Meskipun terlihat gesrek dan cabul, tapi Gery merupakan dokter dengan hati yang tulus dan berdedikasi tinggi. Dia juga mempunyai otak yang sangat cerdas.
Seperti biasa, sesuai dengan sumpah profesinya, Gery yang masih berstatus WKDS (dokter spesialis yang sedang mengabdi), dia stand by 24 jam selama hari kerja. Dia siap sedia saat dibutuhkan untuk anestesi, di setiap ada operasi.
"Gua cabut dulu ya, ada tugas negara" pamit Gery ke kedua temanya setelah membaca pesan di ponselnya.
Ardi dan Farid yang sudah paham pekerjaan sahabatnya mengangguk mempersilahkan. Kini tinggal Ardi dan Farid.
Farid melanjutkan ceritanya, mengingatkan lagi ke Ardi, kalau tempo hari Bu Rita membawa dan mengenalkan perempuan cantik ke Farid. Dan saat itu juga Farid jatuh hati. Tapi Farid yang tidak berpengalaman tentang perempuan belum berani terang-terangan mendekati perempuan itu.
"Bantulah Bro" pinta Farid tidak tahu malu.
"Ogah, lo perjuangin sendirilah, kan istri buat lo sendiri" jawab Ardi ingin Farid berubah mengingat usianya sudah tua.
"Ya tapi kan, dia deket sama nyokap Lo" jawab Farid tetap merayu Ardi.
"Ya lo kan juga deket sama nyokap gue, kenapa lo nggak ngomong langsung sih?" Ardi memberi saran ke Farid.
Farid menggaruk - garuk kepalanya. Ardi diam menatap sahabatnya, sebenernya dia ingin membantu, tapi dia sendiri bingung harus bantu apa? Sosok perempuan yang dibicarakan Farid pun Ardi tidak tahu menau. Bagaimana dia bisa membantu.
"Setelah ini apa rencana hidup Lo?" tanya Farid tiba-tiba mengalihkan pembicaraan karena putus asa akan bantuan Ardi.
Ardi diam berfikir.
Farid yang paham sahabatnya itu ikut diam. Membiarkan sahabatnya memilih masa depannya sendiri. Farid tidak ingin menggurui atau ikut campur.
Bohong kalau Ardi benar-benar cuek dan tidak berfikir masa depan. 29 tahun bukan waktu yang muda lagi. Sekarang dia pengangguran. Bahkan Gery yang sewaktu SMA dan kuliah suka main-main kini sudah serius dengan profesinya. Dia siap memimpin rumah sakit keluarganya setelah WKDSnya selesai.
Farid sendiri sudah terjun di kampus ayahnya, dia juga sibuk bersama Bu Rita mengurus panti. Padahal seharusnya Ardilah yang lebih peduli mengingat Ardi anak kandung Mama Rita bukan Farid.
Meskipun sebenernya Ardi sendiri juga banyak memberi masukan ke Farid. Tapi dia tidak pernah mau terjun langsung, dia hanya selalu menuangkan idenya lewat Farid.
"Liat besok" jawab Ardi menggantung tidak ingin menunjukan ke Farid kalau Ardi mulai bimbang.
Farid terdiam, dia lega. Setidaknya Ardi tidak menjawab melakukan hal yang aneh seperti sebelumnya. Suka pergi - pergi keluar kota dengan komunitas yang hanya Ardi yang tahu.
Setelah waktu menunjukan jam 12 malam, Ardi dan Farid bergegas pulang. Ardi pulang ke rumah orang tuanya. Farid ke apartemenya.
*****
Kediaman Tuan Aryo
"Cekleek" Ardi membuka pintu rumahnya.
"Baru pulang Nak?" sapa Mama Rita dengan piyamanya memegang air putih.
"Mama belum tidur?" tanya Ardi mencium tangan mamanya.
"Belum Nak, mama haus" jawab Mama Rita beranjak duduk.
Ardi menatap mamahnya dengan tatapan berbeda. Tidak seperti saat dia meninggalkan rumah sore tadi, kini tatapanya sedikit hangat. Ardi menyadari selama ini sudah terlalu dingin terhadap ibunya.
"Maafin Ardi Mah" ucap Ardi tiba-tiba sambil mendudukan dirinya di samping Mama Rita. Hal itu membuat Mama Rita kaget. Lalu Mama Rita tersenyum bahagia.
"Maaf untuk apa Sayang? Apapun yang ada di kamu dan yang terjadi di diri kamu. Mama selalu sayang sama kamu, very much"
"Terima kasih Mah" jawab Ardi lalu mereka terdiam.
Mama Rita tampak memandang kosong ke depan sambil meneguk air putih di gelasnya. Sementara Ardi tampak menunduk memikirkan sesuatu.
"Ardi besok ikut papa ke kantor" ucap Ardi tiba-tiba.
Mata Mama Rita terbelalak mendengarnya, itu hal yang sangat tidak diduga mengingat pernyataan Ardi tadi pagi.
"Really? Are you sure?" tanya Mama Rita meyakinkan dan penuh haru.
Ardi mengangguk "Yes Mom. I'am sure" jawab Ardi lirih sambil memainkan lidah dan giginya.
"Oh my God. My Honey,i love you very much"
Mama Rita meletakan gelasnya langsung memeluk anaknya.
"Terima kasih Sayang" Mama Rita mencium kening Ardi. Ardi pasrah tidak menolak seperti biasanya. Bahkan Ardi membalas pelukan hangat mamahnya.
"Papamu pasti sangat bahagia. Papa mama yakin kamu akan menjadi penerus papa yang baik, kamu sudah menunjukanya" Mama Rita meraih kedua pipi anaknya dengan haru.
Air mata Mama Rita menetes. Dia bersyukur anak yang dilahirkanya 29 tahun lalu sudah lebih dewasa dan mencair. Setelah Lulus S1 Ardi memang sudah pernah terjun di perusahaan menjadi wakil CEO, bahkan sejak SMA sudah sering diajak ke kantor, tapi karena suatu hal. Dia memilih pergi kuliah di Australia dan meninggalkan perusahaan.
Ardi meraih tangan Mama Rita yang memegang pipinya. Lalu mencium kedua tangan hangat itu. Ardi mengeringkan airmata di wajah mamahnya.
"Mah, apa Ardi boleh minta syarat?" tanya Ardi tiba-tiba.
"Katakan Sayang! Asal kamu tidak meminta pergi dari mamah dan tinggal jauh dari mamah."
"Ardi ingin menemukan jodoh Ardi sendiri, Ardi ingin menikah Mah, tapi dengan perempuan yang Ardi cinta".
Bu Rita menunduk mendengarkan penuturan anaknya. Dia mengingat kejadian 2 tahun lalu sebelum Ardi memilih kuliah di luar negeri dan meninggalkan perusahaan. Itu semua karena kecerobohan Mama Rita dan Tuan Aryo. Tapi Bu Rita tetap khawatir kalau pilihan anaknya salah.
"Maafkan mamah Sayang. Mamah hanya ingin yang terbaik untuk kamu waktu itu" jawab Mama Rita tidak mengiyakan permintaan Ardi tapi tidak juga menolak.
"Ardi ingin seperti Gery dan Farid, memperjuangkan cintanya Mah"
"Oh iya? Apa mereka sudah menemukan pasangan yang tepat?" tanya Mama Rita.
"Ardi tidak yakin. Tapi Ardi melihat mereka sangat bersemangat" jawab Ardi mengingat Farid sampai memohon ke Ardi untuk membantunya.
"Apa anak mamah juga sudah menemukan pasanganya?" tanya Mama Rita dheg- dhegan.
"Belum Mah" jawab Ardi singkat.
Mama Rita menarik nafas dalam, ada sedikit kelegaan. Meskipun mama Rita belum berani membuka cerita tentang Alya ataupun berniat menjodohkan, tapi di hatinya selalu terselip harapan Ardi bertemu dan jatuh cinta dengan Alya entah bagaimana jalanya.
"Umurmu sudah waktunya menikah Nak, mulailah membuka hati terhadap perempuan, lupakan masalalu. Mama selalu berdo'a kamu mendapatkan jodoh terbaikmu" tutur Mama Rita bijak.
Ardi diam mendengarkan mamanya, melupakan syarat yang belum diiyakan. Tapi meski tidak menjawab "Ya" Mama Rita tidak akan menjodohkan Ardi lagi, dengan pernyataan mamahnya ini artinya Ardi boleh bebas memilih.
"Oh iya Mah ada yang mau Ardi tanyakan" kata Ardi mengingat permintaan Farid.
"Tanya apa Sayang?"
Ardi diam, melihat jam sudah jam 1 malam. "Nggak jadi Mah lain kali saja, tidurlah Mah sudah malam" Ardi mencium kening mamahnya berlalu menuju ke kamar.
Mama Rita yang masih duduk bersyukur lega memandangi punggung putranya menjauh. Secara tidak langsung Ardi mengungkapkan bahwa dirinya ingin menikah. Mama Rita tersenyum. Dia ikut bergegas menyusul suaminya yang sudah terlelap di balik selimut.
"Itukan urusan Farid untuk apa aku ikut campur, ahh tapi aku penasaran" gumam Ardi sambil menaiki tangga ke kamar. Ardi membatalkan niatnya menanyakan hal lebih jauh tentang Alya.
*****
Apartemen Megayu
Setelah mendapat tugas tambahan dari Dokter Mira. Alya semakin fokus ke tugas magangnya. Meskipun pekerjaan kelompok Alya tetap rajin mengerjakan lebih dulu. Alya Tampak mencari materi tentang diagnosa yang diminta dr. Mira. Ya Alya sedang mencicil tugas tambahanya sendiri. Lalu besok dibahas dengan temanya.
"Hoaam" Alya menguap melihat jam dinding menunjukan jam 1 malam.
"Ya ampun waktu cepat sekali berlalu" gumam Alya menuju ke kamar mandi untuk cuci muka dan menggosok gigi.
Setelah selesai dari kamar mandi, Alya mengambil handuk bersih di lemari untuk mengeringkan mukanya. Setelah itu dia berniat merebahkan badanya. Tapi tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah Album foto di pojok laci lemari. Diraihnya album foto itu, lalu dibukanya pelan-pelan.
"Apa ini foto mas Ardi sewaktu kecil" gumam Alya melihat foto anak laki-laki laki berusia 9 tahunan berdiri di tepi pantai.
"Terlihat ceria dan hangat, kenapa kata Mba Mia dan Mba Ida anak Mama Rita seperti vampir? Foto kecilnya menggemaskan sekali"
Lalu Alya membuka lagi albumnya. Sekarang bukan foto wajah lagi, melainkan foto pemandangan pantai di pesisir gunung entah dimana, tapi sangat indah. Dan di situ ada anak gadis kecil tertunduk meringkuk di bibir pantai.
"Ck ck jurang kerjaan sekali memfoto orang sedang duduk seperti ini" Alya berdecak memandangi foto tidak jelas itu.
"Sepertinya aku tidak asing dengan tempat ini? Tapi dimana ya?"
Alya mengingat-ingat tempat seperti yang ada di foto. Pesisir pantai dekat dengan pegunungan banyak batu-batuanya.
"Seperti di gunung kidul?" Alya mengingat kampung halamanya. Membayangkan pantainya yang sering ia kunjungi ketika hari libur.
"Ah tapi beda, hanya mirip saja" Alya menjawab sendiri pertanyaanya lalu menutup album itu tanpa membuka halaman berikutnya.
"Hoooam" Alya kembali menguap. Disimpanya kembali album itu, lalu dimatikan lampu kamar dan dia segera tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 285 Episodes
Comments
Edy Nurmala
seperti nya CLBK ni
2022-03-21
1
Hartin Marlin ahmad
sepertinya alya teman masa kecil ardi
2022-03-11
4
Aska
sepertinya itu Poto Alya kecil dulu
2022-03-07
0