"aduh" suara Dhisya yang memegang dahinya karena kesakitan.
"jalannya pakek mata dong, gak liat apa ada orang disini main tabrak aja" suara seorang lelaki dengan wajah yang tampan hidung mancung badan tinggi dan dengan tatapan tajam menghadap Dhisya.
Dhisya bangun dari lantai langsung menatap mata lelaki yang melototinya tadi. mata mereka saling menatap
deg kenapa wanita ini menatap seperti ini sih buat bulu kudugku berdiri saja dan ini kenapa jantungku seperti ada tawuran heh jantung diem dulu,suara batin Rama dalam hati
"apa? kenapa melototiku bukannya yang menabrak kamu ya harusnya kamu yang jalannya pakai mata" jawab Dhisya dengan mata sembab tapi masih kuat untuk berteriak. seketika orang disekeliling mereka menatap mereka berdua. karna sadar mereka menjadi tontonan Dhisya pun melanjutkan jalannya sambil menunjuk wajah lelaki tadi
"awas kau ya" kata Dhisya sambil berlalu meninggalkan lelaki itu
"buset dah perempuan apa setan itu galak amat" gerutu Rama.
lelaki yang menabrak Dhisya tadi adalah Ramadhan Wardhana lelaki dengan wajah yang tampan dengan setelan jas berwarna biru Dongker dan celana yang warnanya serasi dengan jas yang ia pakai
"hey ram" sapa seorang dokter kepadanya
Rama memutar badannya dan mencari suara yang memanggil namanya
"eh Wira " jawab Rama yang langsung memeluk tubuh dokter wira. Wira adalah teman dekat Rama waktu kuliah dulu
"ngapain lu kesini siapa yang sakit? " tanya dokter Wira
"enggak ada kok wir gue tadi nganter bokap buat jengukin sahabatnya" jawab Rama
"kok lu gak ikut nemenin bokap lu?"
"iya gue ada urusan dadakan nih makanya gak bisa lama lama nganter bokap" jawab Rama sambil melihat jam tangannya
"eh gue duluan ya nanti gue hubungin lu" Rama lasung berlalu meninggalkan Wira dengan lambain tangan kanannya
"iyeee ati ati" Wira membalas lambaian tangan dari Rama
sementara di ruang rawat Abi Rahmad, ada seseorang masuk kedalam ruangan , semua orang yang ada di ruangan manatap seseorang yang masuk itu
"assalamualaikum" salam dari seseorang itu
"waalaikumsalam" jawab semua orang yang ada di ruangan itu. disana ada umi Zulaikha, Nisya dan Tante Dewi.
seseorang itu lalu duduk di kursi samping ranjang Abi Rahmad .
"bagaimana keadaan kamu mad" kata seseorang itu yang tak lain adalah pak Dodi Whardana teman dekat Abi Rahmad
"saya baik kok Dod, kamu kesini sendiri?" jawab Abi Rahmad dengan menebarkan senyuman ke arah pak Dodi.
"tadi aku bersama anakku tapi dia buru buru harus kekantor karena besok dia akan menggantikan aku diperusahaan mad" pak Dodi dengan senyum di wajahnya seakan mengisyaratkan sesuatu
setelah mereka seslesai mengobrol pak Dodi memutuskan untuk berpamitan. Tidak lama dari pak Dodi keluar dari ruangan, Dhisya dengan mata sembab dan nafas yang ngos ngosan karna dia berlari ketika mencari ruangan abinya. dan sekarang dia sudah berdiri di pintu dan menatap abinya
"abiiiiii........" suara Dhisya yang di campur suara tangisan lalu memeluk abinya yang berbaring di ranjang.
seketika orang orang yang ada di ruangan tersebut menatap Dhisya dan abinya dengan tatapan haru, melihat kejadian tersebut Nisya lalu memeluk umi Zulaikha.
"hey anak Abi kan sudah besar kenapa masih nangis seperti anak bayi" goda Abi Rahmad dengan tangan mengusap kepala Dhisya yang tertutup dengan jilbab berwarna pink itu.
Dhisya langsung berdiri dan melepaskan pelukan abinya
"ih Abi" kata Dhisya sambil mengusap air mata yang membanjiri wajahnya yang putih itu.
"bi maafin Dhisya ya , Dhisya selama ini keras kepala maafin Dhisya karna udah menjadi anak yang durhaka" kata Dhisya lalu memeluk tubuh Abi Rahmad yang terbaring di ranjang.
"seharusnya Abi yang minta maaf sama Dhisya, Abi tidak bisa menjadi Abi yang baik untuk Dhisya, Dhisya maafin Abi kan ? " Abi Rahmad lalu melepaskan pelukan Dhisya dan meraih kedua pipi Dhisya dengan kedua tangannya.
Dhisya hanya menganggukkan kepalanya
"Dhisya Abi sayang sekali sama Dhisya" Abi Rahmad memeluk Dhisya lagi
"apa boleh Abi tanya sama Dhisya?" kata pak Rahmad dan setelah pelukan tadi sekrang Dhisya duduk di kursi dekat ranjang Abi Rahmad. Tante dewi, umi Zulaikha dan Nisya hanya melihat mereka dari sofa tempat mereka duduk.
"boleh Abi , Abi mau tanya apa?" sekarang Dhisya sudah memaafkan abinya dan melupakan kebencian terhadap abinya.
"kalau Abi menjodohkan kamu dengan anak teman Abi kamu mau?" seketika Dhisya menatap abinya dengan melongo.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Miftahun Nikmah
sepintas spt di drama yg diputar di viu. lupa judulnya...assalamualaikum calon imam ..itu kali ya.entahlah. entah novel ini yg duluan atau di viu itu yg duluan adanya.entahlah.
yg penting skrg aq baca nih novel. suka koq dg karakter disya n rama.
2023-07-02
1
Lailatus Syifa KhoirunNisa
tiba tiba nagis....pas baca pertemuan disya dan abinya
2020-06-24
2