Sudah tiga hari, Dia berada di rumah kakaknya. Entah mengapa, Dia merasakan hal yang 'tak enak.
Waktu itu, Dia sedang menikmati makan malamnya. Tiba-tiba suami kakaknya duduk di hadapannya.
Dan dengan santainya suami kakaknya berbicara "Kau membuatku tidak tahan, Sa".
Seketika Ia mengernyitkan dahinya, lalu bertanya "Emang ada apa, Kak?" jawab Salsa, yang mulai memelankan kunyahan makanannya, sembari berpikir.
"Apa kau lupa? Apa kau sedang menggoda?" ucap suami Kakaknya, dengan senyum liciknya.
"Aku, 'tak mengerti apa yang kau maksud?" jawab Salsa, dengan jantung berdetak ketakutan.
"Kamu tidur memakai rok, dan kelihatan menyingkap, sehingga terpampang jelas paha mulusmu itu, membuatku 'tak tahan untuk menjamahmu" jelas suami Kakaknya, dengan penuh kemenangan dan seringai liciknya.
Seketika Salsa, berhenti makan dan mengernyitkan dahinya.
"Lalu, apa maumu?" ucap Salsa, dengan mengepalkan tangannya yang sudah beralih di bawah meja.
"Nanti malam tidurlah dengan seperti itu lagi, kalau aku akan menyentuhmu, jangan berteriak, cukup nikmati saja!" bisiknya dengan seringai licik.
Diberanikan dirinya, menatap suami kakaknya 'tak percaya. Seorang yang alim ternyata lebih bejat dari laki-laki hidung belang.
"Sampean, ini sudah gila ya? Jangan harap aku akan menurutimu. Apa gak kasihan sama Mbak? Dasar gila!" persetan dengan apa yang ku katakan, biarlah aku mengumpati iblis yang sedang bersemayam di jiwa suami**mu mbak. Batin Salsa
Memang kealiman seseorang bisa menghilang. Jika sudah terdorong oleh hawa nafsu, dan bisikan setan.
"Tenang saja! Aku tidak akan mengatakan apapun kepada, mbakmu. Lagian mbakmu, sudah 'tak lagi menggoda, Dia 'tak semontok dirimu, Salsa" desisnya.
"Kamu sungguh sudah gila, Kak. Aku 'tak akan menuruti keinginanmu" ucap Salsa, dengan memalingkan muka.
"Sudahlah! Kau sudah kehilangan kewarasanmu. Jangan berbicara padaku. Aku muak mendengar kata-kata kotormu. Perbaikilah! dirimu dan jangan kau turuti nafsu bisikan setan, yang akan merugikan dirimu" lanjut Salsa. Dengan berani, Dia menatap kedua mata suami kakaknya, seraya berlalu dari tempatnya makan, seketika hilang nafsu makannya. Hanya karena mendengar celotehan kotor suami Kakaknya.
Astagfirullah, sungguhku 'tak menyangka, seorang guru agama, menantu yang di banggakan bapak, bisa berkata kotor dan akan melakukan hal seperti itu. Batin Salsa, dengan terus berjalan keluar, dan mengambil ponselnya.
Berhentilah, Dia di rumah mertua Kakaknya. Di sana ada seorang pemuda yang sedang duduk di teras sedang memainkan ponselnya. Di hampirinya pemuda itu.
"Eh, Ada apa, Sal? kok mukanya cemberut gitu, sih?" tanya pemuda itu.
"Emang, Aku kelihatan cemberut ya, Kak?" tanya Salsa, sambil meraba-raba wajahnya.
Dia adalah Abu. Adik ke dua dari suami kakaknya. Karena umurnya 'tak terlalu jauh dari Salsa, Dia juga lumayan enak buat di ajak ngobrol masalah pribadi dan juga bercanda.
Dan Abu juga berada di Pesantren yang sama dengan Salsa, jadi kedekatannya, sudah seperti adik dan kakak kandung. Apalagi saat Orang tua, atau Kakak Salsa 'tak bisa menjenguknya, hanya dititipkan kepada Abu.
"Eh, nggak juga kok, hehe" jawab Abu cengengesan.
"Ah, sudahlah! Aku emang lagi BT banget, nih" terang Salsa, dengan wajah yang cemberut.
"Ada apa lagi, ndok Salsa?" tanya Abu, dengan lembut, seraya mengelus puncak kepalanya yang tertutup kerudung.
"Ah, jangan kenceng-kenceng dong. Nanti rusak kerudung, Salsa" ucap Salsa, dengan manja.
"Iya, deh, nggak, lagi" ucap Abu dengan sedikit bergaya menyesal.
"Aih, gimana sih, Aku yang BT, kok jadi sampean, yang ngambek" ujar Salsa dengan tangan yang sudah bergelayutan ke tangan Abu.
"Ah, kamu kok, jadi manja gini, sih?" kata Abu, sambil mencubit hidung Salsa.
"Sakit tau, Kak" ujar Salsa, seraya mengelus hidungnya yang baru di cubit Abu, hingga memerah.
"Aku, tau. Kamu kesini pasti mau cerita sesuatu 'kan?" tanya Abu, sambil melihat Salsa yang masih, bergelayutan di tangannya, dengan tangan satunya sambil mengusap-usap hidungnya.
"Huuuh" dengus Salsa.
"Ada apa? Ceritalah! Masalah Dzul lagi, ya?" tanya Abu, dengan beringsut duduk menghadap Salsa.
Salsa beringsut menghadap ke arah Abu. Lalu dia berkata " Kenapa, Kak. Semua orang seolah mempermainkan perasaan Salsa?" seraya melepaskan tangannya yang bergelayut di tangan Abu.
"Siapa, yang kamu maksud?" tanya Abu, memandang wajah Salsa.
Seketika hening, untuk beberapa saat.
Salsa berbicara "Semua laki-laki, yang kenal dengan Salsa. Sepertinya mereka menganggap Salsa cewek murahan, padahal Salsa hanya berusaha baik kepada mereka. Tidak sepenuhnya Salsa mau menerima, tapi hanya Salsa begitu bodoh, bisa mendengarkan bujuk rayuannya" ucap Salsa, dengan suara paraunya, yang sudah meneteskan air matanya.
"Janganlah! kamu menangisi seorang yang membuatmu sakit. Dulu pernah ku katakan jangan kau berharap dengan Dzul. Dzul tidak terlalu baik untukmu" kata Abu seraya menarik tangan Salsa, dan memeluknya memberi ketenangan.
"Dia kembali lagi, Kak. Dan berjanji akan memperbaikinya" ucap Salsa, di dalam pelukan Abu.
flasback
Malam itu gadis itu baru sampai, di rumah Kakaknya. Ia menatap luar jendela yang turun tetesan air. Gadis itu tetap pada tempatnya memandangi luar jendela.
Ya ilahi Robby, Ampunilah segala dosa hambamu ini. Lapangkanlah hati ini untuk selalu bersabar, dalam menghadapi segala cobaan. Hamba berserah diri, hanya kepadamu, Ya Robb... Batin Salsa dalam sela-sela lamunannya.
Tring!
Suara notifikasi pada ponselnya membuyarkan lamunannya. Ia melihat ponselnya, disana tertulis nomor yang 'tak dikenal. Di bukanya notif itu.
+6285****: Assalamu'alaikum
Dia mengernyitkan dahinya, bingung.
Siapakah dia ini? Batin Salsa.
Dengan lincah gadis itu menekan setiap huruf yang tertera pada ponselnya.
Salsa: Wa'alaikum salam
+6285****: Bagaimana kabarmu?
Lagi-lagi Salsa mengernyitkan dahinya, seperti sudah mengenalnya.
Salsa: Baik, maaf siapa?
+6285****: Aku Dzul, ini bener nomornya Salsa 'kan?
Seketika Salsa terbelalak, melihat siapa yang sedang mengirim pesan terhadapnya. Dia benar-benar 'tak percaya. Di beranikannya menekan huruf di ponselnya.
Salsa: Eh iya, maaf aku tidak tahu.
Bergetar hatinya tatkala melihat siapa yang mengirimi pesan kepadanya. Di pejamkan matanya perlahan, menahan gejolak di hatinya. Seakan matanya memanas, hingga akhirnya buliran bening melewati pipi mulusnya.
Ya Allah, untuk apa lagi dia datang di hidupku kembali, 'tak cukupkah dirinya menyakitiku. Apakah dirinya hanya mempermainkan hati ini. Batin Salsa, seraya mengusap ujung matanya.
Suara notif lagi, di bukanya kembali hpnya.
+6285***:
Ketika diriku kembali bertemu denganmu
Ku merasakan betapa hinanya diriku
Yang telah tega merusak keyakinan di hatimu
Tak sadar ku buat luka di hatimu semakin besar
Aku tak ingin kau terlarut dalam kebencian terhadapku
Aku tak ingin kau membenciku**
Dan Aku juga tak ingin di benci olehmu
Biarlah kau berkata pengecut
Tapi rasa bersalahku terhadapmu sungguh terlalu besar
Aku meminta maaf kepadamu, Salsa Hanaina
Aku akan menutup luka akibat diriku
Aku ingin kau tetap setia terhadapku
Satu kata yang ku inginkan darimu
Maafkanlah diriku***!
flasback off
"Sekarang, janganlah! kau memikirkannya, biarkan saja" ucap Abu yang sudah melepaskan pelukannya.
