Pagi itu para dokter muda sudah berkumpul di aula rumah sakit. Ada 12 dokter satu angkatan dengan Alya. Mereka siap menimba ilmu dan pengalaman di rumah sakit itu. Menyelesaikan tugas magang demi menyelesaikan tugas profesinya. Setelah kurang lebih 2 jam berlalu. Upacara penyambutan selesai dilanjutkan orientasi ruangan dan pembagian tugas.
Para dokter muda berhamburan keluar aula, berkenalan satu sama lain. Mereka berasal dari kampus daerah yang berbeda-beda. Kebanyakan memang dari daerah sekitar rumah sakit itu. Tapi ada juga yang berasal dari luar daerah seperti Alya.
"Kenalin gue Anya" sapa seorang gadis mengulurkan tangan ke Alya.
"Alya" jawab Alya membalas uluran tangan teman barunya.
"Stase anak kan?" tanya Anya.
"Iyah" jawab Alya tersenyum bahagia, mengetahui teman barunya itu akan menjadi partner magangnya.
"Oke berarti bareng kita" sambung Anya membalas senyum Alya.
"Ayuk kita cari ruangannya!" ajak Alya menuju ke bangsal bayi.
"Tunggu!" teriak seseorang di belakang mereka. Terlihat perempuan berambut pendek dan pirang memakai sneli setengah berlari mengejar Alya dan Anya. Mereka berhenti menunggu gadis itu.
"Stase anak kan kalian? Kenalin gue Dinda, bulan ini gue juga di sini"
"Baik" jawab Anya dan Alya bersamaan. Lalu mereka bertiga berjalan menuju bangsal bayi. Tidak lama mereka sampai di depan ruangan yang selalu terkunci. Di dalamnya ada banyak inkubator yang diisi oleh bayi-bayi.
"Thing thong" Alya memencet bel pintu masuk ruang bayi itu. Tidak lama seorang perawat muda membukakan pintu.
"Selamat pagi" sapa ketiga dokter muda ke perawat.
"Pagi Dok, silahkan masuk, dokter magang ya?" tanya salah satu perawat senior.
"Iya Bu, kami bertiga bulan ini ditugaskan di ruang ini" jawab Alya sopan.
"Oh ya, dengan senang hati Dok. Mari silahkan duduk!" sapa perawat mempersilahkan Alya dan kedua temanya duduk.
"Perkenalkan saya Alya" ucap Alya memperkenalkan diri.
"Saya Anya"
"Saya Dinda"
Lalu mereka dibalas oleh 5 orang perawat yang jaga.
"Saya antar keliling ruangan ya Dok" sapa salah seorang perawat.
Alya dan kedua temanya mengangguk. Mereka mengikuti perawat untuk mengenal ruangan tempat mereka magang.
Setelah berkeliling ruangan dan meletakan tas nya mereka bertiga membaur dengan para perawat dan siap melaksanakan tugas. Mata Alya berbinar cerah, merasakan kembali dunia yang dia rindukan.
"Dok, saya buatkan jadwal shift untuk bulan ini yaa. Karena ada tiga dokter, biar satu shift satu ya Dok" ucap kepala perawat ruang membuatkan jadwal shift ketiga dokter itu.
"Baik Bu" jawab ketiga dokter serempak.
"Oh iya, sebentar lagi akan ada jadwal operasi, dokter senior meminta ada satu dokter magang yang ikut" tutur kepala perawat
"Saya siap Bu" jawab Alya semangat, menoleh ke kedua temannya.
Alya memberi kode meminta ijin dia duluan yang ikut ke ruang operasi. Kedua teman Alya setuju dan mempersilahkan Alya ikut masuk ke ruang operasi duluan.
Kepala perawat menjelaskan prosedur ruang operasi di rumah sakit beserta tempatnya, setelah itu menjelaskan tugas Alya. Meski sebelumnya Alya sudah sering melakukan tapi Alya tetap mendengarkan dengan baik. Karena dia tahu, setiap tempat mempunyai aturan yang berbeda.
Alya masuk ke ruang operasi bergabung di bagian tim bayi. Itu adalah tugas pertama kalinya di tempat magang Alya. 1 jam terlewati, Alya melakukan tugasnya dengan baik.
****
Ruang Operasi
"Cekleeek" pintu terbuka tiba- tiba.
"Aaaaaak" Alya yang sedang berganti pakaian teriak spontan melihat siapa yang datang. Alya langsung meringkukan badan dan membalikan badan atasnya yang hanya nemakai bra.
Sepasang mata terbelalak sesaat melihat Alya, lalu menutup mata. Tidak menghindar tapi justru mendekat ke Alya.
"Diam, nggak usah teriak-teriak, bodoh!" bentak Dokter Gery.
"Hah dia mengataiku bodoh? Bukanya pergi kenapa di situ? Kurang ajar!" gumam Alya geram meringkukan badan, membelakangi pria itu.
"Aku nggak akan apa-apain kamu. Kalau kamu teriak, kamu buat keributan di sini? Nanti pada kesini semua, lebay tau" ucap pria itu lagi membuat kuping Alya semakin panas.
Alya hanya diam menundukan kepala. Tanganya meremas baju yang hendak dia pakai.
"Sial... dia mengataiku lebay" gumam Alya kesal.
Tangan Alya mengepal, ingin berbalik menampar pria itu tapi tidak bisa, karena Alya belum selesai memakai pakaianya lagi.
"Cepat pakai pakaianmu! Keluar dari sini, lain kali baca petunjuk dengan benar, dasar ceroboh!" umpat pria itu lagi. Lalu meninggalkan Alya dan membanting pintu.
"Shiit, kenapa juniorku langsung berdiri melihat gadis bodoh itu. Dia benar-benar seksi, gunung kembarnya tampak indah dan berisi, siapa dia, ceroboh sekali berganti baju di ruanganku!" gumam dr. Gery dalam hati, menahan sesuatu yang bergejolak di bawah sana berlalu keluar kamar.
"Kenapa dia yang marah, seharusnya aku yang marah dasar tidak sopan" gerutu Alya mendengar bantingan pintu. Lalu menyelesaikan ganti pakaian.
"Huh" nafas Alya bergemuruh keringatnya keluar bercucuran, bibirnya kelu, pipinya memerah menahan malu takut, marah dan kesal. Airmatanya pun mengalir membuat pipinya basah. Alya merasa ternodai, karena seseorang melihat tubuhnya padahal dia selalu memakai jilbab dan menjaga auratnya.
"Seingatku aku sudah tutup pintu. Aku memang tidak menguncinya karena ruangan ini kan ruang bersama buat dokter dan perawat wanita? Tapi kalau dipikir pikir ruanganya memang aneh. Tidak ada tirai dan bilik gantinya" Alya berfikir ulang menyadari kesalahanya.
"Bukankah ini ruangan yang perawat Lia tunjukan, apa aku salah ruang ganti, ceroboh sekali aku, aaah dokter galak itu melihat dadaku? Kenapa sial sekali hari pertamaku kerja. Isshh"
Setelah berganti baju dan memakai jilbabnya, Alya keluar mengendap-endap berharap tidak bertemu dengan dokter senior galak tadi.
Lalu Alya menelisik, mencari kebenaran, dirinya yang salah atau dokter senior menyebalkan tadi yang kurang ajar. Setelah menelisik Alya menemukan sederet tulisan kecil di atas pintu
"Dheg" Alya menelan salivanya, "Kamar dr. Gery Sp.An"
"Haahh" Alya langsung menutup mulutnya dengan mata terbelalak.
"Ya Alloh ampuni kecerobohanku".
Ternyata memang Alya yang salah masuk ruang ganti. Lalu dia berbalik melihat ke ruang sebelahnya, di bawah pintu ada sebaris tulisan kayu yang jatuh di lantai, lalu diambil oleh Alya. "Ruang Ganti Wanita".
"Aishh sial, kenapa papan ini jatuh, dan aku tidak membacanya. Ya Tuhan tubuhku ternodai oleh mata dokter galak itu. Ahhh malunya aku" Alya berlalu memukul kepalanya sendiri merutuki kebodohanya tidak melihat ke depan.
"Brug"
Alya menabrak tubuh kekar dengan warna baju yang sama dengan lelaki tadi. Ya. Dia dokter Gery yang hendak istirahat, menunggu Alya keluar dari ruanganya.
Menyadari kebodohan dan kecerobohanya. Alya ingin segera pergi dari hadapan Dokter Gery.
"Sial, kenapa aku ketemu lagi dengan dokter ini? Apa aku harus minta maaf? Atau aku pergi saja?" gumam Alya dalam hati lalu berniat segera pergi takut ada perawat atau dokter lain melihat.
"Eiist, tunggu" tarik Dokter Gery mencengkeram tangan Alya. Dokter pria itu melihat ke dada Alya yang tertutup jilbab. Sontak Alya langsung mendekap kedua dadanya dengan tangan.
"Jangan kurang ajar ya Dok!" bentak Alya menatap kesal ke arah dr. Gery. Ditatap tajam dokter Gery justru tersenyum.
"Dokter Al-ya" jawab dr. Gery mengeja name tage yang menggantung di saku peniti jilbab Alya. "Jangan GR kamu" ucap dr. Gery melepaskan tangan Alya.
Alyapun tersipu menyadari dirinya sudah berfikir negatif.
"Kamu dokter baru? Atau?" tanya dr. Gery menelisik. Alya hanya diam berusaha merahasiakan statusnya dan berharap tidak ketemu dokter sialan ini lagi.
"Maaf!" ucap Alya kelu memotong pertanyaan Gery, dan dengan segera Alya berlalu pergi.
Gery pun tersenyum penuh arti melihat kepergian Alya. "Cantik" gumam dr. Gery yang masih didengar Alya.
