"Non bangun" Bi Siti membangunkan Alya yang masih terlelap karena terlalu lelah setelah perjalanan.
"Eh iya Bu, maaf!"
"Ditunggu Tuan dan Nyonya di bawah Non" jawab Bi Siti.
"Tuan? Nyonya? Hah?" jawab Alya sambil mengucek mata mengumpulkan kesadaran
"Iya Nona" jawab Bi Siti lagi.
"Astaghfirulloh, aku kan lagi di istananya Tante Rita yaa? Hehe maaf Bu!" jawab Alya nyengir ke Bu Siti yg membuat Bu Siti juga tersenyum.
Alya bangkit mencuci muka dan memakai jilbab rumah untuk dikenakan ke bawah. Setelah rapi Alya turun ke ruang makan.
Di ruang makan sudah duduk Tuan Aryo dan Tante Rita. Alya menganggukan kepalanya tanda hormat ke Tuan Aryo. Lalu tersenyum memancarkan senyum tulus dan cantiknya. Senyum manis dari bibir mungil alami tanpa make up.
Tapi Tuan Aryo tetap dingin, berbeda dengan Bu Rita, yang membalas senyum Alya dengan hangat.
"Sepertinya Tuan Aryo adalah orang yang tegas berwibawa dan dingin. Sementara Bu Rita nyonya besar yang bersahaja ramah dan periang" Alya membuat kesimpulan sendiri terhadap kedua orang di hadapanya.
"Ayo sayang duduk sini, makan yuk! Perkenalkan ini suami tante, anggap dia seperti ayahmu ya!" Bu Rita memperkenalkan Tuan Aryo.
Tuan Aryo pun menatap Alya dengan senyum dingin, menandakan setuju tapi tidak banyak berkata.
"Iya kan Pah?" Bu Rita menegaskan kalau suaminya setuju menganggap Alya sebagai anak.
"Iya Mah" jawab Tuan Aryo mengangguk.
Alyapun menjawab "Iya Tante, Om"
Lalu mereka melanjutkan makanya. Alya melihat menu di meja makan sedikit heran, dia bingung hendak memilih yang mana.
"Perasaan yang makan hanya bertiga. Kenapa menunya sebanyak ini?" batin Alya sambil menggigit bibirnya.
Bu Rita tersenyum melihat wajah Alya tampak bingung dan gugup.
"Pilih yang kamu suka sayang. Anggap di rumah sendiri, makan yang kenyang ya!"
"Baik Tante" lalu Alya memilih mengambil nasi, ayam kecap dan beberapa sayuran yang hanya direbus.
Seperti kebiasaan Alya di rumah, selesai makan Alya membereskan piring dan mencucinya. Tapi belum dia bangkit dari duduk ART Bu Rita sudah di belakang Alya, membuat Alya canggung dan kikuk diperlakukan seperti itu.
"Biar saya Non. Nona istirahat saja" tutur ART Bu Rita.
"Oh gitu? Ya Bu" jawab Alya kaku.
Seumur- umur Alya tidak pernah punya pembantu. Meskipun dia dokter, selama kuliah dan co_*** dia selalu hidup di kos-kosan dan mandiri, kalaupun di rumah hanya bersama ibunya.
"Alya" panggil Bu Rita.
"Iya Tante"
"Tante dan Om ke kamar ya, mau istirahat. Kamu kalau mau keliling taman atau bersantai, nggak apa-apa, anggap rumah sendiri" pamit Bu Rita meninggalkan Alya.
"Iya Tante" jawab Alya.
Alya tersenyum dan melihat Tante Rita menggandeng lengan suaminya menuju lift.
"Tante Rita dan Om Aryo sudah tua tapi sangat romantis. Aku jadi ingin seperti mereka ya Alloh" Alya menghayal dalam hati sampai Tante Rita tidak terlihat lagi.
Hari itu hari pertama Alya di Jakarta. Alya bingung mau ngapain. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke dapur menyapa pembantu di rumah itu.
"Assalamu'alaikum Bu Siti" sapa Alya ke Bu Siti yang terlihat sedang istirahat dan nyemil bersama dua rekanya. Karena Alya hanya tau nama Bu Siti jadi hanya Bu Siti yang disapa.
"Waalaikumslam Nona" jawab ketiga pembantu itu kikuk, karena baru pertama anggota keluarga atasanya ikut gabung ke markas para ART.
"Boleh gabung nggak? Kenalin aku Alya" sapa Alya menjulurkan tangan ke kedua teman Bi Siti yang terlihat masih seumuran dengan Alya. Lalu kedua teman Bu Siti menjawab uluran tangan Alya.
"Mia"
"Ida"
Alya mengangguk senyum lalu mereka duduk berempat di ruangan dekat setrikaan menghadap ke halaman belakang yang banyak pohon sayur dan bunga. "Non Alya dari Jogja ya?" tanya Mia yang terlihat masih muda.
"Iya Mba" jawab Alya mengangguk, berusaha menghargai Mia dengan tidak memanggil bi.
