Tak jauh berbeda dengan suasana kamar para lelaki. Kamar yang dihuni tiga gadis ini pun membicarakan hal yang sama. Hanya saja yang membedakan, di sini hanya dua orang yang membahas insiden terpelesetnya Afriel. Sedangkan Gifyka sibuk dengan pikirannya sendiri.
Tadi cahaya apa ya? Gue penasaran, gak ada angin gak ada hujan bisa ada petir dadakan kayak gitu. Batin Gifyka memikirkan cahaya yang tadi menyambar air di dekatnya.
"Fy, lo kenapa? Diem-diem bae." Azriela menyenggol lengan Gifyka menggunakan lengannya.
"Eh... Apa, Zril?" gagap Gifyka menyadari bahwa kedua sahabatnya itu sedang membahas hal penting.
"Ngelamun mulu lo, kenapa sih?"
"Enggak kok, gue gak kenapa-napa." gelengan kepala didapat oleh Azriela dan Viara dari Gifyka.
"Gak usah bohong, pasti lo lagi mikirin sesuatu ya."
"Ngarang aja lo Vi, gue gak lagi mikirin apa-apa."
"Terus kenapa wajah lo kusut kayak belum diseterika sebulan gitu?" sejenak dua remaja ini menghentikan acara rumpi mereka dan beralih mendekat ke Gifyka.
"Lo kalau ada masalah bisa cerita ke gue, Fy. Jangan dipendam sendiri."
"Hah..." Gifyka mengembuskan napasnya kasar. Mencoba menguatkan dirinya sendiri untuk menceritakan apa yang tadi dia lihat menggunakan mata kepala sendiri.
"Kalian tadi dengar suara dentuman kenceng banget gak?"
"Di mana?" Azriela dan Viara terlihat antusias mendengar cerita Gifyka.
"Di tempat kita berenang tadi. Pas kalian udah masuk habis manggil gue itu tadi ada petir bercahaya aneh dan menghantam air pulau sangat kencang. Habis itu entah ke mana perginya. Kayak tertelan udara, langsung hilang seketika." cerita Gifyka mendeskripsikan apa yang dia lihat tadi.
"Enggak, gak denger apa-apa kan ya Zril?"
"Iya tuh, kita berdua gak denger apa-apa." Viara mengangguk-anggukkan kepalanya membenarkan ucapan Azriela.
"Masa sih gak denger? Gue aja sampai kaget banget loh." Gifyka membelalakkan matanya tak percaya.
"Enggak Fy, berani sumpah deh kita berdua gak denger."
"Emang cahayanya warna apa, Fy?"
"Merah, tapi warna merahnya beda sama mega."
"Emang lagi kebetulan kali, atau enggak mau turun hujan nanti malam."
"Iya Fy, udah ah gak usah dipikirin. Paling cuma petir biasa."
"Enggak Zril, Vi. Yang tadi tuh kayak cahaya yang turun dari langit terus hilang dengan sendirinya entah ke mana." Gifyka masih ngotot atas apa yang dia lihat.
"Halusinasi kali, Fy."
"Kalau kalian ada sama gue dan lihat apa yang gue lihat. Gue jamin kalian bakalan percaya."
"Hem... Ya udah-udah, nanti lagi kita bahasnya. Mending sekarang kita turun dulu, waktunya makan malam." ajak Viara mencoba menenangkan kegundahan hati Gifyka, sahabatnya.
"Gue cuma tak... " Gifyka menghentikan suaranya. Ragu untuk melanjutkan sesuatu yang melintas dalam pikirannya.
"Cuma apa, Fy?"
"Enggak, gak apa-apa kok." Gifyka menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali. Mengubur segala macam kemungkinan yang sudah terjadi.
"Turun yuk, gue udah laper nih." rengek Viara.
"Yuk ah turun, kita makan malam bareng-bareng." Azriela menarik tangan Gifyka supaya mau turun bersama mereka.
"Ya udah ayo." Gifyka sengaja berjalan paling belakang.
Apa kemampuan baru gue masih bisa berfungsi?
Apa gue coba aja?
Pertanyaan itu akhirnya terlontar dari dalam hati Gifyka.
Gifyka memandang sebuah vas bunga di atas meja. "Pecah." ucap Gifyka lirih, bahkan hanya dirinya yang bisa mendengar.
Pyar!
