Gavin menatap miris melihat rumah sederhana yang di tinggali oleh Linnie. Gadis ini benar-benar hebat, menjadi tulang punggung untuk diri nya sediri. Jejeran potret yang bergantung rapi di dinding, membuat lelaki itu seperti merasakan penting nya sebuah kehangatan keluarga.
Tampak senyum seorang gadis cantik yang sedang di peluk oleh ke dua orang tua nya. Ya, itu adalah Linnie ketika masih berusia sepuluh tahun yang lalu. Gavin tersenyum tipis, ternyata Linnie memang sudah cantik sejak masih bayi.
"Apa yang kau lihat?" tanya Linnie.
"Ternyata kau lucu juga saat masih bayi." jawab Gavin kemudian duduk di sofa yang sederhana itu.
"Jangan duduk di situ...!" ujar Linnie.
"Kenapa?" tanya Gavin bingung.
"Sofa itu kotor dan jelek, nanti kau akan gatal-gatal."
"Jangan seperti itu, aku bukan tipe orang kaya yang suka membedakan kasta." ujar Gavin yang paham makna di balik perkataan Linnie.
Linnie hanya diam, gadis itu sebenarnya masih merasa sakit pada kaki nya namun terus merengek minta pulang. Gavin yang sudah terlanjur cinta pada Linnie sudah tentu mengikuti kemauan gadis itu.
"Kenapa melihat seperti itu?" tanya Linnie mulai terlihat risih.
"Tidak kenapa-kenapa. Kau cantik, aku tidak bosan melihat mu." ujar Gavin membuat Linnie malu. "Linnie,...jika kita sudah menikah nanti, aku mau kau jangan dekat-dekat dengan Devan apa lagi sampai berhubungan dengan nya."
"Kenapa begitu? bukankah kita sudah sepakat untuk tidak saling ikut campur masalah pribadi?" gadis itu menyela.
Gavin terdiam, lelaki itu lupa akan perjanjian yang dia buat sendiri. "Hanya satu itu, ku mohon..." kata Gavin dengan wajah serius menatap ke arah Linnie.
"Aku tidak bisa berjanji pada mu." sahut Linnie membuat Gavin kecewa.
"Kenapa? apa kau menyukai Devan?" tanya Gavin membuat Linnie terdiam. Benar, gadis ini sangat mengagumi Devan yang tampan dan juga baik.Namun, jika bicara tentang hati Linnie tidak mengatakan nya.
"Pulanglah, aku akan istirahat." ujar Linnie membuat Gavin kembali kecewa.
Gavin bangkit dari duduk nya, "Ya sudah, aku pulang dulu. Jika kau kenapa-kenapa, segera hubungi aku atau Jeff." kata Gavin kemudian pria itu pamit pulang.
Sepanjang perjalanan menuju kantor, hati Gavin serasa sakit. Biasa nya dia yang mempermainkan perempuan kali ini diri nya seperti di permainkan oleh cinta. Dada Gavin serasa sesak, beginikah rasa nya cinta bertepuk sebelah tangan.
"Aku akan membuat mu jatuh cinta pada ku Linnie. Kau akan tetap menjadi milik ku, sekarang dan selama nya." Gavin berkata dengan tegas.
Jeff melihat wajah kusut Gavin, sudah pasti lelaki ini galau akan Linnie. "Hati yang keras akan melunak dengan sikap lembut. Bersabarlah, ini semua hanya masalah waktu." ujar Jeff memberi semangat.
Sejak Gavin memproklamirkan jika dia sudah jatuh cinta pada Linnie, lelaki itu tidak pernah lagi pergi ke club atau bar.Rasa nya aneh sekali bagi Gavin, namun pria itu seperti mendapatkan ketenangan jiwa.
Menjelang sore, Gavin bergegas keluar dari ruangan nya untuk cepat-cepat bertemu dengan Linnie. Pria itu membelikan Linnie beberapa makanan dan camilan agar Linnie tidak merasa bosan.
Pria itu masuk ke dalam rumah Linnie setelah mendapatkan izin untuk masuk. Lagi-lagi, mata Gavin serasa di hipnotis ketika melihat wajah polos Linnie di tambah gadis itu mengikat rambut nya tinggi secara tidak beraturan.
"Jangan mengikat rambut mu seperti itu selain di depan ku." kata Gavin membuat Linnie bingung.
"Kenapa?" tanya Linnie.