****
Entah kenapa tangannya terdorong untuk mengambil bungkusan di samping Abu, di ambil isinya, di selipkan di tengah bibirnya, lalu di sulutkannya korek api yang ada di samping bungkusan itu.
Perlahan Dia menghisap, dan menghembuskannya.
Di rasakannya, sudah lama Dia 'tak memegang benda itu.
Abu 'tak menyadari gadis di sampingnya telah kembali mengambil benda itu.
Di bauinya kok bau asap, siapa yang ngerokok?. Batin Abu.
Karena sinar lampunya agak jauh, dari tempat dia duduk. Dia menajamkan pandangannya. Di lihatnya gadis itu lagi.
"Astaghfirullah, Salsa. Apa yang kamu lakukan?" bentak Abu seketika, dengan tangan merebut benda yang bernama rokok itu.
"Bukankah, Kamu sudah berjanji untuk tidak menyentuhnya lagi, apalagi menggunakannya?" tanya Abu, dengan geram.
"A...ku nggak tahu, kenapa. Tanganku tergerak sendiri, dan hatiku menurutinya" ucap Salsa, dengan mata yang sudah menggenang.
"Maafkan Aku. Ingat Salsa! dengan janji yang kau ucapkan dulu" ucap Abu, seraya memeluk Salsa.
Abu tahu serapuh apa Salsa itu. Dan kejadian dulu yang selalu membuat hati gadis itu terguncang.
****
flasback
Waktu itu liburan akan puasa ramadhan. Abu sudah turun dari mobil angkutan, Ia dan teman-temannya bergegas berjalan kaki untuk menuju rumah.
Sampai rumah, Ia istirahat sejenak, sambil memainkan pinselnya.
Di tekannya nomor bernama SALSA. Tidak ada jawaban, lalu Ia tinggal membersihkan diri, solat dan makan.
Di lihatnya kembali ponselnya, yang sudah tertera notif pesan dari Salsa.
Di tekannya huruf di ponselnya, lalu di kirim lagi ke Salsa. Dia hanya mengabari kalau dirinya sudah pulang, kalau saja Dia mau main ke rumah.
****
Ke esokan harinya. Jam 3 sore, tiba-tiba notif pesan menunjukkan seorang gadis yang meminta jemputan.
Segera di raih jaket, serta helmnya. Menuju motor vega ZR, warna biru itu.
Dia segera datang ke arah lokasi, dimana Dia harus menjemput gadis itu.
Sampai di lokasi, Dia segera mencari keberadaan gadis itu. Di lapangan di belakang gedung olah raga.
Di lihatnya, seorang gadis dengan baju hitam berlengan pendek, serta jaket yang di ikatkan di pinggangnya dan celana levis yang ketat dengan sobekan di lutut, yang merupakan trend di zamannya, dengan sandal selempang santainya.
Gadis itu terlihat sedang menyandarkan punggungnya ke tembok, menatap ke depan, dengan satu kaki di pancatkan ke tembok yang di sandarinya, dan batang rokok yang sudah hampir habis, di hisapnya dari tadi.
"Salsa!" teriak Abu.
"Hai, Kak" ucap Salsa, sembari menoleh ke arah sumber suara, dan berjalan ke arah Abu.
Di lihatnya kembali keliling sekitar, 'tak ada siapa pun. Hanya ada bekas botol fanta dan juga sprite, yang berada di dekat tas Salsa. Dengan puntung rokok yang berserakan.
"Ayo, pulang!" ajak Salsa, kepada Abu yang masih mematung, 'tak bergeming.
Salsa berbalik lagi, dilihatnya Abu yang masih berdiri di sana.
"Ayo, pulang, Kak" ajak Salsa kepada Abu lagi.
"Ayo, tapi nanti kamu cerita ya!" ucap Abu memandang Salsa.
"Oke" ucap Salsa, sembari mengacungkan jempol ke arah Abu.
Merekapun pergi meninggalkan tempat itu.
Hingga Ia, berhenti di sebuah warung bakso.
"Kita makan dulu, di sini. Sekalian kamu cerita dan bersih-bersih. Kamu bau rokok, Aku nggak mau bawa pulang Kamu dalam kondisi kayak gini, Bawa ganti 'kan?" ucap Abu, yang langsung di mengerti Salsa.
Karena orang tua Salsa, 'tak tahu apa yang di lakukan Salsa, di luar rumah. Maka Abu, yang sudah mengerti 'tak mau mengambil resiko yang akan membahayakan dirinya dan juga Salsa.
"Siap, Pak Bos" ucap Salsa, seraya memberi hormat, kepada Abu. Seperti seorang plajurit.
Di gelengkan kepalanya, melihat Salsa yang sudah masuk ke toilet warung.
