Berkat bantuan dari Ortopus, Irina bisa terbebas dari sihir yang diberikan Gifyka. Bahkan Irina dan Londru sekarang sedang mencari keberadaan Gifyka beserta teman-temannya. Ke sana ke mari mereka berlarian menyusuri semak-semak belukar.
"Ke mana mereka perginya?" Londru sudah marah sendiri karena menangkap Gifyka saja sangat sulit. Padahal hanya menangkap dan membawa ke khayangan.
"Arrgh...! Kita kehilangan jejak." Irina ikut berteriak.
Kenapa mereka bagai orang bodoh? Padahal mereka memiliki kekuatan. Londru langsung menerawang alam bawah sadarnya. Kelebatan remaja yang sedang berlari merasuk ke pikirannya.
"Mereka tak jauh dari sini. Kita ambil kanan." Londru berlari mengajak Irina. Tapi percayalah, lari seorang makhluk astral itu berbeda dengan manusia. Kakinya terbang lalu berpijak ke pohon terbang lagi berpijak ke pohon lagi kemudian terbang lagi dam begitu terus.
Tapi berbeda dengan Irina yang berlari di udara. Dia berlari tapi di udara, bukan seperti Londru atau di atas tanah seperti manusia.
~**~
Tubuh keempat remaja ini sama-sama menggigil usai kejadian renang berenang selama beberapa menit. Tapi sekuat tenaga mereka terus berjalan menjauh dan mencari pelabuhan selanjutnya supaya mereka bisa sampai ke Bunaken. Bukan lagi berlari, tapi ini bisa dibilang jalan santai. Karena apa lagi kalau bukan karena rasa dingin yang melanda. Sivia sudah berusaha berjalan sendiri meski masih dituntun oleh Alvino dan Gifyka.
Brukk!
"Alvino!" teriak Viara dan Gifyka secara bersamaan ketika melihat tubuh Alvino tergeletak secara tiba-tiba seperti orang pingsan.
Refleks mereka berjongkok, menggoyang-goyangkan tubuh Alvino. Berharap Alvino bisa sadar. Tapi sudah berulang kali mereka memanggil Alvino tetap saja tidak ada respon.
"Vin, sadar. Alvino!" Mario panik sendiri karena Alvino tak kunjung sadar. Padahal sudah ada sepuluh menit mereka mencoba membangunkan Alvino.
"Vin, sadar. Gue mohon sadar demi gue, demi kita semua, demi keluarga lo yang nungguin di rumah." air mata Viara mengalir, takut terjadi apa-apa pada Alvino sang kekasih.
Rasa takut terus menyeruak masuk ke dalam hati masing-masing. Pasalnya Alvino tidak memberi respon sedikit pun.
"Biar gue coba kasih napas buatan."
Gifyka sedikit menyingkir supaya Mario bisa memberikan napas buatan untuk Alvino. Siapa tahu saja Alvino bisa sadar. Tapi sudah berulang kali Mario memberikan napas buatan, tetap saja Alvino tidak merespon.
Tangisan Viara semakin kencang membuat Gifyka terheran-heran. Gadis kecil ini memeluk tubuh Viara untuk menenangkan. Meski dirinya belum tahu apa yang membuat Viara menangis sekencang ini.
"Syut... Via lo kenapa?" Gifyka masih berusaha menenangkan Viara.
"Percuma lo kasih napas buatan berulang kali buat Alvino." isak tangis Viara terdengar menyesakkan dada. Viara sudah menyembunyikan wajahnya ke pelukan Gifyka.
"Maksud lo, Vi? Kenapa bisa percuma?" wajah Mario sudah tidak terdeteksi lagi paniknya.
"Alvino udah meninggal, dia udah nggak ada. Hiks..." tangisan dan jawaban Viara membuat Gifyka serta Mario terpukul. Apa maksud dari semua ini?
"Lo bohong kan, Vi? Tahu dari mana lo kalau Alvino udah nggak ada?" tubuh Mario menegang mendengar jawaban Viara tadi.
"Gue yakin kalau Alvino kena hipotermia." Viara berusaha menghentikan tangisannya sekuat mungkin. Air matanya dia hapus perlahan dan mulai menarik napas dalam-dalam.
"Hipotermia?" tanya Gifyka lebih memperjelas.
Viara menganggukkan kepalanya pelan. Tidak sanggup harus menjelaskan semuanya. Sakit melihat lelaki yang dia sayang meninggal di depan matanya. Apalagi beberapa saat tadi Alvino masih menuntunnya, membawanya berenang ke tepi, menggendongnya dan memeluknya. Tapi sekarang Alvino sudah tidak bernyawa.
"Hipotermia, penyebab utamanya adalah berada di tempat yang terlalu dingin. Itu kondisi darurat di mana tubuh nggak sanggup mengembalikan suhu panas tubuh karena suhunya terlalu cepat turun. Ketika suhu tubuh turun menjadi terlalu rendah maka jantung, sistem saraf dan organ tubuh lainnya nggak dapat bekerja secara optimal. Jika hal itu terjadi maka bisa menyebabkan kegagalan total pada fungsi jantung dan sistem pernapasan akhirnya mengarah ke kematian." Viara menjelaskan sangat panjang kepada Mario dan Gifyka.
Mario dan Gifyka tidak menyangka dengan penjelasan Viara barusan. Lebih tepatnya tidak percaya, apa mungkin Alvino benar-benar meninggal. Tapi melihat tubuh Alvino yang sama sekali tidak merespon membuat mereka menjadi yakin.
"Gue yakin dari tadi Alvin lagi nahan rasa dinginnya." air mata di pipi Viara kembali mengalir.
"Syut... Udah Via, ikhlaskan Alvino." hanya itu yang bisa diucapkan oleh Gifyka kepada Viara.
"Astaga Alvin, kenapa dia nggak bilang sih." Mario menatap sedih ke arah jasad Alvino.
Viara mencium kening Alvino lama. Perasaan sayangnya kepada lelaki itu sungguh besar. Apalagi pengorbanan Alvino untuknya di sini itu tidak akan pernah Viara lupakan sampai kapan pun. Gifyka dan Mario yang melihat hal demikian hanya bisa memanjatkan doa.
"Tidur yang nyenyak, Vin. Gue selalu sayang sama lo." ujar Viara lirih, hatinya pedih melihat dan menerima semua ini. Dikecupnya bibir biru Alvino sebentar. Viara akan sangat merindukan kekasihnya ini. Kebaikan Alvino meninggalkan luka teramat dalam.
Tetesan demi tetesan air mata dari kedua mata Viara kembali merembes membentuk dua aliran sungai.
"Ikhlaskan Via, ikhlas." Gifyka kembali memeluk tubuh Viara. Gadis berbadan mungil ini pun ikut menangis. Bagaimana pun Gifyka juga sahabat Alvino dari kecil.
Mario sudah memukul-mukul tanah. Dirinya merasa gagal menjadi seorang sahabat. Bagaimana bisa dirinya tidak tahu bahwa Alvino merasakan sakit dan kedinginan yang luar biasa. Tapi mau dibagaimanakan lagi. Ini sudah menjadi takdir.
🎼 Berpisah denganmu tlah membuatku smakin mengerti betapa indah saat bersama...
Yang masih selalu ku kenang...
Selamat jalan kekasih...
Kaulah cinta dalam hidupku...
Aku kehilanganmu...
Untuk slama-lamanya...
Kelebatan demi kelebatan kenangan masa lalu bersama Alvino berputar-putar di ingatan Viara.
*Viara, gue nggak tahu harus gimana bilangnya. Cuma yang gue tahu, gue pengen lo jadi cewek gue.
Jadi lo mau jadi cewek gue?
Makasih Via, gue seneng.
Maaf Via, gue telat karena tadi jalan macet.
Dia bukan siapa-siapa Viara, cuma tetangga deket rumah.
Gue kan cintanya cuma sama lo, nggak ada yang lain.
Cie cemburu cie... Nggak usah cemburu ah, orang gue sayangnya sama lo kok*.
Ayo pulang, ini udah malam. Angin malam nggak baik buat wanita secantik lo.
*Bagaimana pun nanti, kita akan selalu bersama.
Pakai aja Via, gue nggak papa kok.
Ada gue Via yang bakal bawa lo sampai ke tepi*.
"Aarrghh...!" teriak Viara sambil memegangi kaos bagian dadanya.
Gifyka dan Mario yang melihat itu semua jadi panik sendiri. Viara terlihat seperti orang kesakitan. Wajahnya sudah pias, keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya.
"Via lo kenapa?" panik Gifyka menepuk-nepuk pipi Viara yang masih mengerang kesakitan sambil meremas pakaian bagian dada kirinya.
~**~
To Be Continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments