"Libur 3 hari? Hem apa aku ke rumah Mama Rita ya?" Alya memainkan kakinya di atas sofa sambil memegang selembar kertas kompensasi libur karena baru sakit.
"Hah, membosankan sekali kalau libur begini, ke rumah Mama Rita? Atau ke panti? Atau jalan-jalan?" Alya berfikir bingung, dia tengkurap bangun tengkurap bangun beberapa kali di atas sofa, sambil memukul-mukul bantal.
"Tapi jalan-jalan sama siapa? Ke rumah Mama Rita, aku pasti ditanyai macam-macam" Alya memanyunkan bibir berbicara sendiri, mencari alternatif terbaik cara memanfaatkan waktu libur.
"Apa aku senam aja ya? 2 hari berbaring badanku pegal semua, padahal aku kan baik-baik saja" gumam Alya mengingat 2 hari ini aktivitasnya hanya tidur di ruang rawat.
Alya bangkit mencari video senam. l Alya mengganti bajunya dengan baju senam yang seksi. Alya memilih baju itu karena dia merasa itu tidak melanggar aturan agamanya. Sebab dia olahraga di ruang tertutup dan hanya ada dia ruangan itu.
Karena Alya seorang dokter, dia menerapkan pola hidup sehat dan rutin melakukan olahraga, tiap 2 hari sekali atau ketika libur. Setelah senam Alya memutuskan pergi ke panti.
Selesai senam Alya ke dapur duduk di minibar membuat infus water. Alya santai sejenak sambil mengeringkan keringat lalu dia mandi dan bersiap ke panti.
*****
Panti Gunawijaya
Siang itu Alya memakai gamis coklat payung dengan pita di pinggang, dipadukan dengan jilbab pashmina warna pink kalem. Meskipun memakai hijab, Alya selalu mengikuti tren anak muda. Sehingga dia terlihat anggun dan tetap trendi.
"Sudah sampai Non" Pak Sopir menghentikan mobilnya di depan Gerbang Panti Gunawijaya.
"Thiin thiin" terdengar klakson dari mobil sport mewah berwarna merah mendahului taxi Alya, masuk ke panti.
"Itu temenya Neng?" tanya pak sopir melihat mobil mewah mendahuluinya.
"Iya Pak, guru masak dia. Cantik lagi Pak" jawab Alya sambil memberikan uang.
"Neng juga cantik, cantik banget malah. Ramah, sopan lagi. Istri saya lagi hamil Neng, saya berdoa anak saya mirip Eneng" tutur Pak Sopir tulus.
"Aamiin Pak, terharu saya mendengarnya"
"Makasih Neng, ini kembalianya" jawab bapak sopir menyerahkan kembalian.
"Buat bapak saja. Saya lagi bersyukur karena baru pulang dari dirawat di rumah sakit" jawab Alya tersenyum. Setelah itu turun dan menganggukan kepala mempersilahkan pak sopir pergi.
Pak supir berterimakasih, mengangguk dan mendoakan kesehatan Alya. Alya masuk ke panti, Alya melihat jam tanganya masih jam 9.
"Hemmmm pasti anak-anak sekolah, dan belum pada pulang" gumam Alya sambil berjalan menebak sendiri.
"Us Alyaa...." panggil anak tiba-tiba tiba.
Beberapa anak kekuar dari ruang menjahit, mereka mendekati Alya dan mencium tanganya. Lalu diikuti Bu Salma.
"Assalamu'alaikum" sapa Alya mengulurkan tangan menyapa anak-anak dan Bu Salma.
"Waalaikumsalam" jawab anak-anak bersamaan dan mencium tangan Alya bergantian.
"Tumben kesini pagi Uus?" tanya Bu Salma heran.
"Iyah, saya bosen di apartemen sendirian" jawab Alya jujur
"Saya kira anak-anak sekolah Bu, ternyata lagi pada bikin baju yaa?" tanya Alya ke anak-anak seumuran SMP kelas 2 dan menyadari tebakanya salah.
"Hari ini kan tanggal merah Uus" jawab salah satu siswa.
"Oh iya ya?" jawab Alya malu karena lupa.
Lalu anak-anak menepuk jidat.
Setelah meletakan tas di kamar. Alya menuju ke gazebo dekat kolam ikan di halaman belakang asrama. Anak-anak berkumpul mengikuti. Ada sekitar 20 anak seumuran SD dan TK. Sementara Anak-anak usia SMA dan kuliah memilih tinggal di kamar.
"Karena masih pagi, Us Alya mau ajarkan kalian sesuatu, mau nggak?" tanya Alya riang.
"Mau!" jawab anak-anak kompak.
"Tapi sebelumnya Kak Alya mau minta bayaran dulu sebelum Kak Alya kasih tau?"
"Yah, kita kan nggak punya uang Us" jawab anak-anak kompak.
"Bayaranya bukan uang, cukup kalian mulai sekarang, panggil Kak Alya, Us itu untuk Us Zahra saja, deal?" tanya dengan gaya centil mengedipkan mata.
"Kenapa Us, Us Alya kan ngajari kita baca Al Qur'an?" tanya Fatimah anak kelas 5 SD dengan polos.
Alya tersenyum lebar menampakan lesung pipit manisnya.
"Karena Kak Alya sangat ingin dipanggil Kak dan menjadi kakak kalian, boleh ya?" pinta Alya merayu dengan gaya manjanya pada anak-anak.
"Baiklah Kak Alya" jawab anak-anak tersenyum riang.
"Sebenernya Kak Alya mau ajarin kita apa siih?" tanya Dodi penasaran
"Kak Dodi bisa ke depan sini" panggil Alya menyuruh Dodi ke depan. Dodi pun mendekat.
"Di sekolah udah diajari cuci tangan yang benar?" tanya Alya ke Dodi. Dodi mengangguk percaya diri.
"Coba praktekan!" pinta Alya ke Dodi untuk memperlihatkan cara cuci tangan. Dodi beranjak menuju wastafel di dekat taman.
"Temen-temen perhatikan Kak Dodi ya!" ajak Alya ke anak-anak mengelilingi Dodi. Dodi mencuci tangan sebisanya dengan rasa bangga.
"Tepuk tangan dong buat Dodi" pinta Alya lagi. Anak-anak pun tepuk tangan.
"Kak Dodi sudah hebat, tapi Kak Alya punya tatacara mencuci tangan yang baik dan benar yang dikasih tau guru Kak Alya. Katanya cara cuci tangan ini sama dengan yang dilakukan pak dokter dan bu dokter hebat di dunia, mau Kak Alya ajarin cara cuci tangan yang benar seperti mereka nggak?" tanya Alya ke anak-anak. Anak-anak pun mengangguk lalu Alya mengajari anak-anak cuci tangan yang benar seperti panduan WHO.
Sebagai seorang dokter Alya memang sudah terbiasa melakukan edukasi kesehatan ke masyarakat mulai dari hal kecil sampai yang membahas penyakit. Anak-anak antusias belajar dengan Kakak Cantik dan ramah itu. Sayangnya semua penghuni panti belum ada yang tahu kalau Alya memang seorang dokter.
"Kak Alya ke kamar mandi dulu ya" pamit Alya ke anak-anak. Alya pun beranjak ke kamar mandi mushola dekat taman, ternyata kran airnya rusak. Meskipun jauh, Alya memilih ke kamar mandi dekat kantin.
Alya memilih ke kantin karena kamar mandinya terlihat baru. Setelah sampai, Alya menunaikan hajatnya. Kamar mandi kantin sangat sepi karena anak-anak memilih di kamar.
"Kleek kleeek, gruk" Alya berusaha membuka pintu kamar mandi untuk keluar setelah hajatnya selesai.
"Dheg!" Alya merasa ada yang aneh dengan pintunya.
"Kok ga bisa dibuka?" gumam Alya saat gagal membuka pintu.
"Greeek greeek" Alya mencoba memutar-mutar gagang kunci dan mendorongnya berharap tadi salah memutar. Tapi kamar mandi tetap tidak bisa dibuka.
