Satu hari liburan terasa sepi, tapi tak sesepi waktu lebaran IDULFITRI. Masih ada yang berada di Pesantren, karena rumah mereka yang jauh, ada yang antar pulau atau pun antar kota, begitupun dengan pemuda Satrio.
"Eh Sat, besok-besok ikut aku, motong rumput di depan ndalem yuk!" ajak Sukron kepada Satrio.
"Kenapa harus, Aku? Emang siapa yang biasa menemanimu, motong rumput?" tanya Satrio.
"Dia lagi pulang, karena akan di jodohkan oleh orang tuanya." jawab Sukron kepada Satrio.
"Oh, emang siapa sih?" tanya Satrio lagi.
"Dia, kang Marwan, anak Jawa Tengah. Dia pulang sebelum kamu ke sini, sampai sekarang belum balik lagi, karena itu." jelas Sukron, yang langsung di angguki oleh Satrio.
Karena selama dia di Pesantren itu, memang Sukron selalu sendiri memotong rumput di pekarangan ndalem.
"Aku capek Sat, sendirian. Kan kalau ada teman nya bisa sambil ngobrol. Bosen juga. Apalagi, setiap pas di depan asrama santri putri. Selalu saja mereka mengolok bercanda lah, wes pokok e nanti, kamu lak terkenal, hehe... " jawab Sukron, yang di ikuti dengan cengirannya.
"Aih. Gila kamu, masih sempetnya mikirin itu, padahal di depan ndalem loh, Aku nggak berani deh kayak nya." jawab Satrio dengan bergaya bergidig.
"Tidak apa, rasanya seperti waktu kamu ikut bangunan kemaren. Kamu lama-lama juga terbiasa, dengan celotehan para santri putri." jawab Sukron kepada Satrio.
"Oke, besok aku ikut. Tapi untuk pemula, aku nggak mau yang di depan asrama. Aku mau yang di depan ndalem itu saja." jawab Satrio kepada Syukron.
"Ok deh, siyap" sambil memperagakan seperti prajurit, dan di sambuti kekehan oleh Satrio. Karena melihat tingkah Syukron, yang menurut nya tidak cocok untuk di lakukan Sukron.
******
Waktu pun berjalan cepat, hingga tiba saatnya. Semua santri, masuk Pesantren karena hari libur telah usai.
"Hai Sal, gimana nih di rumah?" tanya gadis yang tak lain adalah Dilla.
"Ya, gitu deh." jawab Salsa, sambil menggunakan kerudung, karena untuk pergi ke sekolah mengaji.
"Eh, gimana kamu chat sama anak santri putra?" tanya Dilla kepada Salsa.
"Tidak sama sekali." jawab Salsa dengan enteng nya dan menggelengkan kepalanya
"Lalu bagaimana dengan Arif, yang di gosipkan denganmu, dan selalu kau fikir kan itu?" tanya Dilla kepada Salsa, agar 'tak menyakiti Salsa, karena Dilla tau, kalau Salsa hanya akan di jadikan mainan oleh Arif.
"Tak apa mbak, lagian aku tak terlalu menaruh hati dan berharap terhadap Dia. Karena aku sudah tau, kalau memang sebenarnya dia hanya menjajal setiap santri putri yang menurutnya gampangan." jawab Salsa kesal.
"Ya, sudah lah kalau begitu, jangan terlalu di ambil hati, dan berikan lah hati mu sepenuh nya hanya untuk seorang yang telah menjadi imammu." tutur Dilla, menasehati Salsa dan memberikan semangat.
"Syukron mbak, kau telah menguat kan hati ku yang gusar ini." jawab Salsa sambil memeluk Dilla.
"Afwan, kita sebagai sesama muslimah harus saling mengingatkan. Dan ingat jaga dirimu dan hati mu baik-baik." tutur Dilla lagi, sambil membelai punggung Salsa yang memeluknya. Dia tau, kalau temannya itu sebenar nya benar menyukai Arif. Tapi dia tak akan mengungkapkannya. Karena kalau dia mengatakannya, hanya akan terlalu larut dalam kesedihan, itulah pribadi Salsa yang sudah di ketahui oleh Dilla. karena sudah dia anggap sebagai saudara sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Tya Gunawan
sama. aku juga udah bomlike ya Ula.
2020-04-11
1
linanda anggen
boom like + fav + rate bintang 5 done..
semangat kakak😉
2020-04-07
1