111 S2- Bab 107: Perdebatan
112 S2- Bab 108: Isi Hati
113 S2- Bab 109: Jangan Mengganggu Keluargaku!
114 S2- Bab 110: Kamu yang Menyetir!
115 S2- Bab 111: Obrolan Aneh Dua Wanita Kaya
116 S2- Bab 112: Mantan Besan
117 S2- Bab 113: Impian Natusha
118 S2- Bab 114: Ini Mama
119 S2- Bab 115: Apa kamu bahagia?
120 Extra Part: Kembali ke Rumah
121 Extra Part: Langit Jingga
122 Terbit Cetak. Peluk Om Briel, yuk?
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1: Perkenalan
3
Bab 2: Soal Pacar
4
Bab 3: Sepasang Mata Coklat Lain
5
Bab 4: Naila's Choice
6
Bab 5: Hai, Kakak!
7
Bab 6: Sugar Daddy?
8
Bab 7: Sugar Baby?
9
Bab 8: Tawaran
10
Bab 9: Pindahan
11
Bab 10: Rumah Baru Sugar Baby
12
Bab 11: Hari Pertama
13
PENJELASAN
14
Bab 12: Naila Datang
15
Bab 13: Hari Pertama Bersama Naila
16
Bab 14: Tamu Tak Terduga
17
Bab 15: Kisah Kelam Tiga Serangkai
18
Bab 16: Gara Gara Name Tag
19
Bab 17: Bertemu Kembali
20
Bab 18: My Oppa
21
Bab 19: Luka
22
Bab 20: Demi Moly
23
Bab 21: Soal Perasaan
24
Bab 22: Tampan dan Mapan
25
Bab 23: Dua Sisi
26
Visual Character
27
Bab 24: Talk With Entrepreneur
28
Bab 25: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
29
Bab 26: Soal Prioritas
30
Bab 27: Heartache
31
Bab 28: Kapan Mendungku Berlalu?
32
Bab 29: The Reason
33
Bab 30: Heroin
34
Bab 31: Nona Halim
35
Bab 32: Hak dan Kewajiban
36
Bab 33: Queen dan King
37
Bab 34: Reynold!
38
Curhat Author Baperan
39
Bab 35: Labil
40
Bab 36: Kaum Elit
41
Bab 37: Wedding Party
42
Bab 38: Mahkota
43
Bab 39: Rahasia
44
Bab 40: Mama
45
Bab 41: As A Wife
46
Bab 42: High Five
47
Bab 43: Cinderella
48
Bab 44: My Hero
49
Bab 45: Cocho Banana
50
Bab 46: Ulat Pinang
51
Bab 47: Salah Siapa?
52
Bab 48: Moment
53
Bab 49: Om Gabriel di Mataku
54
Bab 50: Pak Dekan
55
Bab 51: Pria Aneh
56
Bab 52: Iblis
57
Bab 53: Iblis Rupawan
58
Bab 54: Koi Gendut
59
Bab 55: Sepenggal Kisah
60
Bab 56: Badai?
61
Bab 57: Curiga
62
Bab 58: Pengganggu
63
Bab 59: Serpihan Puzzle
64
Bab 60: Rasa Sakit
65
Bab 61: Beban
66
Bab 62: Kebenaran
67
Bab 63: Keluarga Neils
68
Bab 64: Crayon
69
Bab 65: Pelet?
70
Bab 66: Taman
71
Bab 67: Pesan dari Om Gabriel
72
Bab 68: Mamanya Naila
73
Bab 69: Sang Presdir
74
Bab 70: Sekretaris Sophie
75
Bab 71: Ransel
76
Bab 72: Terkenal
77
Bab 73: Habiskan Uang?
78
Bab 74: Bungkuskan!
79
Bab 75: Pertengkaran
80
Bab 76: Foto
81
Bab 77: Pertemuan
82
Bab 78: Pria Blasteran
83
Bab 79: Papa Mertua
84
Bab 80: Wanita Asing
85
Bab 81: Yang Lebih Sakit?
86
Bab 82: Aku Percaya, Sayang!
87
Bab 83: Sugar Baby
88
Bab 84: Her Tears
89
Bab 85: Caranya Mengingatmu
90
Bab 86: Mine
91
Bab 87: Sayang!
92
Bab 88: Firasat
93
Bab 89: Petaka Tak Terduga
94
Bab 90: The End Of The Story
95
S2- Bab 91: The Beginning
96
S2- Bab 92: Drama Baru
97
S2- Bab 93: Pacaran?
98
S2- Bab 94: Berhenti Menghinaku!
99
S2- Bab 95: Es Krim Mochi
100
S2- Bab 96: Keegoisan
101
S2- Bab 97: Bayi Siapa?
102
S2- Bab 98: Syarat dari Gabriel
103
S2- Bab 99: Wahyu's First Kiss
104
S2- Bab 100: Perdebatan di Istana Halim
105
S2- Bab 101: Rencana Gabriel
106
S2- Bab 102: Tamu dari Queen
107
S2- Bab 103: Amarah si Gadis Galak
108
S2- Bab 104: Cara Berfikir Wahyu
109
S2- Bab 105: Bar Versi Jey
110
S2- Bab 106: Wanita yang Cemburu
111
S2- Bab 107: Perdebatan
112
S2- Bab 108: Isi Hati
113
S2- Bab 109: Jangan Mengganggu Keluargaku!
114
S2- Bab 110: Kamu yang Menyetir!
115
S2- Bab 111: Obrolan Aneh Dua Wanita Kaya
116
S2- Bab 112: Mantan Besan
117
S2- Bab 113: Impian Natusha
118
S2- Bab 114: Ini Mama
119
S2- Bab 115: Apa kamu bahagia?
120
Extra Part: Kembali ke Rumah
121
Extra Part: Langit Jingga
122
Terbit Cetak. Peluk Om Briel, yuk?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!