Episode 19

Gerimis pada rinai hujan

Mengalahkan duniaku

Menjadi kedinginan hingga menusuk tulang

Aku masih disini

Tetap seperti yang dulu

Namun rasa ini sudah berubah

Kini sudah menjadi potongan kaca

Jika di jauhi sangat tersayangkan

Jika di dekati 'kan terkena goresannya

Dulu diriku selalu bersabar menantimu

Tapi kini maafkan aku

Aku tak mampu lagi melakukannya

Separuh hatiku telah kau bawa pergi

Hati itu masih terukir jelas namamu

Tapi sudah tak merasainya lagi

Begitu dalam kau sayatkan luka ini

Separuhnya lagi terukir dalam kehampaan yang mendalam

💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓

Gadis itu tersenyum, tatkala melihat notif pesan. Setiap pada liburan, pemuda itu selalu menghubunginya, seperti mengetahui orang yang di pujanya, sudah berada di dekatnya.

Di bukanya pesan tersebut.

Assalamu'alaikum.

Beib.

Salsa: Wa'alaikum salam.

iya?.

Apakah kau melupakanku?.

Salsa: 'tak pernah sedikitpun ingin melupakanmu.

Terimakasih, tunggulah Aku, membawa seluruh cinta dan hidupku kepadamu.

Salsa: Maafkan Aku, Aku 'tak mampu melakukannya lagi.

Apakah kau benar akan melupakanku? Aku berjanji kan selalu di sisimu, Kita kan hadapi bersama.

Salsa: Aku 'tak bisa lagi, Aku 'tak akan mampu melawannya.

Ada rasa kecewa, dan kesedihan yang mendalam. Yang harus di tanggungnya.

Di pejamkan matanya itu perlahan, 'tak terasa buliran bening, telah meluruh melewati pipi mulusnya.

Bukankah, kita akan berjuang bersama-sama?.

Salsa: Bukannya ku 'tak setia, hanya saja setiap apa yang di ucapkan, menjadi cambukan keras terhadapku.

Kenapa kamu menyerah, beib?.

Salsa: Aku 'tak menyerah, tapi hatiku telah menolaknya.

Baiklah. Begitu mudahnya engkau melupakan apa yang telah lalui bersama, kenapa kau sekarang berubah?.

Salsa: Aku belum berubah, hanya saja hatiku 'tak mengijinkan. Sejak kau berkata waktu itu ku merasa melambung di ketinggian, tapi ketika mereka berucap tentang alasan, seketika diriku terjatuh ke dalam dasar.

Aku mengerti, aku akan setia jika kau kembali kepadaku. Maafkan aku, yang telah merebut hati dan seluruh hidupmu, sungguh ku menyesalkan diriku.

Salsa: Aku 'tak apa. Hanya saja ada sedikit yang hilang dari diriku. Biarlah beban ini ku tanggung sendiri.

Semoga kau kuat menjalani hidup. Selamat tinggal beib "Salsa Hanaina". Kau selalu di hatiku. Bolehkah aku bertemu denganmu untuk terakhir kali?.

Salsa: Iya, datanglah, pintuku akan terbuka, jika kau datang. Akan tertutup, jika seorang telah menutup hati ini.

Baik, tunggu Aku nanti malam.

Assalamu'alaikum.

Salsa: Wa'alaikum salam.

Aku 'tak pernah meninggalkanmu, dan juga 'tak berharap kau meninggalkanku. Sungguh diriku teramat sangat mencintaimu, karena engkau cinta pertamaku, "Agus Saputra". Batin Salsa, kembali mengusap air mata di sudut matanya.

Tapi ingatannya kembali, kepada Dzul. Seseorang yang telah memporak-porandakan hatinya begitu dalam.

Setelah memberi harapan, tapi setelah itu membuang semua harapannya. Hingga kini, Dia datang, tetap 'tak mampu menggoyahkan hatinya sedikitpun.

****

Malam itu telah tiba. Seseorang yang akan datang kini sudah berada, di rumahku.

"Beib, Aku datang untuk memenuhi janjiku" ucap pemuda itu.

"janji?" ulang Salsa 'tak mengerti.

Belum sempat di jawab, Kakak Salsa yang laki-laki datang.

"Eh, ada tamu rupanya" ucap Bahrur, sambil melihat ke arah Agus, lalu Agus menyalaminya.

"Hai, bro. Gimana kabar?" tanya Agus kepada Bahrur. Karena Bahrur, sebenarnya adalah teman kakak Salsa.

Karena seringnya Agus ke rumah Bahrur. Dia melihat Salsa, yang kini telah menjelma menjadi gadis manis, hingga membuat dirinya merasakan jatuh cinta. Dulu nya hanya sekedar nafsu, tapi lama-lama, dia merasakan indahnya cinta di dalam hatinya.

"Apiklah, la wakmu pie? (baiklah, kamu sendiri gimana?)".

"Kerja dimana sekarang?" tanya Agus.

"Aku kerja ambilin kotoran ayam" jawab Bahrur.

"Ya, sudah. Lanjutin lagi" kata Bahrur, sambil beranjak dari duduknya.

"Oh, iya" sahut Agus, karena menurutnya masih, ada pengganggu.

"Beib" panggil Agus, memulai percakapan.

"Jangan panggil aku, beib lagi" ucap Salsa, seraya menatap wajah Agus.

Begitupun Agus, kini menatap mata Salsa. Untuk beberapa saat mereka, terdiam dengan tetap memandang mata masing-masing.

Di raihnya, tangan yang berada di atas meja itu. lalu dia berkata "Salsa, berjanjilah padaku untuk bahagia, jika suatu saat kau akan kembali, aku akan setia menerimamu" ucapnya dengan tangan yang sudah di genggamnya, seakan 'tak rela harus meninggalkan dirinya.

"Salsa, lusa Aku akan pergi merantau. Aku ke sini untuk berpamitan kepadamu. Selamat tinggal. Tetap bahagialah, Ini aku hanya punya sedikit kenang-kenangan." ucapnya, sambil menyodorkan bingkisan berkantong kresek.

"Terimakasih" ucap Salsa, sambil tersenyum.

"Ia, sama-sama. Kamu suka?" tanya Agus.

"Makasih, ya!" ucap Salsa, sambil terus membuka, bingkisan dari Agus. Di situ ada kerudung pasmina warna biru tua, 'tak sengaja dia mendapati benda kecil panjang, menyilaukan di dalam kerudung itu.

"E...eh, Apa ini, Kak? Ini punya orang, ya?" tanya Salsa kebingungan.

"Mana?" di condongkan tubuhnya menghadap Salsa, u tuk bisa melihat bingkisan tadi.

Salsa menyodorkan benda panjang itu, yang berinisial nama nya.

"Itu, untuk kamu" ucap Agus, dengan tersenyum.

"Memang biasa, aku hanya bisa ngasih itu ke kamu, maaf gak mahal harganya" lanjut Agus, dengan melihat manik mata Salsa, yang sudah berkaca-kaca.

"Tapi, Kak? Bukannya ini berlebihan?" ujar Salsa.

"Tidak ada yang berlebihan untukmu, itu hanya benda kecil, Salsa. Maaf kalau Aku belum bisa ngasih kamu sesuatu, yang bisa mengenang di hatimu. Aku hanya bisa memberimu sekeping sayatan luka di hatimu. Maafkan Aku, Salsa" Sahut Agus, dengan meringsek menggapai tangan Salsa, dan menggenggam erat tangan itu.

Ia sangat bersyukur setelah sekian lama, selama Salsa, di pesantren. Dia 'tak pernah bertemu dengan gadisnya. Hingga menurutnya, terlihat semakin manis.

"Tidak, Kak. Aku 'tak pernah menganggap kau memberikan sayatan luka itu, tapi ini hanyalah takdir, yang membuat kita jadi berbeda" ucap Salsa, sambil menggelengkan kepala.

Di tangkupnya wajah Salsa, di hapusnya air mata yang sudah merembes, keluar melewati pipi mulus Salsa. Hingga, jemari Agus terhenti, saat melihat bibir, yang dulu selalu membuatnya tergila-gila. Segera, Ia tarik tangannya, dan di alihkan pandangannya.

Salsa yang mengerti akan gelagat Agus, segera Ia mengalihkan pembicaraan.

"Eh, Kak. mau pergi kemana?" ucap Salsa, sembari mengusap-usap air matanya, dan kembali tersenyum kepada Agus.

"Aku mau ke Malaysia, kenapa?" tanya Agus balik.

"Oh, di sana bekerja? Bukannya di sini sudah enak kerjanya?" tanya Salsa.

"Aku ingin dapat tambahan modal, buat buka usaha meubel" ucap Agus kepada Salsa.

