Siang berganti malam. Inilah yang ditunggu-tunggu oleh Gifyka. Pesta ulang tahun untuk memperingati ulang tahunnya yang ketujuh belas tahun.
Berulang kali Gifyka menatap cermin yang memantulkan dirinya. Gifyka tak bisa memungkiri bahwa dirinya itu sangat cantik. Bukan sombong, tapi memang kenyataan dirinya cantik dari atas sampai bawah. Apalagi sekarang tubuh mungilnya terbalut gaun panjang tanpa lengan berwarna gold dengan rambut disanggul ke atas serta menyisakan sedikit rambutnya yang dibuat curly di sisi kanan dan kiri. Polesan make up natural khas anak remaja menambah keanggunan Gifyka. Telapak kakinya beralaskan high heels berwarna senada dengan gaunnya.
"Astaga Gifyka!" teriak Azriela dan Viara dari ambang pintu kamar Gifyka.
Kedua gadis itu tak kalah cantiknya dengan Gifyka. Mereka mengenakan gaun warna berbeda dengan model sama.
"Lo cantik banget sumpah." Azriela sampai mengelilingi tubuh Gifyka untuk memastikan bahwa yang di depannya ini adalah Gifyka sahabatnya. Karena Gifyka lebih pantas disebut dewi Yunani ketimbang manusia.
"Iyalah gue, kenapa?" Gifyka sampai tersipu malu sendiri melihat ekspresi kedua sahabatnya. Gifyka yakin kalau kedua sahabatnya itu terpesona atas penampilannya. Sekali lagi tidak sombong, Gifyka menyadari bahwa dirinya sangat cantik. Cantik melebihi kapasitas.
"Lo cantik banget. Gue aja sampai pangling." mata Viara sudah hampir keluar melihat penampilan Gifyka.
"Kalian juga cantik kok, setiap wanita itu cantik dengan porsinya masing-masing. Jadi gak boleh iri, ok?"
"Udah cantik, pintar, baik, bijaksana lagi. Makin lopeh aja gue sama lo." Viara serta Azriela memeluk tubuh Gifyka.
"Gue masih suka cowok."
Mendengar balasan Gifyka, Azriela dan Viara seketika melepaskan pelukannya.
"Gue juga masih doyan cowok kali, Fy, lo kira gue lesbian." dengus Azriela memanyunkan bibirnya.
"Gue juga masih punya Alvino kali, Fy, belum pindah ke lain hati."
"Gini aja diakui pacar." cibir Azriela menatap Viara.
"Emang kenapa?" Gifyka menatap tak mengerti kepada Azriela dan Viara.
"Enggak kok, bukan apa-apa. Hehehe..." cengir Viara membuat Gifyka semakin mengerutkan keningnya.
"Ih dasar." desis Gifyka.
"Udah waktunya lo turun Fy, ayo." ajak Viara mengulurkan tangannya ke Gifyka.
"Ayo, lo harus bahagia di hari kelahiran lo." Azriela menarik tangan Gifyka.
"Gue gugup."
"Jangan gugup, anggap saja ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya." Viara dan Azriela berjalan menuntun Gifyka menuruni tangga kediaman Angkasa.
Ketiga gadis itu berjalan menuruni tangga penuh hati-hati karena gaun mereka sama-sama panjang.
Dia sangat cantik, kecantikan abadi berada di dalam sana. Kedua mata Mario tak bisa terlepas dari Gifyka.
"HAPPY BIRTHDAY GIFYKA!"
Gifyka mendongakkan kepalanya setelah mendengar seruan suara dari banyak orang. Gifyka sempat kaget karena semua teman-teman sekolahnya mau datang ke pesta ulang tahunnya yang ketujuh belas tahun. Awalnya Gifyka sudah percaya bahwa mereka tidak akan datang. Tapi ini? Mereka semua datang membawa bingkisan serta berpakaian sangat menawan.
"Ide kamu berhasil Mario. Gifyka terlihat sangat bahagia karena teman-teman sekolahnya datang." Nafita berbisik sangat pelan tepat di dekat telinga Mario.