"Dokter Gila, sial, nyebelin" gerutu Alya menahan malu setengah berlari menuju ruang rawat bayi.
*****
Jarum jam dinding menunjukan pukul 2 siang menandakan waktu jaga pagi selesai. Setelah merapihkan tas, Alya beserta dua rekanya pergi meninggalkan ruangan.
Alya berusaha menepis kejadian memalukan tadi mengingat ini hari pertama dia bekerja, padahal jatah dia mengabdi masih beberapa bulan. Alya bertekat melupakanya agar dia merasa betah bekerja.
Sore ini Alya tidak langsung pulang ke apartemen, karena dia sudah janji untuk datang ke panti berkenalan dan mengajar mengaji pada anak-anak panti.
"Dengan Nona Alya?" sapa salah seorang supir taxi online.
"Iya pak benar saya Alya. Antar ke panti Gunawijaya ya Pak"
"Siap Neng"
******
Panti Gunawijaya.
"Assalamu'alaikum Ustadzah" sapa Farid di depan pintu asrama.
"Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh Kak Farid, panggil Alya aja" jawab Alya tersenyum membuat Farid terpana.
"Aku kira kamu lupa, kalau mau kesini"
"Mana mungkin aku lupa, aku bahagia di sini Kak", jawab Alya memancarkan senyum cerianya.
"Thiiing thiiing, kawan-kawan waktunya sholat ashar" ucap Farid menggunakan alat, mengingatkan jadwal anak- anak menuju mushola.
Anak-anak pun berhamburan menuju masjid kecil panti, memang tidak semua ikut bergabung. Tapi itu sudah cukup membuat ramai. Ada sekitar 20 anak, yang masih sekolah SD, mereka antusias sholat Ashar berjamaah. Alya dan Farid pun beriringan berjalan menuju masjid kecil di sebarang asrama. Dan tanpa disadari, ada sepasang mata mengintai mereka. Siapa lagi kalau bukan Sinta.
"Sial... perempuan sok alim itu datang lagi. Harus gue kasih pelajaran".
***
Mushola panti.
"Hari ini imamnya siapa ya?" tanya Farid lembut ke anak-anak.
"Iwan, Hasan", jawab anak-anak bersamaan saling berebut nama.
Farid memang mengajarkan anak-anak asuhnya untuk bergiliran menjadi imam saat sholat. Tujuanya melatih agar anak asuh mereka menjadi pemimpin yang baik ketika keluar panti.
Alya dibalik tirai shaf perempuan, mendengar Farid berlaku lembut dan hangat pada anak-anak tampak sangat takjub. "Alhamdulillah masih ada laki-laki sebaik dan sesholeh Kak Farid di dunia ini".
"Saya aja Kak" seru Iwan mengacungkan tangan. Iwan anak SMP kelas dua. Seorang yatim piatu mantan pengamen yang dijual pamanya.
Lalu sholat ashar berjamaah itu diimami Iwan. Selesai sholat dan dzikir mereka mulai mengaji.
"Anak-anak, Kak Farid mau tanya"
"Iya Kak" jawab anak-anak serempak.
"Sudah tahu belum kalau Us Zahra baru saja melahirkan?"
"Sudah Kak" jawab anak-anak panti kompak.
"Kalian sudah berapa hari nggak ngaji?"
"2 minguu" jawab anak-anak kompak.
"Kangen ngaji nggak? "
"Kangen".
"Perkenalkan, ini Us Alya yang akan menemani kalian ngaji sejak hari ini"
"Horeee..." jawab anak-anak riang.
Lalu Alya mengenalkan diri dan memulai ngajinya dengan memberikan cerita-cerita nabi, sebagai awal perkenalan dengan anak-anak. Farid memperhatikan Alya yang tengah bercerita dengan seksama. Hatinya berbunga ketika melihat Alya. Seperti menemukan sesuatu yang dia cari selama ini.
******
Kaak Mohon mAaf meski latar cerita ini perempuan berhijab, dan settingnya di sebuah Yayasan Panti, tapi cerita author genrenya genre cintamanis bukan religi ya... Maaf kalau ada banyak ketidak sesuaian nanti di belakang.
Author bawa karakter Alya hanya karena ingin nulis sesuai karakter keseharian yang author temui. Tidak bermaksud mengusung ilmu religi.
Jika di belakang banyak episode karakter Alya yang tidak sempurna mohon dimaafkan. Itulah realita yg author sering temui dan author masukin ke konflik di sini. Untuk hiburan.....
Maaf sebelumnya.
Semoga betah baca sampai tamat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 285 Episodes
Comments
meris dawati Sihombing
Iyalah thor, jgn bw2 agama ceritanya nti bs lain pikiran readers
2025-01-31
0
Hani P Hani
penasaran jodonya alya siapa nya
2023-01-22
0
herdaize
Babang Farid ....hmmm... pergerakan pdkt dimulai... hati2ya ada si cabe cengak 😀😀#sinta
2022-03-16
0