"Astaga!" teriak Gifyka kaget saat vas bunga yang dia pandang benar-benar pecah setelah dia mengucapkan hal demikian. Tidak berselang beberapa menit, bahkan hanya berselang satu detik setelah dia bilang pecah.
"Fy, lo kenapa?" Azriela dan Viara kembali ke kamar menghampiri Gifyka yang masih shock karena ucapannya barusan.
"Kok bisa pecah sih, Fy?" Viara menghampiri pecahan vas bunga yang berserakan di atas lantai. Sedangkan Azriela menenangkan Gifyka yang masih mengatur napasnya perlahan-lahan.
"Lo gak kenapa-napa, Fy?" cemas Azriela mengusap peluh di pelipis Gifyka menggunakan tisue.
"Gak ada yang luka kan, Fy?" Viara ikut panik sambil berlari mengarah ke Gifyka.
Gifyka menggelengkan kepalanya sebagai tanda jawaban.
"Udah tenangin diri lo, Fy. Lo udah aman."
"Lo mau ngapain sih tadi? Kok bisa jatuh?"
"Gue punya rahasia." ujar Gifyka membuat Azriela dan Viara mengerutkan keningnya tak mengerti.
"Rahasia? Maksud lo apa, Fy?"
"Apa pun yang gue kehendaki dan gue ucapkan, pasti terjadi."
Azriela dan Viara bertatap wajah saling menanyakan apa maksud dari ucapan Gifyka.
"Kalian berdua pasti bingung."
"Emang bingung, Fy." jujur keduanya secara bersamaan.
"Coba kalian lihat botol air mineral itu." kedua sahabat Gifyka mengikuti arah telunjuk gadis berdagu tirus di samping mereka.
"Terus?"
"Melayang." ujar Gifyka sambil menatap botol air mineral di atas nakas.
"Hemt..." Azriela dan Viara membekab mulut masing-masing tak percaya akan semua ini.
Apa benar botol itu melayang karena ucapan Gifyka?
"Kok bisa sih, Fy?" heran Viara tak berkedip melihat botol air mineral itu melayang-layang.
"Turun." ujar Gifyka lagi, dan akhirnya botol itu kembali ke tempat semula.
"Lo punya ilmu sihir, Fy?"
"Gue juga gak tahu kenapa bisa kayak gini. Awalnya pas gue jalan-jalan sama bokap nyokap kemarin."
"Woy! Mau pada makan gak kalian? Lama amat dah!" teriak Mario dari ambang pintu. Tubuh lelaki itu sudah bersiap-siap masuk lebih dalam ke kamar.
"Iya kita bertiga ke bawah sekarang." sahut Gifyka memandu kedua sahabatnya.
"Gue butuh penjelasan, Fy." tuntut Azriela di sela-sela jalan mereka.
"Gue gak bisa jelasin. Tapi yang pasti, gue gak tahu kapan ini benar-benar ada di diri gue." sahut Gifyka berbisik-bisik supaya Mario tidak mendengarnya.
"Kalian lagi ngomongin gue ya?" Mario membalikkan badannya menatap ketiga gadis yang seketika diam seolah tidak sedang mengobrol.
"Apaan? Orang kita bertiga diem aja. Ya kan?" Gifyka melihat Azriela dan Viara secara bergantian.
"Iya kok, siapa yang lagi ngobrol." Viara mengangguk antusias membenarkan jawaban Gifyka.
Keempat orang ini menuruni tangga menuju ruang makan. Menyusul Alvino dan Afriel yang sudah menunggu.
"Kalian habis rapat apaan sih? Lama amat."
"Habis rapat masalah cewek."
"Ribet amat lo jadi cewek." cibir Afriel sambil mengambil nasi ke piringnya.
"Udah-udah, waktunya makan."
"Kok gue tiba-tiba keingat Mama ya, gue takut gak bisa lihat Mama sama Papa lagi." ucapan Azriela membuat semua orang langsung terdiam.
"Lo ngomong apa sih Zril, gak usah ngelantur deh."
"Gue cuma takut, bukan apa-apa."
"Mungkin efek kangen, lo biasa bareng sama keluarga dan sekarang enggak."
"Iya Zril, gak boleh mikir gitu ah. Gak baik." Gifyka mengusap-usap bahu Azriela supaya sahabatnya itu tenang.
"Thank ya, kalian selalu kasih gue pengertian."
"Kita kan sahabat, Zril. Harus selalu bersama dalam keadaan apa pun dan harus saling support."
~**~
To Be Continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments