Bu Salma dan Pak Anton kembali membawa pesenan Farid dan menyerahkan uang kembalian. Bu Salma memilih setelan piyama panjang dengan jilbab instan warna kuning agar Alya nyaman.
Farid dan pengurus laki-laki yang lain keluar dari kamar Alya. Bu Salma dan Sinta membantu mengganti pakaian Alya. Dengan Telaten Bu Salma mengolesi minyak angin ke seluruh tubuh Alya.
"Ibu ibu" Alya mengigau lagi.
"Us Alya" panggil Bu Salma membangunkan Alya.
Alya membuka matanya perlahan, wajahnya masih penuh ketakutan. Dia menoleh ke arah Sinta. Alya menangkap tatapan Sinta, mencari pembenaran apa yang dia pikirkan selama terkurung di kamar mandi. Tapi Sinta tampak terseyum ramah ke arah Alya.
"Us Alya, kamu baik-baik saja kan?" tanya Sinta memasang muka ramah.
Alya bangun dan menyandarkan badanya ke bantal. "Baik Kak" jawab Alya lemah menahan rasa pusing.
"Apa yang terjadi Us, Non Sinta nemuin Us Alya di kamar mandi?" tanya Bu Salma lembut.
"Nggak tahu Bu, mungkin pintunya rusak" jawab Alya menyembunyikan kecurigaanya kalau dia dikerjai orang.
"Iya, tadi sepertinya rusak, pas saya mau buka susah" jawab Sinta membenarkan. Berharap tidak ada yang curiga dan membahas penyebab Alya terkurung.
"Kak Sinta yang nemuin aku?" tanya Alya mencari puing-puing puzzle nya.
"Iya" Sinta mengangguk senyum mengharapkan terima kasih dan pujian.
"Terima kasih Kak" jawab Alya spontan.
"Thok thok! Bu sudah selesai?" tanya Farid dari luar.
"Sudah Pak Farid, Us Alya juga sudah bangun" jawab Bu Salma. Farid masuk melebarkan senyum hangat ke Alya. Menatap Alya dengan tatapan khawatir.
"Apa sudah baikan?" tanya Farid ke Alya.
"Aku baik-baik saja," jawab Alya tersenyum.
"Baik-baik apanya, badanmu panas, bahkan kamu menggigil dan mengigau!" jawab Farid perhatian.
"Benarkah?" tanya Alya malu. "Sungguh aku merasa, aku baik-baik saja Kak" jawab Alya sambil menyibakan selimut hendak bangun.
Belum sempat bangun, Alya merasakan pusing di kepalanya. "Ya Alloh kenapa aku pusing lagi?" gumam Alya merasa dirinya tidak sesehat tadi pagi.
"Jangan bawel, istirahatlah, sebentar lagi dokter akan datang" jawab Farid menoleh ke Sinta
"Kamu sudah telp dokter kan Sin?" tanya Farid memastikan ke Sinta.
"Sudah Kak" jawab Sinta mengangguk.
"Sial! Kenapa Farid malah perhatian gini sih ke Alya, lagian lebay banget sih, gue kan nggak apa-apain dia. gua cuma kurung dia di kamar mandi itu juga nggak lama, dasar lebay, dia kan baik-baik saja!"
"Kak Farid, aku baik-baik saja sungguh" jawab Alya menimpali.
Alya mengingat kalau obat post rawat inap dari rumah sakit masih banyak. Apalagi kalau mau ada dokter lagi. Obatnya akan menumpuk. Dia juga mengingat kalau sudah melewatkan jam minum obat siang. "Pantas saja aku ringkih dan pusing begini" gumam Alya dalam hati.
"Badanmu panas Alya, aku nggak mau kena hukuman Tante Rita kalau terjadi apa-apa denganmu" jawab Farid.
Mendengar perkataan Farid Alya meletakan tangan di bahunya sendiri. "Ah iya, ternyata aku demam, kenapa bisa begini yaa?" gumam Alya dalam hati. Lalu Alya menyadari kalau dirinya belum pulih betul malah sudah banyak aktivitas.
"Mungkin Us Alya masuk Angin, tidur di lantai basah begitu" imbuh Bu Salma.
"Apa yang terjadi? Kenapa kamu sampai pingsan di kamar mandi?" tanya Farid penasaran.
Belum sempat Alya menjawab dari luar datanglah Dokter Rani. Dokter Rani pun memeriksa keadaan Alya. Lalu Menjelaskan keadanya dan memberikan resep obat ke Farid.
"Kamu dengar kan Alya? Kamu harus istirahat" imbuh Farid menjelaskan.
Dokter Rani berpamitan keluar, diikuti Sinta dan yang lain, kini di kamar tinggal Farid dan Alya.
"Aku antar kamu pulang ya!" tawar Farid.
Alya diam, bingung mau jawab apa? Akan menunjukan pulang kemana? Di apartemen sendirian dengan kondisi sakit, itu tidak memungkinkan.
"Aku tidur di sini aja Kak" jawab Alya memilih di panti. Tiba-tiba dari luar nampak Vivi dan 5 orang temanya yang tidur di kamar sebelah kamar Alya. Mereka masuk dengan wajah menunduk.
"Haai kenapa kalian datang dengan wajah menunduk begitu?" sapa Alya ke anak-anak panti tersenyum ramah.
"Hik hiks hikss.... " Vivi terisak lalu memeluk Alya yang sedang duduk di kasur asrama.
Alya membalas pelukan dan menepuk pelan bahu gadis mungil yatim piatu itu. "Kak Alya baik-baik saja sayang, kamu tidak perlu menangis" ucap Alya menghibur.
"Hiks. Aku menyesal sudah membenci Kak Alya" jawab Vivi polos.
"Oh iya? Apa kamu membenciku? Kenapa?" tanya Alya melepas kan pelukan menoleh ke Vivi dengan tatapan manja.
"Aku benci Kak Alya, karena aku kira Kak Alya meninggalkan kita, aku kan mau menunjukan cuci tanganku, aku juga ingin jadi dokter hebat" jawab Vivi panjang dengan polosnya.
Alyapun tersenyum dan memeluk kembali Vivi. "Kak Alya akan melihatnya, sekarang tunjukan ya!"
Vivi menunjukan kemampuanya mencuci tangan sesuai langkah yang Alya ajarkan. Anak-anak yang lain tersenyum mendekat ke Alya. Lalu menanyakan keadaan Alya, mereka menyesal karena tidak langsung mencari Alya padahal kepergian Alya tidak kembali terasa janggal dan aneh. Tidak lama terdengar suara adzan maghrib.
"Hah sudah maghrib rupanya?" tanya Alya.
"Iya... "
"Astaghfirulloh berarti aku melewatkan sholat dzuhur dan ashar" gumam Alya dalam hati.
"Ya sudah anak-anak siap- siap. Kita jamaah maghrib yaa!" perintah Farid ke anak-anak. Anak-anak berpamitan keluar dari kamar Alya.
Farid mendekat dan duduk di hadapan Alya. Seketika jantung Alya berdegup kencang. Lalu Farid meraih kening Alya dengan punggung tanganya.
"Alhamdulillah sudah turun. Kamu sholat di kamar saja ya!" pinta Farid ke Alya agar Alya tidak banyak berjalan.
"Iya Kak" jawab Alya malu diperlakukan hangat oleh Farid.
"Boleh aku tanya?" tanya Farid.
"Sikahkan" jawab Alya Lembut.
"Kamu bukan anak kandung Tante Rita kan?" tanya Farid ingin mencari tahu siapa Alya sebenarnya.
Alya tersenyum. "Aku memang bukan anak Tante Rita".
"Kalau begitu, kamu asli orang mana?" tanya Farid, karena Farid mengira Alya pasti anak asuh Bu Rita seperti anak-anak panti.
"Jogja" jawab Alya singkat, tiba-tiba terdengar iqomah. Farid yang hendak bertanya lagi mengurungkan niatnya. Lalu keluar menuju masjid kecil di komplek asrama.
******
"Menurutlah, jangan membantah, kalau kamu tidur di sini, kamu susah istirahat! Anak-anak akan ramai" rayu Farid mengajak Alya pulang ke Bu Rita setelah selesai sholat.
"Saya tidak ingin buat Mama Rita khawatir Kak".
"Nggak apa-apa, Tante Rita merindukanmu, Om Aryo sedang ke Australi"
"Oh ya?" tanya Alya kaget tidak tahu kalau tantenya sedang kesepian.
"Iya. Om Aryo ada urusan bisnis sekalian menemui anaknya" jawab Farid mengarah ke Ardi.
Farid mengira Alya sudah mengenal Ardi karena Tante Rita menyebut Alya anaknya. Farid Tau Bu Rita dan Om Aryo sedang membujuk anaknya untuk pulang ke Indonesia dan menggantikan Om Aryo.
"Om Aryo sepertinya sangat sibuk, setiap hari pergi keluar negeri" Alya membalas perkataan Farid.
Farid tersenyum mendengar perkataan Alya.
"Aku tidak bisa membayangkan menjadi Mama Rita, pasti sangat menyebalkan suaminya pergi-pergi terus, kalau aku jadi Mama Rita pasti sudah merajuk setiap hari, meskipun banyak uangnya" Alya melanjutkan omonganya sambil memanyunkan bibir.
"Ya Tuhan kenapa gadis ini membuatku sangat gemas" Farid bergumam dalam hati ingin menyubit pipinya.
Tapi tanganya ia tahan melihat jilbab instan warna kuning membungkus kepala Alya, seakan kain itu menjadikan dinding pembatas dan tanda peringatan keras. Bahwa Farid cukup menikmati keindahan Alya dengan melihatnya saja.
"Ya sudah kalau tidak mau seperti Tante Rita jangan nikah sama CEO atau pengusaha" jawab Farid tersenyum menetralkan geloranya ingin menyentuh Alya.
"Iya. Aku selalu berdoa dapat suami siaga yang selalu menemaniku dan antar jemput aku kerja, hihihi" jawab Alya terkekeh.
"Aku dong!" jawab Farid spontan membuat Alya tersipu.
"Ishh, apa siih Kak Farid niii? "
"Ya siapa tahu ada malaikat lewat meng_aminkan" goda Farid lagi.
"Setuju ya? Aku antar ke Tante Rita?" tanya Farid mengalihkan pembicaraan karena dirinya sendiri pun malu.
"Baik Kak, aku siap- siap dulu." Alyapun setuju pulang ke Mama Rita setelah tau mama barunya itu sendirian.
"Siap! Aku tunggu di parkiran" Farid keluar menuju parkiran menunggu Alya siap-siap.
Setelah mencuci muka, memakai sepatu dan mengambil tas, Alya menuju ke parkiran. Farid dan Alyapun menuju ke Istana Aryo Gunawijaya.
"Kak" panggil Alya ke Farid di tengah perjalanan.
"Iya Al"
"Pleaase, jangan cerita ke Mama Rita ya kalau aku sakit. Sungguh aku baik-baik saja" pinta Alya.
Farid tidak menjawab hanya diam dan terus menyetir. Alya menoleh ke Farid dengan kesal karena merasa diacuhkan.
"Aku yang ceroboh karena tidak cek dulu pintu kamar mandi, aku sungguh baik-baik saja, aku hanya sedikit syok, khawatir dan kebetulan dua hari lalu aku baru sembuh" Alya menghentikan pembicaraanya tidak ingin Farid Tau kalau Alya baru selesai dirawat.
"Aku belum dengar ceritamu, apa yang terjadi sebenernya?" jawab Farid memotong.
Lalu Alya menceritakan detil kejadianya mulai dari kamar mandi mushola yang air nya mati sampai Alya terkurung di kamar mandi kantin.
"Aneh" jawab Farid tampak berfikir.
"Bangunan kantin baru selesai 1 bulan yang lalu. Apa anak-anak sangat aktif sampai secepat itu rusak? Sebelum dipasang, sudah dipastikan kontraktor memakai barang kualitas bagus" jawab Farid membuat Alya semakin yakin akan perkiraanya, tapi Alya sembunyikan sampai ada bukti.
"Apa aku ganti kontraktor ya? Padahal tante Rita sangat suka pekerjaan mereka" tanya Farid.
"Jangan Kak, belum tentu yang salah pintunya" jawab Alya.
"Apa mungkin ada yang menjailimu?" tanya Farid tiba-tiba.
"Ah Kak Farid niii, sukanya suudzon, emang kaya di sinetron dan novel, tega sekali. Aku percaya orang panti baik dan berhati mulia semua" jawab Alya menenangkan.
"Aku akan cari tahu sendiri, aku nggak mau gegabah menyimpulkan tanpa ada bukti, kalau ada yang menjailiku" gumam Alya dalam hati.
"Aku sudah telp Pak Agus tadi, untuk memperbaiki kran kamar mandi mushola dan cek kamar mandi kantin" jawab Farid membuat Alya tenang.
Mereka berdua kembali hening. Menikmati perjalanan malam menuju rumah Tuan Aryo. Farid pun berjanji tidak akan cerita dan akan mencari solusi agar tidak terjadi hal serupa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 285 Episodes
Comments
Teruterubuzu
penasaran dgn reaksi Ardi bila sudah ketemu alya juga konflik antara mereka berdua
2022-05-12
0
Teruterubuzu
lebay palak lu peang.. efek dari diare masih terasa lemah &;pusing tauuu
2022-05-12
0
Hartin Marlin ahmad
semoga alya ke temu dengan ardi gak ada ributnya
2022-03-09
2