"Karena kau cantik dan aku tidak suka ada laki-laki lain yang melihat nya." jawab Gavin begitu santai nya. "Malam ini aku tidur di sini..." ujar pria itu langsung di tolak oleh Linnie.
"Aku tidak mau, sebaiknya kau pulang saja." tolak keras gadis itu.
"Tidak, aku akan tetap tidur di rumah mu untuk menjaga mu." Gavin bersikeras. Mereka sempat berdebat dan pada akhirnya Linnie kalah juga. "Ayo makan malam..." ujar Gavin. "Mau aku suapi lagi?"
"Aku bisa makan sendiri." kata Linnie langsung mengambil makanan nya.
Ini lah yang membuat Gavin merasa sedih sekaligus cemburu, Linnie bisa tertawa dan bicara bebas ketika bersama Devan lalu kenapa dengan nya hanya bicara seperlunya saja. Sungguh, Linnie benar-benar tidak adil.
Selesai makan malam, Gavin berniat untuk memijam kamar mandi Linnie untuk pergi mandi. Tubuh pria itu sudah lengket di tambah cuaca sangat panas hari ini. Gavin pergi ke mobil nya, mengambil pakaian yang sengaja di bawa. Linnie menunggu di ruang tamu sambil menonton televisi. Tak berapa lama Gavin menyudahi acara mandi nya, pria itu keluar dengan menggunakan piyama di tambah tetesan air dari rambut yang masih basah. Linnie takjub, gadis itu tanpa sadar menuji ketampanan Gavin dari dalam hati nya.
Mereka nonton televisi bersama sambil memakan camilan yang di bawa oleh Gavin tadi sore. Rasa nya canggung sekali, Linnie tidak terbiasa akan hal ini. "Bersikaplah biasa saja Linnie. karena kedepannya kita akan hidup berdua." ujar Gavin mulai membuka suara.
"Aku bingung ingin bicara apa." gumam gadis itu. "Aku takut...." ujar nya jujur.
"Apa yang kau takutkan?" tanya Gavin bingung.
"Aku takut kau akan memperlakukan ku seperti gadis di luar sana." tutur Linnie.
Gavin tersenyum, menatap ke dua mata Linnie. "Percayalah, sebejatnya laki-laki tidak akan melukai perempuan yang dia cinta." ucap Gavin dengan wajah serius. "Tidurlah, sudah malam." ujar pria itu.
Linnie yang masih terdiam mencerna kata-kata Gavin terlihat gugup dan langsung berjalan masuk menuju kamar nya. Gadis itu duduk di tepi ranjang, kemudian teringat jika Gavin tidak memiliki bantal dan selimut. Linnie kemudian keluar kembali dengan membawa bantal dan juga selimut.
"Gavin,...!" panggil Linnie lalu pria itu menoleh.
"Ada apa?" tanya Gavin singkat.
"Ini bantal dan selimut untuk mu. Cuaca malam sangat dingin jadi gunakan selalu selimut ini." ujar Linnie sambil menyerahkan barang yang dia bawa.
Gavin tersenyum, rasa senang sekali jika Linnie memperhatikan diri nya. "Terimakasih..." ucap Gavin. "Jika kau takut, kunci rapat pintu kamar mu." kata Gavin hanya di tanggapi dengan anggukan oleh Linnie.
Gadis itu kemudian kembali ke kamar nya, merebahkan diri lalu terpejam. Sedangkan Gavin malah seperti orang gila di luar sana, memeluk bantal dan juga selimut yang di berikan oleh Linnie. Lelaki itu sangat senang, mencium aroma tubuh Linnie yang masih melekat pada selimut dan juga bantal.
"Aaaa....sial....!" umpat Gavin yang tiba-tiba ada sesuatu mengeras di bawah sana. Pada akhirnya, Gavin pergi ke kamar mandi, menuntaskan sesuatu yang selalu menyiksanya jika berkaitan dengan Linnie. Setelah semua nya tuntas, Gavin kembali ke sofa, merebahkan diri sambil menyelimuti tubuh nya dengan selimut milik Linnie. "Rasanya sangat hangat....!" ujar Gavin sebelum terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
ollyooliver🍌🥒🍆
karma dari kelakuan bejatmu, nikmati aj💩
2022-03-13
1
Bzaa
seruuu
2022-02-09
0
Ilan Irliana
cleo m jeff y...hihi
2021-11-04
0