****
Setelah beberapa saat, mereka selesai makan bakso.
Abu bertanya kepada Salsa "Ndok, kamu kenapa?".
"Ada sesuatu, Kak" jawab Salsa, dengan terus menyeruput es jeruknya.
"Ceritalah!" perintah Abu kepada Salsa.
Di ambilnya napas perlahan, dan di hembusnya kasar.
"Haaah" dengus Salsa.
"Aku kira akan semulus yang ku harapkan, ternyata semua 'tak sesuai harapan. Orang tuaku, termasuk Bapak yang masih kolot, dalam hal perjodohan" ucap Salsa, menatap lurus ke depan.
"Kamu mau dijodohkan? Bukannya kamu baru lulus SMP?" tanya Abu semakin bingung.
"Bukan begitu, Kak. Bapak itu selalu bilang kalau Aku sama Agus itu gak boleh berjodoh. Yang katanya arahnya lah, Desa nya lah, atau apalah. Aku 'tak tahu. Begini banget kalau nuruti orang dulu ya?" ucap Salsa, kembali menyesap minumannya.
"Padahal, Aku hanya bilang. Biarlah di jalani dulu. Urusan jodoh 'kan, urusan nanti. Lagiyan Aku juga belum kepikiran menikah. Dan Aku sama si Agus hanya bisa apa. Turuti aja apa kata orang tua. Toh, kalaupun berjodoh nanti juga kembali" lanjutnya, seraya menghapus sudut matanya, yang sedikit mengeluarkan cairan bening.
"Sudahlah! ndok, mungkin ini yang terbaik untukmu" ucap Abu, mengusap pundak Salsa.
"Eh, gimana? Kamu jadi ke Pesantrenku?" tanya Abu, kembali.
"Yah, mau gimana lagi. Itu juga keingina orang tua. Katanya biar Aku jadi lebih baik. Tapi memang Aku, merasa diriku penuh dengan dosa. Aku pun sudah kotor, Kak. Hiks... Apakah Allah masih mau menerima taubatku? hiks..." ucap Salsa di sela tangisnya, yang sudah 'tak bisa di tahannya.
"Sudahlah, jangan menangis! Ayo kita pulang sudah hampir petang" ajak Abu, beranjak berdiri dan mengusap lembut punggungnya.
Merekapun pergi, meninggalkan warung. Dan bergegas pulang ke rumah Salsa.
flasback off
****
Dari situlah Abu, mengerti kerapuhan Salsa. Tapi Dia 'tak mengerti rahasia terbesar Salsa.
Biarlah rahasia ini tetap tersimpan dengan rapi, suatu saat jika ada lelaki yang siap menjadi imamku, Dia lah yang harus mengetahuinya. Batin Salsa.
"Besok, antarkan Aku, pulang, ya, Kak!" ujar Salsa.
"Oke, siang 'kan?" jawab Abu.
"Iya, pokok Aku, selesai bantu mbak, beres-beres" sahut Salsa.
"Ya, sudah. Aku balik ke rumah mbak dulu, ya" ucap Salsa, sambil berlalu ke rumah Kakaknya.
"Iya" jawab Abu.
****
Sesampai di rumah mbaknya, dia melihat sekeliling. Ternyata suami kakaknya, belum tidur. Dia masih asik melihat acara berita di televisi.
"Salsa!" tiba-tiba panggilnya.
Di arahkannya kakinya menghadap ke arah suami kakaknya.
"Sini!" lanjut suami Kakaknya.
"Kenapa, Kak?" tanyanya, sembari duduk di kursi depan, suami kakaknya.
"Kamu, bicara apa dengan Abu? kau mengatakan apa yang aku katakan tadi?" tanya suami kakaknya, dengan penuh pertanyaan, yang harus terjawab.
"Tidak, Aku hanya bercerita pasal Pesantren saja, kok" jawab Salsa.
"Jangan, Kau bilang kepada siapapun, tentang apa yang aku ucapkan tadi. Maafkan Aku, sekarang tidurlah!" ucap suami kakaknya, menyesal.
Cih, ternyata kau takut juga, jika aibmu terbongkar. Batin Salsa.
"Tenang saja, Kak. Ini akan menjadi rahasia, asal Kakak nggak akan ngulangi lagi. Ya, sudah, Aku mau tidur, besok Aku mau pulang di antar Abu" ucap Salsa, sambil berlalu ke kamar.
"Iya, sudah" sahut suami kakaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Hardiyanti
ceritanya bagus thor...
2020-06-22
0
Intan 🦄 (Hiatus)
duh🙈🙈🙈
2020-06-12
0
TereLea(♥ω♥ ) ~♪
aku tertinggal 5 bab. maaf ya
2020-05-11
1