12. Perahu Penyelamat

Sahabat adalah mereka yang mampu bertahan saat kita sedang dalam masa sulit. Bukan mereka yang ada saat kita dipenuhi kebahagiaan. Jika mereka ada saat kita hanya bahagia, itu bukan sahabat. Tapi orang butuh yang menganggap kita hanya sekedar bayangan.

~**~

Setelah berlari bermeter-meter, akhirnya keenam remaja ini menemukan pelabuhan dan mendapatkan satu perahu yang ditali erat-erat ke tiang penyangga papan sebagai alat mereka jalan di atas air.

"Hati-hati." Mario membantu Gifyka,  Viara dan Azriela turun ke perahu. Afriel sibuk melepaskan tali dari tiang, sedangkan Alvino berusaha menghidupkan mesin perahu.

"Siap-siap." Alvino memberi aba-aba terlebih dahulu sebelum benar-benar menghidupkan mesin perahu.

"Kita pasti selamat." Azriela mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Deru suara diesel dari perahu sudah mulai terdengar. Ini benar-benar perahu yang sangat sederhana. Mario dan Afriel mulai mendayung-dayung sampan untuk mengatur arah ke mana tujuan mereka. Alvino masih stay dengan mesin dieselnya.

"Viara menggigil." pekik Azriela mendekap erat tubuh Viara yang sudah dingin.

"Pakai jaket gue, Via." Gifyka membuka jaketnya kemudian memakaikan ke tubuh Viara yang menggigil hebat.

"Sabar Vi, sebentar lagi kita sampai." Alvino ikut panik melihat kekasihnya sangat ketakutan dan kedinginan.

"Gue nggak apa-apa kok, gue sehat." terdengar jelas dari suara Viara bahwa gadis berpipi chubby itu menahan rasa sakit.

"Lo harus bertahan, Vi. Kita semua akan tetap bersama." semangat demi semangat dari sahabat terus berdatangan silih berganti.

"Berapa lama lagi kita bisa sampai?" Afriel semakin panik.

"Sekitar dua puluh menit lagi."

Alvino menambah kecepatan diesel yang dia kendalikan. Begitu juga dengan Afriel serta Mario yang berusaha menyeimbangkan laju kecepatan dari perahu yang mereka dayung.

Doa selalu mereka panjatkan kepada sang kuasa agar mereka bisa terbebas dari keadaan mencekam saat ini.

"Kenapa seperti ini?" isak tangis Gifyka kembali menggema di sela-sela keheningan mereka yang fokus dengan pikiran masing-masing.

"Sudah Fy, berhenti menyalahkan diri lo sendiri. Ini musibah, manusia tidak akan pernah tahu bagaimana hari esok."

"Benar kata Mario, Fy. Jangan terus-terusan menyalahkan diri lo sendiri."

"Gue minta maaf sama kalian ya. Gue bukan sahabat yang baik buat kalian."

"Lo sahabat terbaik kami, Fy. Jangan pernah beranggapan lo bukan sahabat terbaik. Karena kalau nggak ada lo, kita semua pasti udah mati ditangan Artena sedari tadi." Viara yang merasa lemah berusaha menguatkan dirinya untuk memeluk tubuh Gifyka.

"Sorry kalau gue suka ngerepotin." Gifyka benar-benar menangis dalam dekapan Viara yang dirangkul oleh Azriela.

"Stop Fy, kita harus kuat. Lo nggak boleh cengeng gini." Mario dan keempat orang lainnya tak tega melihat Gifyka terpuruk seperti sekarang ini.

Bagaimana pun ini pilihan mereka untuk berlibur. Tidak ada unsur paksaan sama sekali. Jadi apa pantas jika mereka menyalahkan Gifyka? Rasanya sangat tidak mungkin.

"Thank ya karena kalian masih ada di sisi gue saat keadaan seperti ini." Gifyka memeluk Viara serta Azriela dalam waktu bersamaan.

"Tenang Fy, kita sahabat. Kami nggak akan ninggalin lo sendirian. Kita akan selalu bersama. Nggak usah nyalahin diri lo sendiri lagi." Viara dan Azriela mengusap-usap bahu Gifyka.

"Thank guys." Gifyka semakin mengeratkan tangannya pada tubuh mereka.

Beruntung sekali apabila kita benar-benar mendapat sahabat seperti itu. Bukan sahabat yang datang hanya ada maunya.

~**~

"Ify!" Nafita terbangun dengan keringat mengucur di seluruh badannya. Napasnya sampai tersengal-sengal tak beraturan. Pikirannya kacau balau, mimpi barusan membuatnya benar-benar takut akan kondisi anak gadisnya di tempat orang.

"Mama kenapa?" Yudha ikut terbangun ketika mendengar teriakan Nafita yang menggema memekakkan telinga.

"Ify, Pa." Nafita mengarahkan pandangannya kepada Yudha yang cemas akan kondisinya.

"Mama mimpi buruk tentang Gifyka?" Yudha mengusap keringat yang mengucur pada pelipis Nafita tanpa ada rasa jijik sama sekali.

"Mama mimpi kalau Gifyka sedang dalam bahaya." tangis Nafita sudah pecah. Tak sanggup rasanya membayangkan mimpinya barusan. Terasa sangat menyeramkan. Mungkin ini yang dinamakan ikatan batin antara ibu dan anak.

"Mimpi itu hanya bunga tidur, Ma. Mungkin Mama kelelahan." Yudha mendekap tubuh Nafita. Yang bisa Yudha lakukan sekarang hanyalah menenangkan Nafita.

"Tapi terasa nyata, Pa. Mama takut."

Kamar utama dari keluarga Adittya berubah menjadi tegang untuk Nafita, tapi berubah menjadi perihatin untuk Yudha.

"Mungkin efek kangen, Ma. Mama paling cuma kangen biasa ke Ify."

"Kita susul mereka ke sana yuk, Pa. Mama khawatir terjadi sesuatu sama mereka, terutama sama Gifyka." Nafita mendongakkan kepalanya mengarah ke Yudha penuh harap. Tatapan yang sangat memilukan bagi Yudha.

"Kita di sini saja, Ma. Mereka baik-baik saja."

"Tapi, Pa...."

"Syut... Mereka akan baik-baik saja. Percaya sama Papa, mereka bisa jaga diri."

Nafita kembali terisak saat mendapat penolakan dari Yudha untuk menyusul ke Manado. Lebih tepatnya ke bungalow yang ada di salah satu pulau sekitar Bunaken.

"Sudah Ma, jangan menangis terus. Mama harusnya istirahat, takutnya nanti Gifyka pulang lihat Mama sakit jadi Papa yang disalahkan." Yudha mengecup ubun-ubun istrinya lumayan lama.

"Mama akan tidur." Nafita mengikuti usul Yudha. Nafita juga tak ingin membuat putri semata wayangnya cemas akan kondisinya.

"Jangan memikirkan yang tidak-tidak, Ma." Yudha menarik selimut sampai batas dada Nafita kemudian kembali mengecup puncak kepala Nafita sekilas.

"Terima kasih ya Pa, sudah selalu ada di sisi Mama selama ini."

"Sudah menjadi kewajiban Papa, Ma."

Nafita akhirnya memejamkan matanya setelah merasa sedikit tenang. Ucapan Yudha membuat hatinya sedikit lega meski masih ada sedikit perasaan mengganjal dalam hatinya. Tapi Nafita tak ingin terus-terusan membuat Yudha cemas.

~**~

Ortofus sedang mengamuk karena Artena sekarat di bumi. Hal ini membuatnya kelimpungan bagai orang mabuk kepayang. Kakinya sudah dia hentak-hentakkan ke lantai sedari tadi. Apabila digambarkan, bisa ditambahkan asap keluar dari hidung dan telinganya. Sungguh menakutkan. Bahkan penghuni Laxymuse sampai tak punya nyali untuk menatap tubuh sang Raja.

"Argghhh...!" Ortofus masih berusaha melampiaskan kekesalannya kepada apa saja yang bisa dia jadikan sasaran. Bahkan beberapa guci pemanis ruangan pun sudah hancur menjadi beberapa belahan.

"Kalian berdua, besok turun ke bumi. Bawa Gifyka ke tanganku sekarang juga!" Ortofus menunjuk satu orang perempuan serta satu orang laki-laki yang diketahui memiliki andil di dalam kerajaan khayangan bernama Laxymuse ini.

"Baik, Raja!" kedua orang ini langsung mengangguk patuh kepada Ortofus yang berdiri di hadapan mereka.

"Akan aku pastikan bahwa Nafita akan kembali ke kerajaan ini." gemelutuk gigi Ortofus terdengar ke semua penghuni Laxymuse yang ada di hadapan sang Raja.

Brak!

Satu kursi kerajaan melayang karena tendangan dari Ortofus. Sang Raja memang sering membanting ini itu sesukanya tanpa melihat kondisi sekitar.

Penghuni Laxymuse merasa terganggu ketenangannya setelah sang Raja melakukan penyerangan secara dadakan untuk putri tunggal dari Nafita.

~**~

To Be Continue...

Episodes
1 1. Rencana
2 2. Ke Istana Angkasa
3 3. Sweet Seventeen
4 4. Apa Karena Ucapan Gue?
5 5. Go To Bunaken!
6 6. Keanehan Di Bungalow
7 7. Kejadian Saat Renang
8 8. Gue Punya Rahasia
9 9. Kilatan Cahaya
10 10. Artena
11 11. Laxymuse
12 12. Perahu Penyelamat
13 13. Harapan Keenamnya
14 14. Selalu Bersama
15 15. Azriela Hilang
16 16. Sisa Empat
17 17. Sampan Yang Bocor
18 18. Kena Hipotermia?
19 19. Mati Satu Persatu
20 20. Menyusul
21 21. Di Tangan Psikopat
22 22. Genting!
23 23. Kalung Veromon
24 24. Pulau Nein Kecil
25 25. Lima Kurcaci
26 26. Makanan Di Laxymuse
27 27. Mayat Yang Ditemukan
28 28. Kerajaan Kurcaci
29 29. Giant Chilli Tree
30 30. Penyusup
31 31. Kutukan!
32 32. PTSD
33 33. Di Pemakaman
34 34. Kediaman Angkasa
35 35. Obrolan Pagi
36 36. Masih Ada
37 37. Mimpi Aneh
38 38. Contoh Undangan
39 39. Biru Langit
40 40. Enggak Masalah
41 41. Starry Night
42 42. Siap Merried
43 43. Ladang Alang-Alang
44 44. Untuk Kamu
45 45. Suapan Pertama
46 46. Mencoba Lucid Dream
47 47. Jangan Ikut Campur
48 48. Dewa dan Iblis
49 49. Aku Akan Bereinkarnasi
50 50. Pertemuan
51 51. Shappire Blue Gems
52 52. Lomba Dalam Mall
53 53. Mobil Sedan
54 54. Dibayar Nyawa!
55 55. Sad Wedding
56 56. Dewa Venus
57 57. Dada Kiri
58 58. Dreaming
59 59. Menyusul
60 60. Batu Giok
Episodes

Updated 60 Episodes

1
1. Rencana
2
2. Ke Istana Angkasa
3
3. Sweet Seventeen
4
4. Apa Karena Ucapan Gue?
5
5. Go To Bunaken!
6
6. Keanehan Di Bungalow
7
7. Kejadian Saat Renang
8
8. Gue Punya Rahasia
9
9. Kilatan Cahaya
10
10. Artena
11
11. Laxymuse
12
12. Perahu Penyelamat
13
13. Harapan Keenamnya
14
14. Selalu Bersama
15
15. Azriela Hilang
16
16. Sisa Empat
17
17. Sampan Yang Bocor
18
18. Kena Hipotermia?
19
19. Mati Satu Persatu
20
20. Menyusul
21
21. Di Tangan Psikopat
22
22. Genting!
23
23. Kalung Veromon
24
24. Pulau Nein Kecil
25
25. Lima Kurcaci
26
26. Makanan Di Laxymuse
27
27. Mayat Yang Ditemukan
28
28. Kerajaan Kurcaci
29
29. Giant Chilli Tree
30
30. Penyusup
31
31. Kutukan!
32
32. PTSD
33
33. Di Pemakaman
34
34. Kediaman Angkasa
35
35. Obrolan Pagi
36
36. Masih Ada
37
37. Mimpi Aneh
38
38. Contoh Undangan
39
39. Biru Langit
40
40. Enggak Masalah
41
41. Starry Night
42
42. Siap Merried
43
43. Ladang Alang-Alang
44
44. Untuk Kamu
45
45. Suapan Pertama
46
46. Mencoba Lucid Dream
47
47. Jangan Ikut Campur
48
48. Dewa dan Iblis
49
49. Aku Akan Bereinkarnasi
50
50. Pertemuan
51
51. Shappire Blue Gems
52
52. Lomba Dalam Mall
53
53. Mobil Sedan
54
54. Dibayar Nyawa!
55
55. Sad Wedding
56
56. Dewa Venus
57
57. Dada Kiri
58
58. Dreaming
59
59. Menyusul
60
60. Batu Giok

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!