"Waah pantes ramah banget, cantik sopan lagi, nggak kaya saudara tuan yang lain!" ceplos Mia.
"Hushh jaga omonganmu" timpal Ida.
"Kalau boleh tau, Non Alya apanya Nyonya Rita?" tanya Mia lagi.
"Apa Non calonya Den Ardi?" tebak Bi Siti asal.
"Iya kah?" jawab Mia dan Ida bebarengan.
Alyapun tersenyum sambil menggelengkan kepala.
"Kalian ngarang, aku nggak kenal sama tuanmu itu. Hehe aku di sini karena tugas negara. Lusa aku berangkat, udah nggak di sini lagi" jawab Alya menjelaskan dia hanya mampir ke rumah besar itu.
"Tugas negara?" tanya ketiga ART itu bebarengan.
"Iyah, syarat pendidikan profesiku, aku harus ngabdi di sini setahun" jawab Alya lagi.
"Ngabdi? Nona tentara? Tapi kok berjilbab dan tubuhnya nggak kekar?" ceplos Mia lagi.
Mendangar perkataan Mia, Alya tertawa.
"Bukan. Aku bukan tentara. Aku ngabdi di Rumah Sakit, belajar dan obatin orang sakit"
"Ooh Dokter???" jawab mereka barengan lagi.
Lalu mereka tertawa bersama seperti 4 sekawan bercengkerama. Alya memang ramah dan cepat beradaptasi dengan siapapun. Terutama dengan orang orang yang status sosialnya di bawahnya. Karena hati Alya sangat lembut dan penyayang. Apalagi Alya seorang yatim.
"Hebatnya ya Non Alya, udah bu dokter, manis, cantik, alim, nggak sombong lagi" puji Ida mengagumi wajah cantik Alya.
"Kenapa Nyonya Rita nggak jodohin Non dengan Den Ardi yak?" ceplos Mia gesrek.
"Iih kalian apaan siih? Tante Rita dan Om Aryo sudah kuanggap orang tuaku. Jadi mungkin tuanmu itu berarti seperti kakakku" jawab Alya menolak dijodoh-jodohkan.
"Kok mungkin dan seperti sih Non?" timpal bu Siti.
"Soalnya aku kan belum pernah ketemu, heee" jawab Alya sambil nyengir yang menampakan lesung pipit di pipi bulatnya yang terlihat manis.
"Berdoa jangan ketemu aja Non" jawab Mia.
"Kenapa?" tanya Alya penasaran.
"Karena kayak zombi, eh vampir, ganteng-ganteng tapi kaya es. Ups keceplosan" jawab Ida clingak clinguk takut ada majikannya. Lalu ketiga temanya tertawa bersama. "Hahaha".
"Kenapa kita malah ngobrolin tuanmu itu sih. Aku jadi penasaran!" ujar Alya setelah berhenti tertawa.
"Biar Non nanti yang menilai sendiri kalau Den Ardi pulang. Katanya bentar lagi pulang" jawab Bi Siti lagi.
"Kata siapa?" tanya Mia belum tahu info terbaru kalau majikanya mau pulang.
"Kata Nyonya" jawab Bi Siti dan dan Ida barengan.
"Sudah, sudah, tetap saja, aku besok pergi dari sini. Jadi aku nggak ketemu sama tuanmu yang kaya es vampir itu"
"Lhoh emang kapan Non pergi?" tanya Bu Siti.
"Besok paling, soalnya sebentar lagi aku udah aktif di rumah sakit"
"Yaah" jawab mereka bertiga kompak sambil memangku dagu.
"Kalian lucu sekali bisa kompak begitu?" Alya menjawab tersenyum.
"Saya ralat do'anya, saya doakan, Non ketemu Den Ardi, biar es itu mencair" celetuk Ida. Lalu mereka tertawa bersama dan bilang aamiin.
"Terserah kalianlah. Kalian lucu sekali, aku ke kamar yaa. Makasih camilanya Mbak" jawab Alya tersenyum dan bangkit meninggalkan teman barunya itu.
Alya menuju ke kamar. Di jalan dia berusaha mencari foto di dinding rumah. Berharap ada foto keluarga Bu Rita. Karena setelah obrolan tadi Alya jadi penasaran dengan sesosok Ardi yang katanya seperti vampir.
"Nggak ada foto keluarga, hmmm" Alya bergumam. "Tante Rita ramah banget, cantik lagi, bahkan sudah tua tetap terlihat anggun. Kenapa katanya anaknya kaya vampir yak? Hihihi tapi Om Aryo juga terlihat dingin. Mungkin meniru Om Aryo" Alya senyum-senyum sendiri sampai ke kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 285 Episodes
Comments
Stevani febri
jiwa kepo meronta 😂
kayak' vampir 🤔
2022-05-25
0
Teruterubuzu
sumpah.. ceritanya bagus, fresh, menarik..penasaran dengan alur cerita selanjutnya.. 😎
2022-05-12
0
Edy Nurmala
Bagus juga Kok
2022-03-15
1