"Ini semua demi Gifyka, Tante. Mario sudah pikirkan matang-matang dari jauh-jauh hari." balas Mario berbisik pula kepada Nafita.
"Ayo turun, Fy!" seru Yudha membuat lamunan Gifyka buyar.
Gifyka dibantu Azriela dan Viara kembali menuruni tangga secara perlahan sampai ke atas mimbar.
"Selamat malam semuanya." sapa Gifyka kepada tamu undangan. Bahkan matanya sampai berkaca-kaca karena tak menyangka ini terjadi. Siapa yang memaksa mereka datang ke pesta ulang tahunnya?
"Malam." gema suara teman-temannya terdengar jelas. Ini ulang tahun termeriah yang pernah Gifyka rasakan.
"Terima kasih karena kalian sudah mau datang ke pesta ulang tahun gue yang ketujuh belas. Terima kasih sekali, semoga kalian nyaman dan happy ada di pesta gue malam ini." suara Gifyka terdengar gemetar karena menahan tangis haru.
"Ya, sekarang waktunya tiup lilin." suara sang MC menggema saat melihat seorang waitters mendorong kue ulang tahun berwarna pink dan bertingkat tiga ke arah Gifyka.
Nafita serta Yudha berjalan ke atas panggung menyusul Gifyka. Azriela dan Viara juga sudah bergabung dengan Alvino, Afriel dan Mario di bawah tepat di depan panggung yang tidak terlalu tinggi.
Happy birthday to you...
Happy birthday to you..
Happy birthday...
Happy birthday...
Happy birthday to you...
Semua orang menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Gifyka secara kompak sampai berulang kali.
"Make a wish dulu dong."
Gifyka memejamkan matanya, meminta sesuatu hal yang hanya dirinya sendiri bersama Tuhan yang tahu.
"Tiup lilinnya." seru Viara membuat Gifyka tak bisa menahan senyumnya.
Fiuh Fiuh.
Cukup dua kali Gifyka meniup lilin karakter dengan angka satu dan tujuh. Kedua lilin itu langsung mati. Riuh tepuk tangan menggema di kediaman Angkasa malam hari ini.
"Sekarang potong kuenya." pandu sang MC untuk kedua kalinya.
Lagi-lagi Gifyka hanya bisa mengikuti panduan dari MC. Tangan kanannya kini sudah memegang pisau khusus pemotong kue tart. Gadis berdagu tirus itu sedikit kekusahan saat memotong karena lumayan tinggi juga.
"Yey... Kira-kira potongan pertama untuk siapa ya?" goda lelaki yang berdiri tak jauh dari Yudha.
"Kue pertama ini bakal gue kasihin ke Mama tercinta." ujar Gifyka membuat Nafita dan semua tamu undangan terenyuh.
Gifyka mendekat ke arah Nafita, perlahan Gifyka menyuapkan kue dalam tangannya ke mulut Nafita.
"Terima kasih sudah merawat aku sampai sebesar ini ya, Ma." Gifyka menghapus air matanya sendiri.
"Maafkan Mama juga sayang, kalau Mama suka marah-marah ke kamu. Kamu putri Mama yang paling baik. Wish you all the best, my princess." Nafita memeluk tubuh mungil Gifyka setelah selesai mengunyah kue tart suapan dari Gifyka tadi.
Kelima sahabat serta teman-teman sekolah Gifyka terenyuh melihat kedekatan antara putri dan ibunya tepat di depan mereka sendiri. Mungkin ini bukanlah hal yang aneh untuk sahabat Gifyka. Tapi untuk teman-teman Gifyka yang baru pertama kali melihat hampir tak percaya dengan semuanya.
"Usaha kita buat bikin mereka datang ke ulang tahun Gifyka nggak sia-sia ya."
"Iya, Vi. Gue juga makasih banget sama kalian karena udah mau bantu ide gue." sahut Mario tanpa mengalihkan pandangannya dari Gifyka dan Nafita.
"Sama-sama Yo, Gifyka juga kan sahabat kita. Kalau Gifyka bahagia, kita juga bahagia." tanpa sadar Viara meraih lengan Alvino dan bersandar ke bahu Alvino.
~**~
Usai acara ulang tahun, Mario tidak langsung pulang. Melainkan berbincang terlebih dahulu bersama Gifyka di area kolam renang. Cahaya bulan terlihat jelas memantul dari air yang ada di dalam kolam renang.
"Jadi ini semua ulah lo?" Gifyka menolehkan kepalanya mengarah ke Mario. Mereka sama-sama menikmati keindahan malam, kaki keduanya menyebur ke dalam kolam renang.
"Ya, gue yang ngelakuin ini semua. Dibantu sama Iyel, Zril, Alvino dan Via." Mario mengakui idenya kepada Gifyka untuk mengajak semua teman-teman sekolah datang ke pesta ulang tahun Gifyka malam ini.
"Kenapa?" dalam hati Gifyka sangat penasaran kenapa Mario mau melakukan ini semua untuk dirinya.
"Ya karena gue mau dan karena lo sahabat gue." Mario mengangguk-anggukkan kepalanya berulang kali.
"Oh, gue kirain karena apa." Gifyka menunduk sedih. Ada rasa kecewa dalam hati kecilnya. Gifyka pikir Mario melakukan ini semua karena Mario menyukainya. Tapi ternyata tidak. Gifyka salah besar, Mario tetap saja menganggap dirinya sebagai sahabat.
"Emang lo berharap karena apa?" Mario memandang paras ayu Gifyka dari samping.
Gifyka mendongak mendengar pertanyaan Mario. Jantungnya berdetak keras, dua kali lipat lebih kencang dari barusan.
"Enggak, ya gue kira karena apa gitu." Gifyka mengedikkan bahunya acuh. Sekuat tenaga Gifyka menghilangkan kegugupannya.
Keheningan kembali tercipta di antara keduanya. Hanya terdengar gemericik air dari kaki Gifyka yang tak bisa diam. Hati Gifyka semakin dag dig dug tak karuan menunggu hal apa lagi yang akan diucapkan oleh Mario.
"Fy," panggil Mario pelan tapi mampu membuat Gifyka mendongakkan kepalanya lagi.
"Ya, apa?" hati Gifyka bersorak senang. Gifyka berharap Mario akan menyatakan cinta untuknya malam ini. Gifyka berharap bahwa mereka bisa menjadi sepasang kekasih.
"Selamat ulang tahun yang ketujuh belas ya. Semoga lo panjang umur, makin disayang keluarga, tetap jadi sahabat buat gue sama yang lainnya, semoga lo selalu dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ya pokoknya doa terbaik buat lo." Mario tersenyum kian manis untuk Gifyka.
Hati Gifyka kembali melengos mendengar ucapan demi ucapan dari Mario untuknya. Tapi setidaknya lelaki berkulit hitam manis itu sudah memberikan kejutan yang tak akan pernah Gifyka lupa sampai nanti.
"Ok, gue juga makasih banget karena lo udah bikin gue bisa merasakan bagaimana merayakan ulang tahun bersama teman-teman dan keluarga juga kalian. Terima kasih karena lo udah mau jadi sahabat gue selama ini, Yo." Gifyka tetap tersenyum ke arah Mario meski dalam hatinya kecewa.
"Hadiah buat lo." Mario memberikan sekotak hadiah untuk Gifyka.
"Boleh gue buka?"
"Buka aja, semoga lo suka sama hadiah yang gue kasih."
Perlahan-lahan Gifyka membuka kotak hadiah pemberian Mario. Kertas kado berwarna pink serta gambar bunga mawar itu berhasil dibuka oleh Gifyka. Kini tinggal membuka penutup kotak saja. Mario masih harap-harap cemas, apakah Gifyka menyukainya atau tidak.
"Wah... Bagus banget, Yo." Gifyka mengambil jam tangan keluaran terbaru dari brand Perancis yang sangat mendunia. Jam tangan itu simpel, mungil dan berwarna pink.
"Itu gue pesan langsung dari Paris khusus buat lo. Gue harap sih suka." Mario mengacak-acak puncak kepala Gifyka.
"Gue suka kok Yo, makasih banget ya. Pasti gue pakai kok, lo tenang aja." wajah Gifyka memang terlihat berkali-kali lipat ceria saat melihat hadiah dari Mario.
