Dhisya yang melihat pesan itu sangat penasaran lalu dia membereskan mejanya dengan cepat
"aku duluan ya key" kata Dhisya yang berlalu meninggalkan Keyla
"eh di tungguin malah di tinggal" kata Keyla yang juga berjalan meninggalkan ruangan
Dhisya sangat penasaran siapa yang mengirim pesan tersebut dia langsung menuju parkiran mobil
disana matanya menatap selauruh parkiran tapi karna tidak menemukan siapapun disitu akhirnya dia menelpon nomer yang tidak dikenalnya itu
*dring dring dring
"hallo assalamualaikum*" suara laki laki yang menjawab
"ini siapa" jawab Dhisya tanpa menjawab salam dari laki laki tersebut
"hey istriku harusnya kamu menjawab salamku dulu baru bertanya " Kata Rama lalu membuka pintu mobil dan keluar dari mobilnya
Dhisya yang mendengar jawaban dari Rama langsung membelalakkan matanya tanpa bersuara lagi karna dia sudah melihat Rama yang berdiri di samping mobil mewah berwarna hitam yang ada di depannya
"Kenapa malah melongo cepat kesini suamimu sudah lama menunggumu" kata Rama di balik telfon, seketika muka Dhisya berubah menjadi cemberut dan langsung menutup telpon dan berjalan ke arah Rama dan langsung masuk ke mobil Rama
Rama pun lalu masuk ke mobil
"kalau orang lain lihat bagaimana" kata Dhisya yang menghadap kaca mobil
"apa ada yang salah kalau suami istri pulang bersama?" kata Rama dengan senyum di bibirnya yang senang melihat raut wajah Dhisya yang sedang kesal .
menurutnya Dhisya nampak lucu dengan wajah yang seperti itu
"aku kan sudah bilang pernikahan kita harus di rahasiakan" kata Dhisya yang meninggikan suaranya
Rama yang mendengar kata kata dari Dhisya lalu memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya dengan kasar
"yasudah aku akan merahasiakan pernikahan ini tapi dengan syarat syarat tertentu" kata Rama yang mulai membuka matanya
"apa itu syaratnya" jawab Dhisya yang sudah menatap wajah Rama
"Pertama kita harus bersama ketika berangkat dan pulang kantor"
Dhisya yang mendengarnya sudah membuka mulutnya mau bicara
"Tidak ada bantahan" kata Rama yang mengangkat telunjuknya dan menatap Dhisya yang mulai kesal
"Kedua kamu harus menuruti perintah suami mu"
"Hey kenapa aku harus melakukan itu" kata Dhisya yang sudah tambah kesal
"kalau tidak mau yasudah kita umumkan besok di kantor kalau kamu adalah istriku" kata Rama yang tiba tiba merangkul tubuh Dhisya dengan tangan kirinya
"jangan macam macam ya" kata Dhisya yang menarik tangan Rama untuk melepaskan dari tubuhnya
"iya iya aku terima syarat itu sudah kan itu saja" kata Dhisya
"dan yang terakhir" belum sempat Rama melanjutkan kalimatnya
"Serakah sekali kamu pak" kata Dhisya yang menatap wajah Rama dengan tatapan tajam
"jangan panggil aku pak" kata Rama yang menunjuk kening Dhisya
"iya iya aku akan panggil...." kata Dhisya yang sedang berfikir panggilan apa yang cocok untuk Rama
"Mas iya aku panggil mas bagaimana?" kata Dhisya
"oke aku setuju, persyaratan yang terakhir nanti kita bahas dirumah sekarang kita harus membereskan perlengkapanmu untuk pindah kerumahku"
"aku gak mau pindah aku mau dirumah umi saja"
"ingat syarat kedua" kata Rama yang sudah menyalakan mesin
Dhisya hanya pasrah
"iya iya aku mau pindah"
Dhisya memanglah wanita yang sangat keras kepala dan dia juga mempunyai rasa gengsi dia tidak pernah mau menunjukan perasaan kepada siapapun.
setelah sampai di rumah umi
"Assalamualaikum umi" salam Dhisya yang sudah membuka pintu rumah yang tak terkunci itu dan diikuti oleh Rama di belakang Dhisya
"Waalaikumsalam" jawab umi yang masih sibuk dengan donat yang sedang di pak di dalam kardus kecil
Dhisya mencium punggung tangan umi Zulaikha dan diikuti oleh Rama
"Wah umi ada pesanan donat banyak ya, sini biar Dhisya bantu" kata Dhisya yang sudah memegang kardus dan ingin membantu uminya
"Dhisya kamu gak perlu bantu umi ini juga udah mau selesai, kamu harus segera berkemas kamu kan harus ikut suamimu ke rumahnya" jawab umi Zulaikha
"ih umi nanti kalo aku ikut mas Rama umi sendirian gaada yang bantu" jawab Dhisya yang masih memegang kardus bungkus donat
"Mulai besok umi akan ada yang bantu sayang Bu Eli akan bantu bantu umi untuk pekerjaan ini" kata umi yang mengambil kardus di tangan Dhisya
Rama hanya berdiri melihat Dhisya dan umi Zulaikha
"yasudah umi hati hati ya dirumah nanti kalo ada apa apa wajib telpon Dhisya" kata Dhisya yang sudah menaiki tangga untuk masuk ke kamar
umi Zulaikha hanya tersenyum melihat Dhisya dan Rama sudah duduk di kursi meja makan dekat dapur tempat umi Zulaikha membuat kue
"Umi tahu pasti Dhisya merepotkan nak Rama" kata umi Zulaikha yang sudah duduk di meja makan bersama Rama
"engak kok umi" kata Rama dengan senyumannya
"Jangan bohong Rama umi tahu sifat Dhisya, kamu harus lebih sabar ya Dhisya memang keras kepala umi percaya sama kamu, kamu pasti bisa meluluhkan hati Dhisya" kata umi Zulaikha yang menggenggam tangan Rama
"insyaallah umi" kata Rama yang juga menggenggam tangan umi Zulaikha
"Umi titip anak umi yang bandel itu ya, umi mohon jaga dia , sayangi dia maaf kalau Dhisya nantinya merepotkan kamu" kata umi Zulaikha yang matanya berkaca kaca,
"Rama janji akan jaga Dhisya umi" kata Rama yang langsung memeluk tubuh umi Zulaikha Rama merasakan kehangatan seorang ibu Rama pun meneteskan air matanya karena mengingat mendiang ibunya
"kamu kenapa Rama?" tanya umi heran melihat Rama menangis
"Rama kangen dengan ibu umi, setelah kepergian ibu Rama gak pernah mendapat pelukan sehangat ini" air mata Rama semakin deras
"sekarang umi ini juga ibu kamu nak" umi Zulaikha memeluk tubuh Rama lagi
"terimakasih umi" kata Rama yang sudah mulai tersenyum
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments