"Thung......thung....thung....." suara bedset monitor terdengar bersahut-sahutan. Alya membuka matanya perlahan. Dilihat sekelilingnya tirai-tirai hijau. Dia menyadari kalau ini bilik IGD rumah sakit.
"Hah, Alhamdulillah aku selamat, aku sudah di rumah sakit" batin Alya lega menyadari dirinya tertolong.
"Dheg" tiba-tiba Alya kaget. Alya melihat laki-laki menundukan kepalanya tertidur di sisi bednya.
"Siapa dia? Kenapa aku bisa disini?" Alya menelisik dan berfikir apa yang terjadi padanya. Alya menggarukan kepalanya mencoba mengingat apa yang terjadi.
*flasback.
"Alhamdulillah hampir sampai" Alya tersenyum memasuki gerbang rumah sakit mempercepat langkahnya melewati parkiran. Tapi tiba-tiba dia merasakan kepalanya berputar dan pandanganya berkunang-kunang.
Alya meraih kap mobil pajero sport putih yang terparkir di depanya. Alya menyandarkan tubuhnya. Memejamkan mata menahan kepalanya yang terasa berputar. Lalu dia mencoba membuka matanya kembali.
Gelap hitam, tak ada cahaya lagi yang bisa Alya tangkap. Padahal sebelumnya Alya melihat jelas papan nama IGD dan lampu rumah sakit sangat terang. Dan setelah itu Alya tidak merasakan apa-apa.
"Ya Tuhan. Teryata aku pingsan" Alya berusaha menyandarkan bahunya untuk duduk.
"Dan laki-laki ini yang menolongku, duh kasian sekali dia seperti kelelahan" gumam Alya kembali menelisik laki-laki yang tertidur di sampingnya.
"Jam tanganya aku seperti tidak asing, rambutnya juga?" Alya mengingat ingat dimana dia melihat jam tangan itu. "Hah, ups!" Alya menutup mulut kaget saat laki-laki itu terbangun dan menatapnya.
"Dokter Cabul?" mata Alya terbelalak malu menatap wajah pria itu.
"Sudah sadar rupanya, Dokter Montok" jawab dr. Gery asal melihat ke Alya.
"Apa?" jawab Alya sedikit gusar mendengar sapaan dokter Gery.
"Mesum sekali mulutmu?" jawab Alya lalu mengingat kejadian kemarin.
"Ahhh malunya, kenapa sekarang ketemu lagi di situasi begini? Apa dia yang menolongku?" Gumam Alya melirik laki-laki di depanya.
"Kenapa? Aku ngga mesum. Aku sudah melihat ratusan pasien, dan memang punyamu sedikit lebih berisi" goda dr. Gery memperagakan ukuran dada Alya.
"Ish menyebalkan" Alya memalingkan pandangan ke samping menahan malunya.
"Kamu nggak terima kasih? Aku sudah menolongmu" ucap dr. Gery menatap sinis ke Alya.
"Terima kasih sudah menolongku" ucap Alya enggan tapi terpaksa.
"Terima kasih saja?" tanya dr. Gery merasa tidak puas dengan ucapan terima kasihnya Alya.
"Terus mau kamu apa? Dokter mesum!" jawab Alya berdecak kesal.
"Kamu ini Dokter bukan sih? Kenapa bisa seceroboh ini?" dr. Gery mengalihkan pembicaraan mengetahui keadaan Alya.
"Maksud Dokter?" tanya Alya polos.
"Kamu keracunan makanan, memprihatinkan sekali" ejek dr. Gery.
"Aku makan dengan baik kok" jawab Alya membela diri. Tapi setelahnya Alya juga berfikir tentang apa yang disampaikan Dokter Gery.
Alya terdiam dan mengingat makanan yang dia makan. "Aku ingat betul, pagi aku sarapan buah dan telur rebus ini makanan yang biasa aku makan. Makan siang di kantin rumah sakit, menu sama dengan Dinda. Terakhir pizza dari Mba Sinta"
"Dheegg" Alya teringat sesuatu.
"Apa mba Sinta naruh pencahar ke aku? Apa itu makanan kadaluarsa? Tapi pizza nya masih baru dan hangat" Alya bertanya sendiri dalam hati.
"Woy" panggil dr. Gery menghentikan lamunan Alya.
