Amanat Umi

"Sekarang umi ini juga ibu kamu nak" umi Zulaikha memeluk tubuh Rama lagi

"Terimakasih umi" kata Rama yang sudah mulai tersenyum

Rama melepaskan pelukan dari umi Zulaikha dan berpindah duduk di sofa untuk menyandarkan kepalanya di sofa agar otot otinya meregang tak lama umi Zulaikha membawakan teh hangat untuk Rama dan di letakan di meja

"Terimakasih umi" kata Rama

"Sama sama nak umi mau nyusul Dhisya dulu ya"

"Iya umi" umi Zulaikha menaiki tangga untuk ke kamar Dhisya

"Sudah selesai beres beresnya" tanya umi yang sudah duduk di tepi kasur

"Sudah umi " kata Dhisya yang juga duduk di samping umi Zulaikha

"Tidak terasa ya anak umi yang bandel ini sudah jadi istri" kata umi yang memegang dagu Dhisya

"Kamu harus jadi istri yang baik ya sya, jangan sampai meniru umi dan Abi" kata umi Zulaikha yang sudah memeluk tubuh Dhisya.

Dhisya hanya terdiam dan menenggelamkan wajahnya di dada umi Zulaikha

"Kamu harus jadi istri yang baik, apapun keadaan suamimu, seberat apapun masalah kalian umi harap kalian jangan sampai berpisah, kamu harus belajar mencintai suamimu dan jangan bandel ya" kata umi Zulaikha yang sudah meneteskan air matanya

"Umi kenapa nangis?" kata Dhisya yang melepas pelukan uminya dan menatap wajah uminya

"Umi cuma senang akhirnya kamu mendapat suami yang sayang denganmu sya, kamu janji ya sama umi" kata umi Zulaikha menggantung kalimatnya

"Janji apa umi? "

"Kamu harus janji sama umi kamu gaakan berpisah dengan Rama " kata umi yang menatap Dhisya dengan serius

kenap umi harus mengatakan janji itu, apa umi tau kalau aku ada rencana untuk menceraikan mas Rama. Andai saja umi tau kalau aku dan mas Rama sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Dhisya berbicara dengan lamunannya

"Sya kamu harus jawab kamu janji sama umi kan" kata umi Zulaikha yang menggoyang goyangkan tubuh Dhisya

"Iya umi Dhisya janji" senyuman Dhisya yang palsu padahal di dalam hatinya ia menolak janji itu

apapun asal itu buat umi bahagia aku akan lakukan umi walaupun aku tidak menginginkannya, Dhisya

Setelah solat magrib Dhisya dan Rama berpamitan untuk berangkat kerumah Rama.

Saat sedang di dalam mobil mereka hanya diam tak ada yang berbicara Dhisya hanya melihat pemandangan di balik kaca mobil

sedangkan Rama fokus dalam menyetir

"Kita mau makan dulu apa langsung pulang" tanya Rama yang memecahkan keheningan di dalam mobil

"Langsung pulang saja aku masih kenyang, nanti kita makan donat yang dibawakan umi tadi saja" jawab Dhisya yang masih menatap jendela mobilnya tanpa menoleh ke pada Rama

Tampak wajah sendu di wajah Dhisya tentu saja dia memikirkan pembicaraan uminya tadi .

Awalnya ketika dia meminta Rama menikahi nya agar Abi nya senang dan bisa sembuh tetapi kenyataan berbicara lain dan setelah kepergian abinya Dhisya berencana untuk bercerai dari Rama karena dia benar benar tidak menginginkan pernikahan ini.

Sepanjangan perjalanan Dhisya hanya berperang dengan hati dab pikiran nya yang tak sinkron dia terus memikirkan masalah pernikahan nya itu .

Tak terasa mobil sudah berhenti di depan perumahan elite yang cukup besar

"Ternyata kamu betah ya di mobilku" kata Rama yang mengagetkan lamunannya

"Eh sudah sampai" kata Dhisya yang langsung membuka mobilnya

Tampak cahaya lampu yang bersinar menambah kecantikan rumah mewah tersebut mata Dhisya masih melihat rumah besar tersebut

"Sudah jangan di pandangi terus ayo masuk" kata Rama yang sudah berdiri di samping Dhisya

Saat sudah di depan pintu belum juga di ketuk tapi sudah ada yang membukakan pintu

"Sudah sampai tuan?" lelaki paruh baya dengan rambut yang sudah terlihat sedikit putih dan tertutup kopiah berwarna hijau

"Ini mang Iman yang suka bantu bantu disini jadi kalau kamu butuh apa apa panggil mang Iman saja" kata Rama memperkenalkan mang Iman yang sudah sejak lama menjaga rumah Rama

"Saya Dhisya pak" kata Dhisya yang mengulurkan tangannya dan dengan tersenyum mang Iman membalas jabatan tangan dari Dhisya

"Non kalau butuh apa apa bisa panggil saya ya non hehe" kata mang Iman yang melebarkan senyumannya

"Oiya mang itu di bagasi ada barang barang Dhisya nanti minta tolong di bawa ke kamar atas ya"

"Baik tuan" jawab mang Iman yang menganggukkan kepalanya

Dhisya dan Rama pun masuk kedalam rumah

mata Dhisya berkeliling melihat desain ruang tamu yang kelihatan sangat simpel tapi terlihat megah disana terdapat foto om Dodi Rama ketika kecil dan ibunya Rama dia menatap foto itu

"Itu foto terakhir aku bersama ibu" kata Rama yang berdiri dan menatap foto itu juga

bersambung

Terpopuler

Comments

Daim

Daim

lanjut thor

2020-03-20

2

Siti Soviah

Siti Soviah

lanjut Thor jangan lama2 up nya

2020-03-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!