"Gue sengaja ngasih lo jam tangan supaya lo ingat waktu. Soalnya lo itu orang yang kalau suka dalam satu hal lo gak ingat sama hal lain. Maka dari itu gue pengen lo bisa membagi waktu lo sendiri. Kapan buat sahabat, keluarga, dan yang paling penting buat diri lo sendiri." Jelas Mario secara rinci membuat Gifyka kembali terharu.
"Makasih banget ya, Yo." tanpa sadar Gifyka memeluk tubuh Mario dari samping.
Mario mematung untuk beberapa detik saat Gifyka benar-benar memeluknya. Napasnya tersengal serasa sesak napas. Jantungnya semakin berdetak di atas normal.
"Kok lo diam aja sih, Yo." Gifyka melepaskan pelukannya.
"Eh... Apa Fy?" Mario tergagap sendiri karena salah tingkah.
"Gue bilang makasih banget." ulang Gifyka membuat Mario gemas.
"Oh... Sama-sama." Mario hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja.
"Eh iya Fy, udah malam. Gue harus pulang sekarang." Mario melirik jam tangannya sekilas. Ternyata sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Hati-hati ya di jalan. Kasih kabar kalau udah sampai." Gifyka ikut berdiri. Mengangkat kakinya dari air kolam renang, kemudian berjalan menuju rumah setelah mengeringkan kakinya menggunakan handuk.
"Ok, gue pulang ya. Tidur yang nyenyak." Mario benar-benar pamit untuk meninggalkan istana Angkasa.
Gifyka senyam-senyum sendiri sambil melihat jam tangan pemberian Mario. Meskipun Mario tidak memintanya menjadi kekasih, tapi ini sudah lebih dari cukup.
"Yang lagi seneng, senyam-senyum sendiri." Suara lembut dari Nafita mengagetkan Gifyka.
"Mama, hobi banget sih ngagetin aku." Gifyka langsung menyembunyikan jam tangan pemberian Mario.
"Apaan tuh? Mama mau lihat dong."
"Apaan? Orang gak ada apa-apa kok."
"Udah, hadiah ulang tahun dari Mario kan? Mama juga pernah muda kali."
Kedua pipi Gifyka bersemu mendengar bahwa Nafita dan Yudha dulu juga pernah muda.
"Ini kado ulang tahun dari Mama, sayang." Nafita memberikan sebuah kalung emas putih berbandul batu berwarna hijau. Batu itu bentuknya sangat aneh menurut Gifyka, tapi unik dan lucu.
"Batu apa ini, Ma?" Gifyka menyempatkan bertanya saat Nafita memakaikan kalung itu ke leher jenjangnya.
"Itu batu keselamatan sayang. Jangan pernah lepas kalung ini ya, di mana pun dan kapan pun kamu berada." jawaban Nafita membuat Gifyka semakin bingung.
"Batu keselamatan?" kening Gifyka mengkerut menjadi satu.
"Iya, pokoknya jangan sampai lepas atau kamu lepaskan."
"Iya Mamaku sayang. Makasih ya hadiahnya, aku suka." Gifyka mengusap batu dalam bandul kalungnya itu.
"Iya, udah sekarang kamu istirahat gih. Besok kan kita mau liburan ke Bandung."
"Mama juga istirahat ya." Gifyka mencium kedua pipi Nafita sekilas lalu berjalan menaiki tangga menuju kamar.
~**~
Gifyka menatap kamarnya penuh akan kado ulang tahun dan bunga. Semua kado itu menumpuk di atas sofa kamarnya, sampai ke meja segala.
"Gue bener-bener seneng malam ini." Gifyka membaringkan tubuhnya ke atas ranjang.
"Gue seneng karena akhirnya gue bisa merasakan bagaimana rasanya merayakan ulang tahun bersama teman-teman sekolah." wajah Gifyka tak bisa berhenti tersenyum malam ini. Semuanya sangat tiba-tiba dan membingungkan.
~**~
Setiap perbuatan, lebih pasti ada sebuah makna dan keinginan di dalamnya. Entah itu hal baik atau bahkan sebaliknya.
~**~
To Be Continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments