Bab 16: Gara Gara Name Tag

“Hai Queen!” Langkahku terhenti saat namaku dipanggil, aku menoleh dan tersenyum mendapati Aira sedang berlari mengejarku.

“Cepet banget jalannya!” keluhnya begitu ia tiba di hadapanku.

“Yee, kamunya aja yang kaya siput, lagian jalan ya jalan aja, emang ini catwalk?”

“Mana tahu Pak Wahyu muncul kan? Sambil tebar pesona juga!” sahutnya dengan wajah merona.

“Genit amat jadi cewe.”

“Biarin genit kalo dapat barang bagus mah, worth it.” Sontak aku terdiam, merasa tersindir dengan kalimat yang diucapkan Aira.

“Hari ini seragam lo lengkap kan Queen? Name Tag lo ada?” selidik Aira sambil memandangiku dari ujung rambut hingga ujung kaki.

“Emang ada apa? Eh aku lupa Ra, kayaknya ketinggalan di rumah deh,” sahutku sambil mengingat kapan terakhir kali aku menyentuh benda persegi panjang kecil itu.

“Mampus, hari ini orang-orang Kantor Pusat bakalan sidak Queen, lo ga baca grup WA  ya? Oh ia, lo anak baru.” Aira terlihat begitu khawatir sedang aku tidak paham maksud dari kalimatnya.

“Sidak? Maksudnya?” Saat di butik dulu aku tak pernah mendengar karyawan di sana menyebut kata aneh itu.

“Sekarang kita langsung ke Salon, bantu-bantu persiapan biar ga kena semprot sama Manager dari Kantor Pusat.”

Aku menurut dan mengikuti langkah Aira yang sudah lebih dulu berlari ke Salon. Sesampainya di Salon, keadaan Salon sedikit ricuh, karyawan-karyawan yang biasanya terlihat santai hari ini memakai seragam baru dan berias. Mereka sibuk membersihkan area Salon dan mengatur peralatan mengikuti prosedur.

“Queen, Aira, jangan hanya berdiri disitu, cepat kemari dan bantu kami!” teriak Manager Lessi dari dalam toko. Ia terlihat kewalahan dan sibuk memberikan instruksi pada karyawan.

Aku menurut dan segera membantu, mengepel lantai, menyapu debu, mengatur ulang make up dan alat rias walaupun sudah rapi. Aku tidak paham apa yang sebenarnya terjadi, pasti sesuatu yang cukup besar hingga Manager Lessi terlihat ketakutan.

Setelah berbenah, kami mulai merapikan diri sendiri, mengecek tatanan rambut, pakaian seragam, hingga sepatu. Aku kebingungan saat karyawan lain tak ada satupun yang melupakan Name Tag, hanya aku yang lupa membawanya. Sepertinya aku akan mendapat masalah besar mengingat ucapan Aira tadi.

“Berhenti!” jerit sebuah suara nyaring dari pintu masuk.

Seolah-olah sudah paham, para karyawan serentak berbaris dan berdiri mematung. Aku ikut berbaris di sebelah Airi tanpa paham pada situasi yang baru saja terjadi. Manager Lessi menyambut seorang wanita cantik bertubuh mungil dengan kacamata tebal yang bertengger di hidungnya yang sama mungilnya, ia mengenakan jas kantor serba hitam, penampilannya sangat rapi, terlihat jelas bahwa ia wanita disiplin dan pekerja keras.

Wanita itu mengangguk pada Manager Lessi dan melangkah masuk, di belakangnya seorang wanita lain yang lebih tua darinya dan lelaki berjas biru gelap ikut masuk. Manager Lessi tersenyum kikuk saat melihat lelaki itu, ia gugup hingga tubuhnya kaku.

“Lessi, apa yang kamu lakukan di situ? Kamu tidak akan mempersilahkan kami duduk?” tegur Wanita berkacamata.

Manager Lessi segera mendekati tiga petinggi dari Kantor Pusat dan mempersilahkan ketiganya duduk, lalu membawakan mereka minuman serta makanan ringan. Sayup-sayup kudengar karyawan-karyawan berbisik saat melihat lelaki yang menyilangkan kakinya di sofa tepat di depanku, sedangkan aku masih menunduk takut karena lupa membawa Name Tag sialan itu.

“Queen, angkat kepalamu! Kamu harus lihat siapa yang datang ke sini.” Aira menyikut lenganku dan berbisik pelan.

Aku masih saja menolak, pikiranku berkecamuk membayangkan akan dicaci-maki Manajer dari Kantor Pusat itu. Bagaimana jika aku dikeluarkan dari sini? Apa yang akan aku katakan pada Om Gabriel? Ia pasti sangat kecewa dan menganggapku tidak menghargai dirinya. Rasanya lebih mudah saat dikeluarkan dari butik dulu, aku tak perlu merasa tak enak pada orang lain.

Aku mengikuti gerak dari Wanita berkacamata itu dengan pendengaranku, ia mengitari seluruh ruangan Salon hingga ke gudang penyimpanan, mengecek satu per-satu alat rias dan produk yang sudah tertata di meja. Langkahnya beralih pada karyawan-karyawan di Salon, ia memeriksa penampilan mereka bergantian dan mengeluarkan sumpah serapah pada karyawan yang penampilannya dianggap di bawah standar.

“Kamu, sepatumu tidak mengkilap, kamu bekerja di Salon, penampilan sangat penting, jika penampilanmu kacau begini, bagaimana konsumen percaya pada Salon kita? Apa kamu mau bertanggung jawab jika pendapatan Salon ini turun? Jika kamu tidak berniat bekerja, keluar saja sana! Masih banyak orang lain yang mau bekerja di sini!” cecarnya pada Kak Ridwan di ujung sana.

Bagaimana ini? Aku baru saja dipecat dari Butik, masa sekarang dipecat dari Salon juga? Padahal aku belum belajar banyak tentang merias dari Salon ini,

“Kamu, siapa namamu?” Wanita mungil itu sudah berdiri di hadapanku. Tubuhnya sangat mungil dengan tinggi yang kutaksir 155 cm, walau begitu wajahnya sangat cantik dan berkharisma.

“You Are Queen Bu,” jawabku.

“Lihat saya kalau saya lagi bicara!” tegurnya.

Aku mengangkat wajahku mengikuti perintahnya. Belum sempat memandangi wanita itu, pandanganku tertuju pada lelaki berjas di sofa yang sedang menatapku. Aku bertambah gugup sekarang, Om Gabriel duduk bersilang kaki di sana memandangiku dimarahi.

“Kamu anak baru di sini? Kamu tidak mengikuti rekrutmen? Bagaimana bisa kamu masuk ke sini tanpa rekrutmen?” Ia membolak-balik bundel data karyawan di tangannya.

“...”

“Kamu tuli?” bentaknya,

“Ah, Maaf  Bu.” Aku bodoh sekali, sempat-sempatnya memandangi Om Gabriel.

“Hei, kamu benar-benar bodoh ternyata, panggil aku Nona Nancy, mana Name Tag-mu?” Wajahnya mulai memerah dan bibirnya bergetar. Ia mendongak karena selisih tinggi kami ditambah tinggi heels-ku yang membuatnya terlihat begitu mungil.

“Saya tidak sengaja menghilangkannya Nona Nancy.”

“Hal seperti itu saja kamu lupa? Apa isi otakmu, hah?”

“Maaf Nona Nancy, saya akan membuat yang baru.”

Ia mengabaikan kalimatku dan terfokus pada sepatuku. Apa yang ia lihat di sana? Bukankah sepatuku sudah mengkilap?

“Kamu ingin pamer pada semua orang di sini kalau tubuhmu tinggi? Siapa yang memintamu memakai heels setinggi itu?” cecarnya lagi.