"Eh iya Dok" Alya menoleh ke dr. Gery kaget.
"Sebentar lagi kamu dipindahkan ke ruang rawat" ucap Gery memberi tahu.
"Iyah terima kasih" jawab Alya menggangguk tidak begitu menghiraukan.
"Aku pesankan di ruang VIP"
"Iya makasih" jawab Alya datar lagi, membuat Gery berdecak.
"Makasih terus, nggak gratis ya!" ucap Dokter Gery kesal
"Hah?" tanya Alya kaget memicingkan matanya.
"Iyalah. Seharusnya sekarang gue udah bermimpi indah di kasur, tapi gara-gara kamu pingsan di mobilku, jadi begadang begini"
"Iya maaf" jawab Alya lemah.
"Kamu tinggal dimana?" tanya Gery ingin melakukan sesuatu.
"Rahasia" jawab Alya ketus.
"Hrrggh. Aku mau membantumu menghubungi keluargamu, biar ada yang jagain kamu" tutur dr. Gery kesal karena pertanyaanya tidak dijawab.
"Nggak usah aku sendiri saja" jawab Alya cuek, karena dirinya memang tidak punya keluarga di Jakarta.
"Selain bodoh kamu keras kepala juga ya? Kelebihanmu cuma jadi Dokter Montok!"
"Ciiiiit" Alya mencubit tangan dr. Gery keras.
"Dijaga ya mulutnya, jangan panggil aku begitu, sopan sedikit, ini tempat umum"
"Aku tau, perawat di sini juga kenal aku" jawab Dokter Gery cuek.
"Terus? Kamu seenaknya? Nggak tau malu!" jawab Alya mencibir.
"Oke oke. Gue nanya serius. Gue mau pulang, sebaiknya Lo kabarin, keluarga Lo" ucap dr. Gery mulai dengan bahasa lo gue nya.
"Aku udah bilang aku sendirian aja. Aku baik-baik aja. Besok aku juga tetep berangkat jaga. Terima kasih bantuanya. Aku akan bayar" jawab Alya gengsi, padahal uangnya tinggal pas buat makan.
"Sombong sekali kamu. Aku nggak mau dibayar pakai uang!"
"Terus?"
"Besok aku pikirkan!"
"Dasar dokter tidak berperikemanusiaan"
"Maksud kamu apa?"
"Aku kan sakit beneran dan pingsan, menolongku seharusya kan kewajibanmu, kenapa minta dibayar"
"Khusus buat kamu ada pengecualian" jawab. dr. Gery tersenyum menyeringai.
"Apa-apaan?" Lirik Alya sebel ke Gery.
"Kenapa aku jadi berhutang budi sih sama dokter sialan ini, Tuhan kenapa magangku kali ini terasa sangat menyebalkan!" Alya menggerutu dalam hati.
"Kenapa manyun gitu?" tanya Gery menggoda Alya sambil menoel pipi.
"Isshhh, apa siiih" Alya menepis tangan Gery.
"Maaf Dok mengganggu" sela salah satu perawat yang dari tadi kikuk melihat dua rekan kerjanya beradu mulut.
"Eh iya Sus" jawab Alya dan Gery berbarengan menoleh ke suster.
"Kamarnya sudah siap, Dokter Alya bisa dipindahkan sekarang" Perawat menjelaskan
Gery dan Alya pun menjawab berbarengan.
"Ya Sus!" jawab dokter Gery.
"Gak Sus, saya pulang aja" jawab Alya tidak mau membayangkan tagihan rumah sakit yang banyak.
Lalu Dokter Gery dan perawat menoleh ke Alya dan menatap heran. Perawat jadi bingung harus bagaimana?
"Heh! Maksud Lo pulang apa?" tanya dr. Gery sewot.
"Ya aku nggak mau mondok. Aku nggak apa-apa kok, aku pulang aja!"
"Kamu benar-benar keras kepala ya!" bentak Gery lagi.
"Jangan lupa ya, di sini saya juga dokter. Saya tau apa yang baik untuk saya!" jawab Alya ngotot tidak mau dirawat.
"Ya, tau yang terbaik sampai tergeletak di kap mobil orang! Merepotkan" jawab Gery menyindir.
"Bener-bener ngeselin ya. Gimana sih cara jelasinya? Harusnya kamu lebih paham dong. Saya itu dehidrasi, diare aja. Saya butuh cairan aja!" jawab Alya merasa pendapatnya benar kalau dia lebih baik di rumah saja.
Dan pertengkaran mereka pun didengar oleh penghuni ruang IGD. Perawat, dokter jaga, rekan magang Alya, beberapa partner dokter Gery operasi satu jam lalu dan beberapa pasien.
"Hhhsshh" Gery mengacak acak rambutnya, gemas bertengkar dengan junior cantik di depanya itu.
"Kenapa sewot gitu?" tanya Alya tanpa merasa bersalah.
"Ya udahlah terserah Lo. Asal jangan sampai pingsan di kap mobil gue lagi!" jawab Gery putus asa.
"Nggak akan!" jawab Alya ketus.
"Oke bayaran kamu ke aku. Aku harus antar kamu ke rumahmu".
"Gak!" jawab Alya tegas.
"Kenapa? Gue berniat baik? Wah bener-bener ya Lo!"
"Aku dijemput sama pacarku!" jawab Alya berbohong. Lalu Gery melihat Alya dengan seksama ragu dengan kebenaran kata-kata Alya.
"Ya udah gue antar lo smpai pacar lo datang, biar bayaran gue minta ke pacar lo" jawab Gery cerdas, sebenarnya Gery hanya ingin memastikan Alya baik-baik saja sampai ada yang menjemputnya.
"Haiisshh dokter cabul ini benar-benar menyebalkan" guman Alya menggigit bibir sambil melirik Gery.
Gery tersenyum senang menaikan satu alisnya ke atas. "Alya kan nggak punya pacar dan nggak ada yang jemput, ke rumah sakit aja jalan kaki!"
"Ya sudah aku nginep aja di sini. Tapi dokter Gery harus pulang! Saya sendiri aja" jawab Alya menyerah tapi dengan persyaratan
"Gitu dong, nurut"
Gery pun mengiyakan, meninggalkan Alya dan datang ke Nurse Station untuk pamitan pulang.
"Titip ya Sus! Bawel orangnya" canda dr. Gery ke perawat jaga.
"Pacar yaa Dok?" tanya Perawat meledek.
Gery yang memang orangnya suka iseng dan cengegesan menjawab dengan acungan jempol. Menurut Gery itu hal yang biasa aja dan bahan bercanda. Berbeda dengan perawat yang menganggap itu berita besar dan seketika ruangan langsung heboh.
"Aku patah hati" celetuk Ratna.
"Nggak ngira yaa, Dokter Gery dapetnya yang berjilbab gitu" jawab Sisil.
"Ya se playboy playboynya orang tetep pengen dapet istri solekhah" Agus menimpali.
"Aku nggak nyangka Alya tuh pacarnya dr. Gery, tapi kapan mereka jadian dan ketemu?" tanya dr. Ana yang seperjuangan dengan Alya.
"Iya ya Dok. Kan katanya Dokter Alya dari Jogja yak?" tanya Dokter Dinar yang merupakan dokter jaga senior.
"Aah entahlah, pantas saja dokter Alya ambil ke rumah sakit ini magangnya" tebak dr. Ana menghubung-hubungkan.
Setelah berkasak-kusuk, perawatbmemindahkan Dokter Alya ke Ruang VIP. Malam itu perawat dan rekan dokter memperlakukan Alya dengan sangat baik karena mengira Alya pacar Dokter Gery. Gosip Alya merupakan pacar Dokter Gery yang notabenya dokter idola para pegawai langsung menyebar ke seantero rumah sakit. Termasuk ke salah satu telinga dokter perempuan yang menyukai Dokter Gery.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 285 Episodes
Comments
Stevani febri
ngk ganti baju dulu Alya, kan dari rmh udh pake baju yg terbuka transparan mungkin yg di pake,y
aku rasa ngk mungkin dech.. secepat itu ganti,y blm lagi perut mules dan bolak balik WC
hmm 🤔🤔
2022-05-25
0
Teruterubuzu
konfliknya mulai muncul nih.. hanya karena pernyataan gery, magang alya bakal banyak rintangan nih.
2022-05-12
0
Fitriyani Aulina Yunarya
sedih sekali hidupmu Al, dipanti dapet musuh, di RS juga sama ada yg galaknya . 1 lagi dimana itu . .
2022-03-28
1