Setelah dua tahun Ardi meninggalkan rumah. Ini malam pertama Ardi hendak makan malam di rumah. Para ART menyiapkan malam sangat hati-hati. Bahkan masakanya dicicipi berkali-kali. Pak Yang adalah seorang koki, dia khusus dipekerjakan oleh Tuan Aryo di rumah. Pak Yang sampai berkeringat dingin menyiapkan makananya. Padahal dia sudah sangat berpengalaman mengingat usianya sudah 54 Tahun.
Bu Rita sudah memberikan catatan masakan kesukaan dan makanan yang dihindari Ardi. Ardi tidak suka pedas, tidak suka manis. Tidak suka daun bawang dan juga seledri. Hanya beberapa sayuran yang bisa Ardi makan.
Ardi cenderung suka makanan western, itu semua karena omanya Ardi sangat memanjakanya ketika Ardi kecil. Omanya Ardi memang asli Belanda tapi menikah dengan orang Jawa. Tidak heran Ardi berbeda sifat dengan Bu Rita.
"Semoga Den Ardi suka dan tidak protes" Pak Yang berkata kepada Mia dan Bu Siti.
"Aamiin, Pak" Mia meng_aamiinkan.
"Iya, Bu Rita berpesan kita disuruh hati-hati pokoknya harus membuat Den Ardi betah di rumah" tambah Bu Siti.
Makan malam siap di meja makan.
"Sudah jam 8 malam, kok Tuan Aryo dan Nyonya Rita belum turun ya?" tanya Bu Siti was-was masakan Pak Yang tidak jadi dimakan.
"Apa kita panggil ya Bu?" tanya Ida memberikan ide memberitahu makan malam sudah siap.
"Ya sudah, Mia ke kamar Den Ardi, Ida ke kamar nyonya, sana panggil!" perintah Bu Siti sambil membagi tugas.
"Nggak mau, aku takut sama Den Ardi, sana Bu Siti aja" tolak Mia menghindari kesalahan saat bertemu dengan Tuan Mudanya.
"Aku juga takut ganggu, kalau ke kamar Nyonya" jawab Ida sama-sama menolak tugas dari Bu Siti.
"Kenapa?" tanya Bu Siti heran kenapa kedua rekanya menolak. Padahal biasanya mondar mandir membersihkan kamar majikanya.
"Ih Bu Siti suka amnesia" jawab Mia nyeplos
"Seperti biasanya kalau Tuan habis dinas luar setelah sampai rumah kan bisa seharian di kamar, lihat saja nanti pasti leher nyonya banyak ungu-ungunya" jawab Ida yang langsung dimengerti oleh Bu Siti.
"Ya ya" jawab Bu Siti.
"Ya sudah Ida ke Den Ardi dan Mia ke Nyonya" Bu Siti kembali membagi tugas memberikan solusi.
"Nggak" jawab Ida dan Mia bersama.
Mereka kembali bertengkar di dapur hanya karena berebut membangunkan tuanya makan malam. Pak Yang di samping mereka hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Padahal di meja makan tuan dan nyonya mereka sudah turun.
"Ehm" Pak Yang berdehem mengingatkan ketiga rekannya untuk diam tapi mereka bertiga seperti anak kecil tetap bertengkar. Lalu Pak Yang memilih pergi.
"Kalian berisik sekali!" ucap seseorang di belakang mereka. Seketika Ida, Mia dan Bu Siti terdiam. Rupanya Sang Tuan Muda berdiri di belakangnya.
Bibir mereka bertiga tercekat. Tubuh mereka mematung, kening mereka berkeringat. Rasanya seperti di hadapan mereka ada seekor singa yang siap menerjang. Ya, seseram itu Tuan Muda Ganteng bagi mereka. Padahal sebenernya tidak, Tuan Mudanya sangat ganteng dan jika sudah kenal dia sangat cerewet dan kekanak-kanakan.
"Saya cari korek" ucap Tuan Muda Ganteng rasa singa datar.
Bu Siti segera beranjak ke lemari dapur mencarikan Tuan Mudanya korek. Sementara Ida dan Mia masih mematung di tempat yang tadi.
"Ini Den koreknya" Bu Siti menyerahkan korek sambil membungkuk. Lalu Tuan Mudanya segera berlalu dari dapur.
"Huuft haah" ketiga perempuan itu menarik nafas lega mengusap dada.
"Aku kira dia akan marah-marah, ternyata cuma ambil korek" celetuk Ida.
"Sudah-sudah, kita tunggu mereka selesai makan, jangan berisik lagi" ucap Bu Siti menenangkan.
****
"Nak" panggil Bu Rita.
"Yes Mom" jawab Ardi.
"Apa rencanamu besok?" tanya Bu Rita pelan.
Ardi diam tidak menjawab.
Meskipun Bu Rita ibu kandung Ardi, didiamkan anaknya membuat dirinya sakit dan takut untuk melanjutkan pertanyaanya lagi. Ibu Rita langsung berubah ekspresinya membuat Tuan Aryo sedih.
"Ardi jawab pertanyaan ibumu!" perintah Tuan Aryo mendapati bidadarinya diam kelu hendak menangis karena dicueki anaknya.
"Ardi tidak ingin mendengar Papa Mama menyuruh Ardi ke kantor ataupun ke panti" jawab Ardi datar seakan tau apa yang ada dipikiran orang tuanya.
Tuan Aryo dan Bu Rita yang memang hendak membahas itu terdiam. Mereka tidak ingin melanjutkan perdebatan mengingat anaknya belum genap satu hari di rumah.
"Baiklah Sayang" ucap Bu Rita sangat hati-hati.
"Kalau kamu belum siap ke kantor, Papa Mama tidak memaksa. Yang penting kamu tetap di sini di rumah ini bersama Mama dan Papa, Mama yakin kamu sayang Papa dan Mama kaan?" tutur Bu Rita tulus dari hati.
Mendengar perkataan ibunya, Ardi merasa tidak enak. Ada rasa bersalah yang tidak bisa dia jelaskan, dia sadar sudah menyakiti hati orang tuanya. Sebagai anak dia juga ingin, setidaknya sekali membuat orang tuanya bangga. Tapi dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Bagi Ardi kantor dan perusahaan seperti hutan rimba, banyak persaingan, banyak penjilat dan pekerjaan yang selalu ditarget dengan uang. Kalaupun panti, Ardi tidak ingin mengingat masalalunya. Setelah menyelesaikan makan malamnya Ardi langsung bangkit dan pergi tanpa pamit.
Tuan Aryo langsung meraih hp. Menghubungi orang kepercayaanya untuk mengawasi calon pewarisnya hendak kemana dia. Ya meskipun Ardi sudah dewasa dan matang, tapi dia dijaga Tuan Aryo dengan sangat ketat. Tuan Aryo menyewa pengawal yang selalu mengawasi Ardi.
Itulah salah satu alasan yang membuat Ardi terkadang ingin berontak. Sebenarnya yang Ardi inginkan hanya ingin menjadi pria seperti yang lainya bebas menentukan apa yang dia suka. Ardi juga ingin menjadi dirinya sendiri.
*****
Malam itu Ardi melajukan mobil sportnya menuju ke sebuah klub malam elit di Jakarta. Sebelumnya kawanya sudah memesankan ruangan khusus untuk Ardi dan kedua temanya lebih privasi. Meskipun mereka ke klub mereka tidak suka berdansa ataupun kegiatan yang lain. Mereka bertiga pria baik- baik yang jarang meminum Alkohol kecuali keadaan memaksa. Mereka hanya menyukai tempat itu saja.
Tidak lama Ardi sampai di klub itu. Dia langsung menuju tempat Ardi biasa nongkrong bersama teman kecilnya.
"Hai Bro" sapa Ardi melambaikan tangan ke kedua temanya yang sudah menunggu.
Lalu mereka berpelukan melepas kangen.
"Syukurlah Lo masih punya hati untuk pulang" ucap Gery menepuk bahu sahabatnya.
"Waaah kurang ajar, emang lo pikir Ardi nggak mau pulang?" timpal sahabat yang lain yaitu Farid.
Sementara yang diomong Si Ardi diam aja. Lalu mereka bertiga terdiam.
"Gua kira, gua balik kalian udah nikah" celetuk Ardi setelah diam lama. Mendengar ucapan Ardi mereka bertiga tertawa bersama.
"Emang lo pulang buat nikah?" tanya Gery.
"Ya gua pasti nikahlah" jawab Ardi percaya diri padahal punya pacar saja tidak.
"Serius Bro? Udah ada calonnya?" tanya Farid.
"Gampang!" jawab Ardi ngambang.
"Gue juga targetin tahun ini nikah" sahut dr. Gery tidak kalah percaya diri.
Ardi dan Farid menatap heran ke Gery.
"Lo beneran mau akhiri petualangan Lo? Siapa perempuan yang berhasil nyadarin Lo buat nikah?" tanya Farid.
"Adalah nanti gua kenalin, gue yakin kali ini gua bener, dia pantes buat dijadikan emak dari anak-anak gua" jawab Gery mantap.
Ardi dan Farid menatap sahabatnya benar-benar tidak percaya. Sahabatnya yang dulu playboy dan sangat menyukai hubungan tanpa status. Sekarang lantang menyatakan ingin menikahi seseorang.
"Ceritain dong perempuan kaya apa yang bisa nakhlukin pujangga cinta kaya Lo!" pinta Ardi penasaran.
Dokter Gery terdiam sesaat membayangkan sesuatu lalu tersenyum.
"Gua yakin dari sikap dan perilakunya dia masih segelan, barang mahal, ya ibaratnya seperti berlianlah. Dan sudah gua pastiin tidak mengecewakan, gu**** kembarnya benar-benar ranum, membuatku semangat. Dia sangat seksi, cantik, pintar dan yang pasti menantang" cerita dr. Gery berapi-api membayangkan Alya saat di ruang ganti.
Kedua temanya hanya geleng-geleng kepala.
"Emang udah lo perawanin?" tanya Ardi lugas.
"Nggak lah, kali ini gua mau, dia gua halalin dulu!" jawab Gery percaya diri.
Mata Farid dan Ardi terbelalak mendengarnya. Sahabatnya benar-benar berubah.
"Model lagi?" tanya Farid yang tahu mantan Gery banyak berprofesi sebagai model.
"Bukan, dia dokter, dia berjilbab Bro" jawab Gery.
"What?" jawab Ardi dan Farid kaget, seorang Gery jatuh cinta dengan gadis berjilbab.
Mendengar gadis berjilbab sesaat Farid terdiam, terlintas di benaknya wajah Alya, tapi Farid yang tidak tahu kalau Alya seorang dokter, jadi dia tidak berfikir sama sekali kalau perempuan yang Dokter Gery ceritakan adalah Alya.
Dokter Gery juga lebih banyak menceritakan fisik hal itu membuat Farid dan Ardi berfikir kalau Gery benar-benar sudah berpacaran lebih jauh. Padahal kenyataanya ketemu saja baru berapa kali. Ketemu saja selalu bertengkar.
Sementara di mata Farid, Alya adalah sesosok gadis yang sangat menjaga diri. Bahkan saat duduk denganya dia selalu menjaga jarak. Saat ditatapnya Alya selalu membuang dan menjaga pandangan, tidak ada tatapan menantang sedikitpun, dia sangat lembut dan sopan. Saat datang ke panti dia juga selalu mengenakan gamis yang longgar. Mana mungkin ada yang bisa melihat keseksianya selain mahromnya.
"Ya gue kan bilang gue mantep nyari emak buat anak gue, bukan cuma buat kesenangan gue" jawab Gery melanjutkan.
"Ya kali lu nggak ngaca, emang mau tu cwe sama lu, secara lo kan bekas orang" jawab Ardi yang tahu kalau Gery semasa muda seorang play boy yang gaya pacaranya cenderung bebas.
Mendapat pertanyaan Ardi, yang memang kenyataanya Dokter Gery belum ada ikatan apapun bahkan menyatakan cinta saja belum, langsung menciut nyalinya.
"Gua buat dia mau lah" jawab Dokter Gery ragu. "Eh lu napa diam, senyum- senyum sendiri gitu?" Gery mengalihkan pandangan ke Farid.
"Iya, lu kan yang paling tua, lo kapan nikah?" tanya Ardi melirik ke Farid
"Gue sih pengen secepatnya, lagi usaha buat mepetin dia" jawab Farid dingin.
Dokter Gery dan Ardi melotot.
"Hah? Siapa yang mau lo pepet?" tanya Gery heran seorang Farid yang paling alim dan pria baik-baik mau mepetin cewek.
Tebakan Gery dan Ardi, Farid akan menikah dengan perjodohan. Karena Farid sangatlah jarang berhubungan dengan perempuan. Farid melirik ke Ardi, membuat Ardi salah tingkah.
"Kenapa melihatku?" tanya Ardi merasa ditatap.
"Dia di rumah lo bareng nyokap lo. Waktu itu kan gua pernah crita" jawab Farid mencoba mengingatkan perempuan yang dibahas ditelp waktu itu.
Ardi yang tahu di rumah hanya ada ART langsung kaget menyemburkan jus lemon di mulutnya. "Byuuurr, maksud lo jatuh cinta sama Mia? Apa Ida?"
Dokter Gery dan Farid sendiri ikut kaget mendengar pertanyaan Ardi.
"Gila, kelamaan di panti selera lo terjun payung" ceplos dr. Gery salah paham juga. Karena di rumah Ardi perempuan muda memang hanya Ida dan Mia.
"Enak aja. Bukan, bukan mereka. Gadis yang diajak mamamu ke panti yang gua tanya ke Lo" jawab Farid mencoba mengingatkan lagi
Ardi menggeleng, karena di rumahnya tidak ada siapapun kecuali ART dan kedua orang tuanya. Seterusnya ketiga pria dewasa itu hanya cerita ngalor ngidul melepas kerinduan. Mereka memang pria-pria dewasa yang matang, sukses dan berwibawa di luar tapi ketika bergabung bersama teman mereka seperti anak-anak ABG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 285 Episodes
Comments
Ahwat Hijrah
wah" tambah seru nih
2024-08-15
0
Stevani febri
Aaaa.. ini di sebut cinta segi 4 atau gmn ya nanti,y 🤔
2022-05-26
0
Yeni Marlina
hadehhh knapa 3 laki2 suka SMA 1 wanita
2022-03-14
4