Aku mengernyitkan dahi. Apa-apaan wanita ini? Bukankah ini ketentuan dari Salon? Aku hanya memakai heels dengan tumit 5 cm, padahal saat di butik sebelumnya tinggi heels-ku 10 cm dan ia memarahiku karena hal itu? Sumpah, ia membuatku kesal.

“Saya hanya mengikuti prosedur yang berlaku di Salon ini, Nona Nancy,” jawabku berani, aku tidak bersalah dan tidak sudi disalahkan.

“Ah, aku tahu, kamu ingin menggoda pria-pria kaya yang menggunakan jasa Salon ini? Pantas saja kamu berpenampilan seperti ini.” Ia tak mau berhenti.

Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar, benarkah aku serendah itu? Aku hanya mengikuti prosedur yang berlaku dan dianggap sedang menggoda? Mataku kembali tertuju pada Om Gabriel, ia masih saja duduk tenang di singgasananya, tak berminat pada amukan dari bawahannya pada kekasihnya sendiri. Aku benci sekali!

.

.

.

.

.

To Be Continued,

Love Love,

Bemine_97

Terpopuler

Comments

winda hikari

winda hikari

lnjut lagii

2022-03-26

0

Dennyanto Suryadi Siregar

Dennyanto Suryadi Siregar

ya ga mungkinlah om gabriel membela didepan umum, nanti jd viral😅

2021-08-21

1

dhapz H

dhapz H

hanya lupa tak bawa name tag

2021-08-01

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab 1: Perkenalan
3 Bab 2: Soal Pacar
4 Bab 3: Sepasang Mata Coklat Lain
5 Bab 4: Naila's Choice
6 Bab 5: Hai, Kakak!
7 Bab 6: Sugar Daddy?
8 Bab 7: Sugar Baby?
9 Bab 8: Tawaran
10 Bab 9: Pindahan
11 Bab 10: Rumah Baru Sugar Baby
12 Bab 11: Hari Pertama
13 PENJELASAN
14 Bab 12: Naila Datang
15 Bab 13: Hari Pertama Bersama Naila
16 Bab 14: Tamu Tak Terduga
17 Bab 15: Kisah Kelam Tiga Serangkai
18 Bab 16: Gara Gara Name Tag
19 Bab 17: Bertemu Kembali
20 Bab 18: My Oppa
21 Bab 19: Luka
22 Bab 20: Demi Moly
23 Bab 21: Soal Perasaan
24 Bab 22: Tampan dan Mapan
25 Bab 23: Dua Sisi
26 Visual Character
27 Bab 24: Talk With Entrepreneur
28 Bab 25: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
29 Bab 26: Soal Prioritas
30 Bab 27: Heartache
31 Bab 28: Kapan Mendungku Berlalu?
32 Bab 29: The Reason
33 Bab 30: Heroin
34 Bab 31: Nona Halim
35 Bab 32: Hak dan Kewajiban
36 Bab 33: Queen dan King
37 Bab 34: Reynold!
38 Curhat Author Baperan
39 Bab 35: Labil
40 Bab 36: Kaum Elit
41 Bab 37: Wedding Party
42 Bab 38: Mahkota
43 Bab 39: Rahasia
44 Bab 40: Mama
45 Bab 41: As A Wife
46 Bab 42: High Five
47 Bab 43: Cinderella
48 Bab 44: My Hero
49 Bab 45: Cocho Banana
50 Bab 46: Ulat Pinang
51 Bab 47: Salah Siapa?
52 Bab 48: Moment
53 Bab 49: Om Gabriel di Mataku
54 Bab 50: Pak Dekan
55 Bab 51: Pria Aneh
