My Psychopaths CEO
Bagian 20 : Menginap
By Ika SR
Mobil yang dikendarai Cleo dengan cepat menembus hujan yang mengalir dengan deras.
Sebuah dorongan kuat untuk segera menemui Lana datang begitu saja tanpa Cleo sadari dan inginkan.
Yang ada dipikiran Cleo saat ini hanyalah untuk segera berada di tempat Lana dan memastikan gadis itu baik-baik saja.
Tak butuh waktu lebih dari seperempat jam, Cleo berhasil sampai di depan tanjakan rumah Lana yang berbentuk tangga.
Dengan segera ia melepaskan sabuk pengaman, membuka pintu mobil dan berlari di tengah guyuran hujan.
Baju dan seluruh tubuhnya basah. Ia bahkan tak menghiraukan jahitan lukanya yang masih belum kering.
Seorang pria paruh baya yang mengenakan jas hujan hitam menyeringai tajam dari balik sebuah pohon besar yang ada di pinggir jalan. Ekor matanya mengamati setiap pergerakan Cleo.
Ia menggenggam sebuah kait besi di tangan kanannya.
***
“Huft ... hujan lagi,” keluh Lana. Ia sedang mengelap rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil. Gaun tidur pendek menempel dengan longgarnya di tubuhnya.
Ia baru saja duduk di sofa tatkala mendengar sebuah ketukan di pintu depan.
Lana menyampirkan handuknya di kepala, dengan langkah gontai membuka pintu.
Siapa yang bertamu malam-malam begini? Apalagi hujan sedang turun dengan derasnya di luar.
Awalnya Lana mengira itu adalah ulah Reno yang iseng. Alangkah terkejutnya ia begitu mendapati Cleo yang basah kuyup berdiri di hadapannya.
“Pak Cleo?” kata Lana. Ia masih tertegun, tak percaya bahwa Cleo lah yang mendatangi rumahnya sekarang.
Dengan susah payah, Lana berusaha untuk tetap menjaga matanya untuk tidak memelototi kemeja Cleo yang basah dan menampilkan tubuh seksi pria itu dengan lebih jelas.
Cleo menarik nafas lega, melihat Lana baik baik saja sudah menghilangkan seluruh beban yang rasanya hampir membuatnya kesulitan menarik nafas dengan leluasa.
Cleo menatap gadis di hadapannya yang terlihat kebingungan.
Tapi, Cleo juga tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kalau ia “mengkhawatirkan Lana.”
“Maaf? Pak. Ada apa ya?” tanya Lana dengan lembut.
Cleo menggelengkan kepalanya. “Aku hanya kebetulan lewat sini,” elak Cleo.
Lana semakin bingung, untuk apa pria sekelas Cleo mau singgah di rumahnya yang kumuh di tengah guyuran hujan yang lebat seperti ini?
“Oh.” Hanya kata itulah yang akhirnya keluar dari mulut Lana.
Air menetes melewati sela-sela rambut Cleo yang sepenuhnya basah. Melihat hal itu, dengan spontan Lana mengambil handuknya dan mengelap rambut Cleo dengan perlahan.
Cleo hanya terdiam, tertegun. Membiarkan Lana mengusap rambutnya. Perhatian yang Lana curahkan membuat Cleo luluh dengan sendirinya.
Rasanya hangat dan perasaan itu menyeruak ke dalam hati Cleo yang terdalam.
“Anda akan sakit jika basah kuyup seperti ini. Ada banyak hal yang harus Anda lakukan besok. Jangan sampai Anda sakit hanya karena ingin singgah di rumah kumuh saya.”
Cleo memandang Lana. Gadis itu tersenyum dengan manis.
Mereka saling beradu tatap.
“Pak, Anda menangis?” tanya Lana yang keheranan begitu melihat beberapa butir bening air jatuh dari kedua pelupuk mata Cleo.
Cleo memalingkan wajahnya, menghapus wajahnya yang basah. “Tidak! Ini air hujan.”
Lana mengangguk. Tapi, ia tahu Cleo sedang sedih, entah karena apa. Hanya saja pria itu tak mau menampakkannya di depan Lana. Peka dan paham apa yang harus ia lakukan.
Lana memeluk Cleo yang tingginya tak terpaut jauh darinya dan hal itu membuat Lana dengan mudahnya merengkuh Cleo dan mengijinkan pria itu menyandarkan kepalanya di bahunya.
“Tak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja.”
Cleo hanyut dalam perasaan yang menenggelamkan dirinya perlahan.
Ia melepaskan pelukan Lana. “Aku tidak sedang bersedih,” elaknya sambil berusaha menghindari tatapan mata Lana.