"Oh, semoga apa yang di impikan sampean, terwujud" ucap Salsa.

"Amin" sahut Agus.

"Ya sudah, Aku pulang dulu, ya" ucap Agus, sambil beranjak dari duduknya.

"Oh, Ia kak" Salsa segera berdiri mengikuti Agus.

Sebelum pergi Agus, mengulurkan tangan dan di sambut oleh Salsa.

"Selamat tinggal, Sa" ucap Agus, yang masih menjabat tangan Salsa, seraya tersenyum ke arah Salsa.

Dia pergi melangkah, hingga langkah ke tiganya.

"Kak..." panggil gadis itu, segera di hentikan langkahnya, dan berbalik seraya memeluk gadis itu.

Begitupun Salsa, memeluk pemuda itu. Bau tubuhnya masih tetap sama, 'tak di pungkirinya, Ia juga merasakan kerinduan yang amat dalam dengan pemuda itu.

"Jangan pernah bilang kamu tidak bahagia, Salsa... Aku akan tetap merasa bersalah, telah mengambil sebagian hidupmu. Berjanjilah! untuk tetap bahagia, Salsa... Aku teramat sangat mencintamu" masih tetap merengkuh Salsa, sesekali mencium pucuk kepalanya, 'tak di rasainya, ternyata mereka berdua telah mengalirkan buliran bening, kesedihan.

Salsa hanya bisa diam, seolah suaranya tercekat di tenggorokan.

Aku akan sangat merindukanmu, Kak. Aku 'tak pernah menyesal terhadapmu. Batin Salsa, yang masih enggan melepas pelukannya.

Jika waktu bisa terulang kembali, dan mereka bisa melawan tajamnya keris adat istiadat. Mungkin mereka berdua akan tetap bersama, seperti dulu. Hingga akhir memisahkan mereka. Tapi takdir berkata lain.

"Ya, sudah" di lepasnya pelukannya perlahan, lalu di amitnya tangan kanan Salsa, dan di ciumnya punggung tangan gadis itu, lalu mengusap lembut sudut mata gadis itu.

"Aku pergi dulu. Assalamu'alaikum" di lepasnya gadisnya itu, lalu beranjak pergi, sebelum pergi dia kembali menoleh ke arah gadisnya, tatkala gadis itu masih di sana, terukirlah senyumnya.

Maafkan Aku Salsa, hanya ini yang bisa aku lakukan. Aku 'tak mau menambah beban dalam hidupmu lagi. Maaf Aku harus berbohong, karena ini jalan satu-satunya, untuk bisa menghindarimu. Aku 'tak mau, kau di benci oleh orang tuamu, hanya karena diriku. Batin Agus, yang sudah berlalu, sambil mengendarai sepeda motornya.

****

Ya Allah, begitu mudahnya Engkau memisahkan dan mempertemukan kami. Batin Salsa, seraya memeluk pashmina pemberian Agus.

Di hapusnya sisa buliran yang keluar dari matanya perlahan, hingga akhirnya Ia terlelap tetap memeluk pashmina biru tua itu.

****

Satrio pov

Pemuda itu mengambil ponselnya, yang sudah lama 'tak di sentuhnya. Di lihatnya pesan dari Dilla, yang menanyakan kabarnya. Ada juga Riffa, nomor yang baru di berikan Dilla, waktu itu.

Dan ada satu lagi nomor yang 'tak dikenalnya.

Aneh banget, sih, orang ini. kenapa juga ngomong gak jelas gini. Batin Satrio.

Di balasnya pesan itu.

Maaf, kamu siapa?

+6285****: Kau memang 'tak mengenalku, tapi ku harap kau 'tak mempermainkan perasaan temanku

Siapa sih, temanmu?

+6285****: Aku temannya Dilla. kang, sampean anak jauh, jangan sampai kau sia-siakan hidupmu di pesantren, untuk melakukan hal kesalahan di hidupmu.

Oalah, sampean temannya Dilla, ya! Aku nggak nglakuin apa-apa lo mbak.

+6285****: Jangan pernah kamu nyakiti dia lagi.

Seketika Dia mengernyitkan dahinya melihat pesan dari gadis 'tak di kenalnya.

Siapa sih, ni, anak sempet-sempetnya ngurusin hubungan orang. Batin Satrio.

Di ketiknya pesan lagi.

Namamu siapa sih, mbak?

+6285****: Aku Salsa Hanaina, jadi tolong jangan sampai kau menyesal.

Di letakkannya ponselnya lagi, dia teringat dengan Dzul, dulu pernah cerita tentang santri putri yang bernama Salsa. Dan, Ia juga ingat yang mengirimi salam kepadanya, lewat Sukron, waktu itu.

Oalah, jadi ini yang bernama Salsa, unik juga orangnya, berani-beraninya dia nasehati aku, belum tahu dia, aku ini siapa. Awas aja kalau aku bisa membuatmu jatuh hati kepadaku. Batin Satrio, tersenyum sekaligus bangga terhadap dirinya yang percaya diri banget.

Tunggu dulu, perasaan aku di kasih nomornya sama Sukron, tapi ini kok, tidak ada namanya. Batin Satrio, bingung. Lalu menggeser ke layar kontak, ternyata sudah hilang nomor itu.

Oalah, sudah ilang, pantes aja, gak ada namanya. Batinnya, seraya menghembuskan nafas kasar.

Tapi nggak apa, tanpa aku ngechat dulu, dia sudah ngechat aku duluan, sungguh nasib telah berpihak kepadaku. Batin Satrio, sambil tersenyum licik, ada maksud tersendiri dari senyumnya itu, dan aku pun 'tak tahu 😂

Di ketiknya lagi pesan kepada Salsa.

Bukannya kamu ceweknya Dzul?

Salsa: Iya, dulu. emang kenapa?

Oh, sory aku nggak tahu.

Salsa: Iya, nggak apa-apa.

Mending kamu jadian lagi, deh!.

Salsa: Eh sory ya. Aku nggak bisa. mendingan dia sama aku jadi temen aja, buat nyomblangin kamu.

Oke oke, Aku yang ngalah aja😍

Salsa: yups, betul👍

Tapi sebenernya aku sama Dilla itu sudah putus.

Salsa: Apa karena ada yang lain?

Tidak ada hubungannya, tapi jujur aku memang suka seleksi cewek 🤭😂

***Salsa: Gila ya, kamu!

Aku gila karena mereka***

Di lihatnya ponselnya lagi, 'tak ada pesan darinya lagi. Ah, biarlah lagian gak penting juga, dia. Batin Satrio.

****

Salsa Pov

Setelah perpisahannya dengan Agus, Salsa jadi sedikit terhibur dengan panggilan di telvonnya, dari temannya.

***Salsa: Assalamu'alaikum.

Dilla: Wa'alaikum salam, gimana kabarmu?.

Salsa: Baik, gimana, sampean?.

Dilla: Ya beginilah***.

***Salsa: Jangan gitu, pasti gara-gara dia lagi ya?.

Dilla: Ya gitulah, Sal.

Salsa: Oke, send nomor dia ke aku, nanti aku kasih dia ceramah.

Dilla: Ya udah, nih.

Salsa: Akan aku kerjakan***.

***Dilla: Oke, makasih ya. Assalamu'alaikum.

Salsa: Oke, Wa'alaikum salam***.

Misi mendamaikan teman, dengan sang pujaan hati.

Meskipun hatiku masih terasa sakit, di tinggalnya seorang yang telah membuatku melambung tinggi, dengan perlakuan lembutnya.

Dan juga seorang yang telah kembali akan mulai merasakan indahnya cinta, tapi berakhir dengan keegoisan yang di buatnya. Dan dia juga dengan santainya datang kembali, dan mengatakan akan memulainya dari awal.

Tapi aku 'tak akan menyetujuinya langsung, jika dia 'tak bisa menepati janjinya. Biarlah diriku seperti ini, menantikan orang yang tulus mencintai dan menyayangiku, hingga sampai pada ridho orang tua dan Allah SWT.

Tapi siapakah, yang akan menerimaku dalam keadaanku yang seperti ini, sungguh bodohnya diriku mengharap yang lebih baik, dari keadaanku.

Aku akan setia menunggu seorang, yang akan kau takdirkan kepadaku, Ya Robb. Batin Salsa

Terpopuler

Comments

Intan 🦄 (Hiatus)

Intan 🦄 (Hiatus)

diksinya bagus bat om

2020-06-12

0

Mechan

Mechan

aku mampir lagi sekalian like bab yang ketinggalan

2020-05-29

1

TereLea(♥ω♥ ) ~♪

TereLea(♥ω♥ ) ~♪

lanjut

2020-05-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!