56 Bab 52: Iblis
57 Bab 53: Iblis Rupawan
58 Bab 54: Koi Gendut
59 Bab 55: Sepenggal Kisah
60 Bab 56: Badai?
61 Bab 57: Curiga
62 Bab 58: Pengganggu
63 Bab 59: Serpihan Puzzle
64 Bab 60: Rasa Sakit
65 Bab 61: Beban
66 Bab 62: Kebenaran
67 Bab 63: Keluarga Neils
68 Bab 64: Crayon
69 Bab 65: Pelet?
70 Bab 66: Taman
71 Bab 67: Pesan dari Om Gabriel
72 Bab 68: Mamanya Naila
73 Bab 69: Sang Presdir
74 Bab 70: Sekretaris Sophie
75 Bab 71: Ransel
76 Bab 72: Terkenal
77 Bab 73: Habiskan Uang?
78 Bab 74: Bungkuskan!
79 Bab 75: Pertengkaran
80 Bab 76: Foto
81 Bab 77: Pertemuan
82 Bab 78: Pria Blasteran
83 Bab 79: Papa Mertua
84 Bab 80: Wanita Asing
85 Bab 81: Yang Lebih Sakit?
86 Bab 82: Aku Percaya, Sayang!
87 Bab 83: Sugar Baby
88 Bab 84: Her Tears
89 Bab 85: Caranya Mengingatmu
90 Bab 86: Mine
91 Bab 87: Sayang!
92 Bab 88: Firasat
93 Bab 89: Petaka Tak Terduga
94 Bab 90: The End Of The Story
95 S2- Bab 91: The Beginning
96 S2- Bab 92: Drama Baru
97 S2- Bab 93: Pacaran?
98 S2- Bab 94: Berhenti Menghinaku!
99 S2- Bab 95: Es Krim Mochi
100 S2- Bab 96: Keegoisan
101 S2- Bab 97: Bayi Siapa?
102 S2- Bab 98: Syarat dari Gabriel
103 S2- Bab 99: Wahyu's First Kiss
104 S2- Bab 100: Perdebatan di Istana Halim
105 S2- Bab 101: Rencana Gabriel
106 S2- Bab 102: Tamu dari Queen
107 S2- Bab 103: Amarah si Gadis Galak
108 S2- Bab 104: Cara Berfikir Wahyu
109 S2- Bab 105: Bar Versi Jey
110 S2- Bab 106: Wanita yang Cemburu
111 S2- Bab 107: Perdebatan
112 S2- Bab 108: Isi Hati
113 S2- Bab 109: Jangan Mengganggu Keluargaku!
114 S2- Bab 110: Kamu yang Menyetir!
115 S2- Bab 111: Obrolan Aneh Dua Wanita Kaya
116 S2- Bab 112: Mantan Besan
117 S2- Bab 113: Impian Natusha
118 S2- Bab 114: Ini Mama
119 S2- Bab 115: Apa kamu bahagia?
120 Extra Part: Kembali ke Rumah
121 Extra Part: Langit Jingga
122 Terbit Cetak. Peluk Om Briel, yuk?
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Prolog
2
Bab 1: Perkenalan
3
Bab 2: Soal Pacar
4
Bab 3: Sepasang Mata Coklat Lain
5
Bab 4: Naila's Choice
6
Bab 5: Hai, Kakak!
7
Bab 6: Sugar Daddy?
8
Bab 7: Sugar Baby?
9
Bab 8: Tawaran
10
Bab 9: Pindahan
11
Bab 10: Rumah Baru Sugar Baby
12
Bab 11: Hari Pertama
13
PENJELASAN
14
Bab 12: Naila Datang
15
Bab 13: Hari Pertama Bersama Naila
16
Bab 14: Tamu Tak Terduga
17
Bab 15: Kisah Kelam Tiga Serangkai
18
Bab 16: Gara Gara Name Tag
19
Bab 17: Bertemu Kembali
20
Bab 18: My Oppa
21
Bab 19: Luka
22
Bab 20: Demi Moly
23
Bab 21: Soal Perasaan
24
Bab 22: Tampan dan Mapan
25
Bab 23: Dua Sisi
26
Visual Character
27
Bab 24: Talk With Entrepreneur
28
Bab 25: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
29
Bab 26: Soal Prioritas
30
Bab 27: Heartache
31
Bab 28: Kapan Mendungku Berlalu?
32
Bab 29: The Reason
33
Bab 30: Heroin
34
Bab 31: Nona Halim
35
Bab 32: Hak dan Kewajiban
36
Bab 33: Queen dan King
37
Bab 34: Reynold!
38
Curhat Author Baperan
39
Bab 35: Labil
40
Bab 36: Kaum Elit
41
Bab 37: Wedding Party
42
Bab 38: Mahkota
43
Bab 39: Rahasia
44
Bab 40: Mama
45
Bab 41: As A Wife
46
Bab 42: High Five
47
Bab 43: Cinderella
48
Bab 44: My Hero
49
Bab 45: Cocho Banana
50
Bab 46: Ulat Pinang
51
Bab 47: Salah Siapa?
52
Bab 48: Moment
53
Bab 49: Om Gabriel di Mataku
54
Bab 50: Pak Dekan
55
Bab 51: Pria Aneh
56
Bab 52: Iblis
57
Bab 53: Iblis Rupawan
58
Bab 54: Koi Gendut
59
Bab 55: Sepenggal Kisah
60
Bab 56: Badai?
61
Bab 57: Curiga
62
Bab 58: Pengganggu
63
Bab 59: Serpihan Puzzle
64
Bab 60: Rasa Sakit
65
Bab 61: Beban
66
Bab 62: Kebenaran
67
Bab 63: Keluarga Neils
68
Bab 64: Crayon
69
Bab 65: Pelet?
70
Bab 66: Taman
71
Bab 67: Pesan dari Om Gabriel
72
Bab 68: Mamanya Naila
73
Bab 69: Sang Presdir
74
Bab 70: Sekretaris Sophie
75
Bab 71: Ransel
76
Bab 72: Terkenal
77
Bab 73: Habiskan Uang?
78
Bab 74: Bungkuskan!
79
Bab 75: Pertengkaran
80
Bab 76: Foto
81
Bab 77: Pertemuan
82
Bab 78: Pria Blasteran
83
Bab 79: Papa Mertua
84
Bab 80: Wanita Asing
85
Bab 81: Yang Lebih Sakit?
86
Bab 82: Aku Percaya, Sayang!
87
Bab 83: Sugar Baby
88
Bab 84: Her Tears
89
Bab 85: Caranya Mengingatmu
90
Bab 86: Mine
91
Bab 87: Sayang!
92
Bab 88: Firasat
93
Bab 89: Petaka Tak Terduga
94
Bab 90: The End Of The Story
95
S2- Bab 91: The Beginning
96
S2- Bab 92: Drama Baru
97
S2- Bab 93: Pacaran?
98
S2- Bab 94: Berhenti Menghinaku!
99
S2- Bab 95: Es Krim Mochi
100
S2- Bab 96: Keegoisan
101
S2- Bab 97: Bayi Siapa?
102
S2- Bab 98: Syarat dari Gabriel
103
S2- Bab 99: Wahyu's First Kiss
104
S2- Bab 100: Perdebatan di Istana Halim
105
S2- Bab 101: Rencana Gabriel
106
S2- Bab 102: Tamu dari Queen
107
S2- Bab 103: Amarah si Gadis Galak
108
S2- Bab 104: Cara Berfikir Wahyu
109
S2- Bab 105: Bar Versi Jey
110
S2- Bab 106: Wanita yang Cemburu
111
S2- Bab 107: Perdebatan
112
S2- Bab 108: Isi Hati
113
S2- Bab 109: Jangan Mengganggu Keluargaku!
114
S2- Bab 110: Kamu yang Menyetir!
115
S2- Bab 111: Obrolan Aneh Dua Wanita Kaya
116
S2- Bab 112: Mantan Besan
117
S2- Bab 113: Impian Natusha
118
S2- Bab 114: Ini Mama
119
S2- Bab 115: Apa kamu bahagia?
120
Extra Part: Kembali ke Rumah
121
Extra Part: Langit Jingga
122
Terbit Cetak. Peluk Om Briel, yuk?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!