Lana tersenyum menggoda Cleo. “Anda yakin?”
Cleo mengangguk, masih memalingkan wajahnya.
“Coba tatap saya,” tantang Lana. Cleo menggeleng cepat.
Lana terkekeh. Cleo yang merasa tidak terima ditertawakan memandang Lana dengan jengkel. Lana yang melihatnya semakin merasa gemas.
Cleo, pria ini memiliki berbagai macam menarik yang anehnya membuat Lana merasa semakin terhibur.
Mulai dari sifat dingin dan ketusnya yang membuat Lana bertanya-tanya. Wajah tampannya yang membuat Lana terlena.
Sifat manjanya yang membuat Lana merasa dibutuhkan. Sifat melindunginya yang membuat Lana merasa semakin luluh dan terutama sifat malu-malu kucingnya yang membuat Lana tidak bisa berhenti tertawa.
“Mari, Pak. Masuk. Di luar dingin,” ajak Lana sambil menarik tangan Cleo.
Cleo menurut dan membiarkan Lana membimbingnya masuk. C
leo duduk di sebuah sofa, Lana langsung menyelimuti Cleo dengan sebuah selimut tebal dan membuatkannya secangkir teh hangat.
“Maaf, Pak. Saya hanya punya ini.”
Cleo mengangguk, mengambil teh yang disodorkan Lana dan meneguknya.
Membiarkan rasa hangat teh itu menjalari kerongkongannya bersama dengan rasa hangat dari perhatian yang dicurahkan Lana padanya.
“Baju Anda basah semua. Saya akan mencarikan baju yang sesuai untuk Anda.”
Tanpa menunggu jawaban dari Cleo, Lana segera bergegas menuju lemarinya. Mengacak baju yang baru saja ia lipat, mencoba menemukan pakaian yang sesuai untuk Cleo.
Setelah sekian lama, Lana hanya bisa menemukan sebuah celana jeans dan kaos putih polos. Dengan terpaksa dan malu, Lana membawanya ke Cleo.
Untungnya, Cleo mau menerimanya tanpa mencela terlebih dahulu seperti yang biasa pria itu lakukan.
“Anda bisa berganti pakaian di sebelah sana Pak,” ucap Lana sembari menunjuk kamar mandi.
Cleo menurut tanpa banyak bicara.
Ia beranjak ke kamar mandi, menutup pintu dan membuka semua pakaiannya. Begitu ia telanjang, barulah Cleo membuka pakaian yang disodorkan Lana padanya dan menemukan sebuah ****** ***** pink yang cantik di dalamnya.
Cleo memutar bola matanya, jengah. Belum genap 30 menit ia merasa luluh pada perhatian Lana. Sekarang, ia sudah dibuat jengkel lagi. Lebih dari sebelumnya.
Cleo membuka pintu kamar mandi, membiarkan kepalanya menengok keluar.
“Apa ini?” tanya Cleo sembari memegang celana berwarna pink itu di tangan kirinya.
Lana yang sedang duduk di atas sofa berusaha menahan malu, melihat Cleo mengibas-ngibaskan celana pink yang diberikannya.
“Maaf, Pak. Saya hanya punya itu.”
“Lalu, ini milikmu?”
“Ya, tapi itu masih baru. Saya belum pernah memakainya.”
“Celana pink ini? apa aku harus memakainya?” tanyanya dengan nada menyindir.
Lana mengangguk pelan. Bingung harus bagaimana karena ada sebuah pertimbangan yang ia pikirkan. Hanya saja ia bingung harus mengatakannya seperti apa.
“Maaf, Pak. Saya hanya punya itu. Bahan celana jeans yang saya berikan agak kasar. Saya takut “milik” Anda akan lecet kalau Anda tidak mengenakan ****** *****,” kata Lana dengan malu-malu.
Cleo mengernyitkan dahinya, lalu menutup pintu kamar mandi kembali tanpa berkata-kata.
Ia memandang celana pink itu. Ia menahan tawanya. Bagaimanapun ini celana wanita, bagaimana mungkin ia menggunakannya.
Cleo meraih celana jeans itu. Benar yang dikatakan Lana, bahan celana ini kasar dan mungkin akan membuat “milik” nya terluka.
Cleo tersenyum. Ia mencoba menggenakan celana itu dan untungnya pas. Yah, meskipun agak ketat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
FeBry Rsher
hhhhh pink
2021-12-01
0
FeBry Rsher
hhhhh pink
2021-12-01
0
@. mm03
kak author...aku padamu😊✌️ ketawa ngakak 🤣🤣🤣🤣benaran ketawa ngakak sambil ngehalu lihat Cleo pake ******* warna pink 😆😆😆
2021-11-27
0