Episode 14

Pagi yang sangat cerah. Hari itu, hari Rabu. Kalau hari Rabu di kelas Salsa ada pelajaran yang mengharuskan jama' (belajar bersama) Santri putra dan Santri putri berkumpul di Aula, guna mendengarkan pelajaran, karena yang mengajar adalah Pengasuh pesantren tersebut.

Salsa mendengarkan dengan seksama, sesekali dia manggut-manggut, tanda mengerti dawuh pengasuh.

Hingga dia terpesona dengan syair di dalam kitab tersebut.

Salamku buat si dia

Yang membuatku terpesona

Karena lembut tubuhnya

Halus pipinya dan giuran kerdipan nya

Si cantik molek

Diriku jadi tertahan

Hatikupun tertawan

Hati kebingungan, bila bermaksud 'tuk menggambarkan

Aku berkata : tinggalkan daku, maafkan aku

Karena ku sibuk membuka jalan dan menuntut ilmu

Selama aku mencari utama dan takwa

Tak perlu lagi

Rayuan si cantik dan harum baunya

(kitab Ta'lim muta'alim. syair gubahan Syaikhul Iman Najmuddin Umar Bin Muhammad An Nasafi dalam menyifati Jariyah ummi walad)

Seketika dia teringat dengan Dzul. Setelah pertemuan itu mereka berdua tetap seperti biasa. Saling memberi kabar lewat surat yang selalu di letakkan di tempat bergantian, agar pengurus 'tak begitu memperhatikan.

Tetapi menurut Salsa ada yang aneh dengan sikap Dzul yang kadang 'tak sengaja bertemu pandang dengannya.

Sehingga membuat gadis itu berpikir. Apa karena pelajaran itu, dia bersikap seperti itu. Karena gadis itu mengingat, kalau Dzul kelasnya dua tingkat di atas gadis itu.

Kalau memang benar itu yang di pikirkan, kenapa dulu dia ingin mengenalku. Batin Salsa.

Hingga suatu hari, Dia mendapatkan kertas putih itu tergeletak tepat di bawah bangku gadis itu beserta kitabnya yang selalu di tinggal kan, di kelas.

flasback of

****

Gadis itu sungguh 'tak menyangka dengan semua itu, Kata yang dulu pernah dia ucap seperti hilang begitu saja.

"Aku sungguh 'tak percaya Li, Kenapa dia bisa setega itu?" ucap Salsa, dengan air mata yang sudah membanjiri nya dari tadi.

"Sudahlah, biar saja Dia seperti itu. Kalau memang dia jodoh mu, dia akan kembali 'kan?" hibur Uli kepada Salsa, sambil merangkul bahu sahabatnya itu.

"Iya... Makasih ya, Ul. Kamu sudah menghiburku." ucap Salsa, sambil mengusap pelan ujung matanya.

"Iya... Sama-sama. Cuci muka dulu gih, habis itu kita pulang ke Asrama. Nanti di kira ngapa-ngapain lagi." ujar Uli "lagian bentar lagi udah waktunya solat dzuhur, nih" lanjutnya.

"Ayo!" ajak Salsa, dengan muka yang sudah seger yang baru saja dia basuh.

"Jangan sedih lagi, Ok!" ujar Uli, sambil mengacungkan jempolnya.

"Ok, hehe..." dia memperagakan seperti Uli.

"Dulu 'kan sudah Aku bilang, jangan terlalu menaruh hati terhadap Santri putra. Jadi kayak gini 'kan." omel Uli kepada Salsa.

"Iya deh, nggak lagi. Lagian dia itu waktu ketemuan ngomongnya, kayak memang bener-bener. Eh... Nggak taunya malah kayak gini... Hadeuh. Biarlah tambah pusing Aku." ucap Salsa, sambil mengusap kepala yang masih terbungkus jilbab itu dengan prustasi.

"Kamu itu kayak nggak tau Santri putra yang suka main sana-sini." ucap Uli menegaskan.

"Iya deh... Temen ku jadi bawel gini, sih..." ucap Salsa, sambil nyubit pipi Uli.

"Ah... Sakit tau, Sa" sergah Uli, karena kesakitan di cubit Salsa.

Dan mereka pun, berjalan bersama menuju Asrama, masih dengan bercanda, dan bergurau.

Seketika hilang perasaan sedih Salsa, karena ada Uli yang menghibur dirinya.

****

"Hei... gimana Dzul kabar kamu?" tanya Satrio kepada Dzul, yang sedang mengaduk-ngaduk kopi yang sudah di pesan dari kafe Pesantren tersebut.

Di Pesantren itu ada kafe nya, ini lain dari kantin dan juga tempatnya pun juga lain.

Kafe tersebut terletak di belakang pesantren, tepat nya di atas sungai. Sehingga bila di situ bisa melihat jernih dan derasnya aliran sungai itu. Selain itu bentuk dari kafe itu sangatlah unik, tembok dari bambu yang hanya di pasang separo, atap dari ilalang, kerlap-kerlip lampu hias, serta di suguhkan dengan pemandangan persawahan milik Pesantren. Di iringi dengan alunan musik rohani, menambah suatu ketenangan tersendiri.

"Aku... baik, kamu sendiri?" ucap Dzul kepada Satrio, yang sudah duduk berhadapan, dengan nya.

"Eh, aku mau tanya, nih." ucap Satrio kepada Dzul.

"Tanya apa, sih?" tanya Dzul penasaran.

"Itu... Mmm... Kamu 'kan anak ndalem tuh, kamu kenal nggak santri putri yang namanya Dilla. Dia sih, katanya anak ndalem juga." jelas Satrio.

"Oh... Dia... Aku tau kok, emang napa?" tanya Dzul dengan penuh penasaran. Karena Dilla di kenal oleh santri putra yang nota benenya masih baru.

"Kira-kira... dia pulang, gak ya?" tanya Satrio, penuh hati-hati agar Dzul 'tak curiga.

"Gak tau, tapi memang biasanya dia balik kok kalau liburan panjang kayak gini. Soalnya Dia itu kalau liburan yang biasanya, gak pernah balik." terang Dzul.

"Ok, makasih." jawab Satrio, sambil menghabiskan kopinya dan berlalu pergi meninggalkan Dzul di kafe itu. Yang masih sibuk dengan fikirannya.

****

"Akhirnya, selesai juga." ucap gadis itu sambil melihat semua pekerjaan yang telah di selesaikannya bersama teman sekamarnya.

"Eh... mbak Sal, nanti sampean yang masang sound sistem nya ya!" pinta gadis kecil itu, yang benama Mila.

"Ya... yang penting semua sudah ada aja. Aku tinggal enak masang nya nanti, sekalian memory nya. Jangan lupa ya!" ucap Salsa, sesekali masih membetulkan lampu hias.

"Taraa... " ucap seseorang di balik gorden, depan kamar Salsa.

"Aih, kamu ngagetin aja." ucap Salsa, sambil mengelus dadanya.

"Hehe... ighfir ukhti. Sudah siap, yuk kita makan." ucap gadis tadi, yang benama Muna.

"Ayo, kebetulan aku udah lapar banget." jawab Salsa.

"Kamu ini kalau soal makan pasti langsung aja." celetuk Zulfa.

"Hehe... habis aku sudah lapar banget, capek juga lah kerjain ini semua." terang Salsa memberi pembelaan pada dirinya.

"Ayo lah." ajak binti yang sudah membawa ingkung nya.

Merekapun makan bersama, dalam satu nampan.

Hal seperti itu di Pesantren sudah biasa, makan rame-rame, sampai berebut lauk, sudah seperti keluarga sendiri, itulah pemandangan yang menyenangkan.

****

Malam puncak pun tiba, yaitu acara Buka Kamar. Acara itu dilaksanakan setiap akhir tahun, menyambut libur panjang yakni libur Bulan Romadhlon sampai libur Di Bulan Syawal.

Acara tersebut seperti, hari raya idul fitri. Boleh berkunjung ke kamar lain. Dimana ada kue dan pilus-pilus, buah-buahan, dan lain-lain. Serta kamar yang sudah di sulap, seperti rumah-rumah mewah, yang di hiasi kemerlipnya lampu hias. Dengan alunan lagu religi, yang kadang menusuk hati. Sehingga menambah meriahnya acara itu, Semua santri bersuka cita.

Acara terakhir, yaitu Pengumuman kamar siapa yang terbaik.

Hingga akhirnya, kamar Salsa jatuh pada urutan ke 2.

Salsa dan juga teman-temannya bahagia dan akhirnya mereka berpelukan seperti teletubbies.

"Ayo kita bukak ya, hadiah nya." ucap Muna, selaku Ketua Kamar.

"Ok... mbak, pasti hadiahnya makanan." celetuk Salsa, langsung mendapatkan tatapan dari teman-temannya 'tak terkecuali.

" SALSAAA...!" teriak semua teman kamar Salsa.

"Aih... kenapa harus teriak, sih. Aku masih bisa dengar tau." ucap Salsa, sambil cemberut.

"Habis kamu sih, dari tadi makan mulu pikiran kamu." ujar Zulfa, yang geram dengan sifat Salsa yang kumatnya kambuh selalu mikirin makan aja. Tapi kadang Salsa bisa berubah, jadi pribadi yang dewasa dan tegar. Namun, pastinya tetap ceria dan murah senyum.😊

Di bukanya hadiah itu. Alhasil apa yang di katakan dan harapan Salsa benar, isinya mie instan 5 bungkus, pilus kacang 1 renteng, dan juga ada kopi fressco 5 bungkus.

"Tuh 'kan, apa yang aku bilang. Kita malam ini pesta." ucap Salsa.

"Hahahaha..." tawa mereka semuapun pecah.

"Sekarang kita bagi tugas aja." usul Binti.

"Iya, nih. Biar cepet selesai semua." tambah Mila.

"Ok, sekarang aku bagi yah." ucap Ketua Kamar menengahi.

"Salsa, Binti, Zulfa, Nurul bersihkan kamar. Terus Aku, Alfi, Nisa, Mila nyuci barang-barang yang kotor, Terus lagi Solikah, Kuni, Indah, Rika kalian yang masak, Ok, deal semua!" ucap Ketua Kamar, yang 'tak lain adalah Muna.

Semuapun bubar, dan melakukan apa yang sudah di instrupsikan Ketua Kamar.

Akhirnya semua pekerjaanpun selesai, makanpun juga sudah selesai. Kini Pesantren itu sudah agak sepi karena sudah larut malam, 'tak jarang masih ada yang berlalu-lalang membereskan pekerjaan yang belum selesai.

Begitu juga dengan Salsa. Dia membereskan baju-bajunya, dan memasukan sedikit baju kedalam tas untuk di bawa pulang.

Selesai, gumam Salsa.

Dia belum merasakan kantuknya. Dia keluar dari kamar dan berjalan menyusuri Asrama, di temukannya tempat favorit nya untuk termenung. Yaitu, bangku di samping pohon jambu yang masih kecil. Tempat dimana dia bisa melihat bulan dan bintang bertaburan.

Perlahan dipejamkan matanya sejenak, teringatlah kembali bayangan pemuda itu. Sejenak klise surat yang di kirimkan Dzul waktu itu, benar-benar telah membuat hati gadis itu berbunga-bunga.

💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

Habibati

Wahai sang bulan cahayamu menerangi hatiku yang sudah terpaut oleh dirinya

Wahai sang bintang kerlipan sinarmu 'tak mampu menggambarkan wajah manis nya

Aku sungguh merindukanmu

Dan aku beharap kau juga merindukanku

Hanyalah melihat wajahmu

Rasa rinduku kan terobati

Wahai angin kirimkanlah salam

Salam ku untuk dirinya yang telah kurindukan

يا حببتي انا شو قي اليك

يا حببتي لا غيرهافي قلبي الا انت

Dzulkarnain el ikrom

💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

Dan seketika di sambut klise surat yang kini telah mengoyak pertahanan hatinya untuk tidak terjun terlalu jauh, tapi nyatanya dia sudah kalah seperti 'tak lagi ada rasa cinta di hatinya untuk siapapun.

"Sudah." ucap seseorang tiba-tiba, duduk disampingnya itu.

"Eh... Mbak, sampean belum tidur?" tanya Salsa mengalihkan topik pembahasan, sambil mengusap air matanya.

"Belum, aku lihat kamu nggak ada. Jadi aku langsung ke sini." tutur gadis tersebut, yang 'tak lain adalah Binti.

"Kenapa? Hmm..." tanya Binti kepada Salsa.

"Nggak ada apa-apa kok, mbak." jawab Salsa mengelak.

"Sudahlah, aku mengerti kamu. Kalau 'tak ada masalah gak mungkin kamu kesini, malam-malam lagi." terang Binti, yang sudah hampir hafal dengan sifat dan tempat dimana Salsa selalu merasakan gundah gulana.

Hening sejenak. Hingga bibir gadis itupun terucap "Aku 'tak mengerti dengan semua takdir yang ku alami, mbak." dengan suara paraunya menahan tangis.

"Kita ini di dunia, ibarat hanya wayang yang harus ikut dalam semua lakon dalang. Dan begitupun hidup kita itu seperti roda. Yang kadang di bawah, kadang juga di atas. Tapi kita harus bisa menyikapi semua itu, dengan hati yang legowo dan serahkan semua itu kepada yang di atas. Yakinlah kebaikan akan menyertai kita. Kamu ingat pepatah dalam kitab pernah mengatakan: Sabar dan tabah itu pangkal keutamaan dalam segala hal, jadi yakinlah buah kesabaran itu sangatlah manis." tutur Binti panjang lebar.

Luruh sudah pertahanan Salsa, untuk tidak akan menangis lagi.

Di bawanya gadis itu kedalam pelukan Binti, di tenangkannya hati gadis yang biasanya ceria kini harus merasakan kerapuhan yang mendalam.

Di luapkannya semua rasa yang terpendamnya. Di pelukan Binti, 'tak perduli lagi dengan yang lainnya. Kini dia hanya butuh penenang jiwa dan hatinya.

"Sudah, kita masuk yuk. Nanti masuk angin, lagian besok kita harus bangun pagi." ucap Binti seraya melepaskan pelukan gadis itu dengan hati-hati.

"Iya..." merekapun beranjak ke kamar mereka.

Di tengah perjalanan Salsa bertanya "Besok naik mobil 'kan, seperti biasa." tanya Salsa.

"Iya, kita bareng sama Fanani dan temannya aja, yah." ucap Binti kepada Salsa.

"Oh, gak apa-apa kok." ucap Salsa.

Sesampai dikamar merekapun langsung ambil posisi seperti biasa, 'tak berlangsung lama merekapun tertidur. Karena mungkin juga kecapean, ngurus buka kamar karena banyak banget yang mereka persiapkan dan Alhamdulillah semua sudah terselesaikan.

Terpopuler

Comments

Shiro-chan

Shiro-chan

Tetp semngat ya salsa..

2020-06-28

0

Lina agustin

Lina agustin

hai ulla.. aku lanjut like mulai ini ya

2020-06-05

0

イマ🦋

イマ🦋

semangat kak💪😄

2020-04-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!