dijodohkan?

Dhisya masih tetap menatap abinya dengan melongo.

"hanya kamu anak Abi yang belum menikah, ini permintaan terakhir abi, agar Abi tenang ketika melihat kamu sudah menikah" perkataan Abi Rahmad yang membuat umi Zulaikha berdiri dan menghampiri Dhisya.

"tapi Dhisya belum mau menikah bi" jawaban Dhisya dengan menunduk

tak lama dari jawaban itu tiba tiba Abi Rahmad kesakitan di bagian dadanya

"Abi kenapa bi" kata Dhisya

tidak lama seorang dokter masuk keruangan karna tadi sudah di panggil oleh Nisya.

"sebaiknya semua keluarga menunggu di luar" perintah dokter Wira

semua orang keluar dari ruangan dan Abi Rahmad di periksa oleh dokter.

tak lama kemudian dokter Wira keluar dari ruangan .

"bagaimana keadaan Abi dokter" kata Dhisya kepada dokter Wira

"kondisi pak Rahmad semakin lemah, harap para keluarga menjaga emosi pak Rahmad karna penyakit bocor jantung ini sangat berbahaya, jangan sampai pak Rahmad banyak fikiran" penjelasan dokter Wira

Dhisya hanya terduduk di lantai dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

bagaimana ini, apa aku harus menerima perjodohan ini, bahkan aku gak tau siapa calon suamiku hiks,hiks,hiks. Dhisya dengan lamunannya

"Dhisya.." ucap Nisya lalu memeluk badan Dhisya yang terduduk di lantai

Dhisya pun membalas pelukan dari kakaknya.

"sebaiknya kamu fikirkan dulu tentang perjodohan ini, jangan sampai kamu menyesal dengan keputusan mu dek" kata Nisya yang memeluk tubuh adeknya dengan sangat erat. Dhisya hanya menggerakkan kepalanya kebawah.

*pagi hari di rumah sakit

"assalamualaikum sya*" suara Keyla dari balik telpon

"waalaikumsalam key" jawab Dhisya

"sya aku mau ngasih tau kalau hari ini ada rapat pergantian CEO di kantor,kamu berangkat enggak" kata Keyla

"aku izin key karna aku mau nungguin Abi dirumah sakit" jawab Dhisya

"yasudah nanti aku akan menyampaikan izinmu, semoga abimu cepat sembuh ya, aku senang dengarnya akhirnya hubungan kamu dan abimu sudah membaik" Dhisya hanya menampakan wajah keheranannya

"dari mana kamu tau key" kata Dhisya masih dengan wajah keheranan

"iya aku tau dari dokter Wira yang menangani abimu," kata Keyla

Dhisya baru ingat cerita Sabahat nya itu kalau calon suaminya adalah seorang dokter.

"yaudah sampaikan salam ku pada abimu

nanti sore insyaallah aku akan menjenguk assalamualaikum" sambung Keyla tanpa menunggu jawaban dari Dhisya dan langsung menutup telfonnya

"waalaikumsalam" kata Dhisya sambil menjauhkan handphone nya dari telingan dan meletakkan benda itu di atas meja samping ranjang Abi Rahmad berbaring.

di ruangan hanya ada Dhisya yang menunggu abinya karna yang lain pulang untuk bergantian menjaga Abi.

"permisi" suara seorang dokter yang akan memeriksa Abi Rahmad, dokter itu adalah dokter Wira.

setelah dokter Wira selesai memeriksa Abi Rahmad

"Alhamdulillah keadaan pak Rahmad sedikit membaik dari pada keadaan semalam harap di jaga abinya ya Dhisya" kata dokter Wira dan Dhisya hanya melongo mendengar dokter Wira mengetahui namanya.

"dokter tau nama saya?" tanya Dhisya sambil menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuk

"iya pasti tau kamu kan sahabat dekat calon istri saya Keyla kan? " jawab dokter Wira yang sedang merapihkan peralatan medisnya.

"Keyla sering menceritakan tentang kamu kepadaku makanya aku tau kamu" lanjut dokter Wira

"saya lega kalau calon suami sahabat saya ternyata seorang dokter dan baik lagi " kata Dhisya sambil melebarkan senyuman nya.

"dan saya juga senang ternyata sahabat dari calon istri saya sangat ramah kepada saya, saya permisi dulu ya Dhisya ,permisi" kata dokter Wira yang berlalu meninggalkan ruangan

tak lama kemudian Abi Rahmad terbangun dari tidur.

"Abi sudah bangun mau sarapan? Dhisya suapin ya?" kata Dhisya

Dhisya mengambil makanan yang sudah di siapkan suster tadi dan Dhisya mulai menyuapi abinya dengan lembut.

"bi Dhisya menerima perjodohan itu, tapi Abi harus sembuh ya" kata Dhisya, Abi Rahmad tersenyum senang mendengar perkataan dari putrinya itu

"terimakasih Dhisya, Abi menjodohkan kamu karna Abi tau lelaki itu sangat baik dan pasti akan menjaga kamu dengan baik Abi senang mendengar nya" kata Abi lalu memegang tangan Dhisya.

"Dhisya ikut senang kalau Abi juga senang" kata Dhisya yang melepaskan genggaman abinya dan mulai memegang sendok dan menyuapi abinya.

raut wajah Abi Rahmad sangat bahagia tapi Dhisya hanya menampakan senyum bahagia padahal di dalam hati nya ia sedih dengan perjodohan ini.

bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!