Kening Alya mulai berkeringat.
"Astaghfirulloh, kenapa nggak bisa dibuka?" Alya mencoba mendorong pintu dari dalam dan memutar gagang pintu, tetap tidak berhasil.
"Dor dor" Alya mencoba menggedor pintu dari dalam berharap ada yang mendengar, tapi tetap tidak ada sahutan.
Hati Alya mukai bergemuruh karena cemas, keringatnya pun mulai bercucuran.
"Huuft haah" Alya menarik nafasnya pelan dan menghembuskan perlahan.
"Tenang Alya, ayo berfikir jernih dan coba sekali lagi" Alya mencoba memutar gagang pintu dengan mantap dan hati-hati. Tetap tidak bisa dibuka.
Alya melihat sekeliling kamar mandi. Ruang ukuran 2x2 m, berdinding keramik, berternit dengan blower lalu kaca balok. Tidak ada jendela.
"Iisshh tidak ada ruang untukku kabur selain lewat pintu" ucap Alya menyimpulkan.
Alya menurunkan kakinya berjongkok dan mendekap kakinya. Menahan diri untuk tidak menangis dan panik. "Ruang ini ada blowernya setidaknya aku tidak akan kehabisan nafas sampai ada yang membuka pintu" gumam Alya sambil berfikir. Alya meraba sakunya.
"Telpon? Tapi aku harus telpon siapa, bahkan aku belum sempat meminta no hp Kak Farid, Kak Sinta ataupun yang lain?" gumam Alya memandangi ponsel bututnya.
Mengeja nama Sinta hati Alya berdegup kencang.
"Pizza itu? Dan sekarang aku di sini, jangan-jangan? Ini karena Kak Sinta?" Alya mencoba menebak.
"Pintu kamar mandi ini terlihat masih baru. Bahkan khusus bangunan area kantin kata Kak Farid adalah bangunan baru yang dibuat. Sangat aneh kan kalau tiba-tiba pintunya rusak" Alya berbica sendiri menghubung-hubungkan.
"Hah" Alya menutup mulutnya sendiri dan menggelengkan kepalanya sendiri.
"Nggak! Nggak mungkin, aku pasti sudah suudzon kalau ada orang sengaja mengerjaiku"
Lalu Alya meneteskan Air mata tidak menyangka. Apa iya ada yang mengunci pintu dari luar?
"Apa Kak Sinta yang melakukan semua ini? Meracuniku dan menjebaku ke kamar mandi? Tapi kenapa?" gumam Alya masih tidak percaya.
"Aku baru mulai nyaman dan menemukan kehidupan di sini hiks hiks" Alya menyeka air matanya dan membuang prasangkanya.
"Bahkan aku ngefans sama Mba Sinta, dia cantik sepeti model, sangat seksi dengan rambut pirangnya, dia juga terlihat sangat berbakat, apa dia sejahat itu?" Alya meringkuk sambil menangis bersandar di balik pintu kamar mandi.
Lalu dia bangun berteriak minta tolong sambil gedor-gedor pintu berharap ada yang mendengar, tapi tetap nihil.
Setelah suara Alya serak berteriak dan tanganya pegal menggedor pintu Alya kembali meringkuk mendekap lututnya sambil menangis. Kantin asrama memang berada di pojok belakang yayasan. Jauh dari taman dan mushola, masing-masing lantai asrama sudah disediakan kamar mandi.
Gedung kantor guru dan tempat pelatihan keterampilan juga di dalamnya ada kamar mandinya. Sementara untuk anak panti di hari libur jarang yang beraktivitas di kantin. Siang itu juga kantin sangat sepi. Semakin susah untuk Alya berharap segera mendapat pertolongan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 285 Episodes
Comments
Teruterubuzu
pasti ulah Sinta jelmaan ular
2022-05-12
0
herdaize
Semangat Alya... pasti ada solusinya 😍😍
2022-03-16
2
Hartin Marlin ahmad
dasar wanita iblis
2022-03-09
0