"Apa yang kau pikirkan?" tanya Jeff karena sejk tadi Gavin sama sekali tidak fokus pada pekerjaan nya. "Ku lihat sejak tadi wajah mu masam!"
"Aku tidak sampai puncak tadi malam!" sahut pria itu tidak memiliki rasa malu kepada Jeff.
Jeff menurutkan ke dua alis nya bingung, baru kali ini Gavin tidak bisa menuntaskan hasrat seksual nya. "Kenapa? apa gadis itu sudah buka tutup?" tanya nya penasaran.
"Entahlah, setiap kali aku ingin melakukan nya, aku tiba-tiba saja terbayang dengan gadis bersepeda yang keluar dari bar ku tadi malam."
Seketika Jeff tertawa keras saat mendengarkan Gavin. Gadis seperti apa yang mampu merusak hasrat Gavin? bahkan Jeff tidak henti-hentinya tertawa. "Diam kau....!" bentak Gavin membuat Jeff terdiam. "Bilang pada anak buah untuk mencarikan ku dua orang perempuan yang masih bersegel rapi. Antar ke apartemen ku malam ini." perintah Gavin semakin menggila.
Jeff hanya bisa menarik nafas panjang, ingin rasa nya dia menolak namun Gavin selalu saja mengancam diri nya. Leher jenjang itu bagai permata yang selalu menyilaukan otak Gavin, pria itu tidak bisa melupakan nya. Setiap kali Gavin mengingat wajah Linnie, ada sesuatu yang menonjol di bawah sana namun Gavin tidak bisa menuntaskan nya.
"Aaa...aa...brengsek....!" umpat nya sudah tidak tahan.
Pria itu memutuskan untuk pergi ke kamar mandi di dalam ruangan pribadi milik nya. Gavin menuntaskan hasrat nya seorang diri. Lelaki itu sudah hampir gila sekarang, semakin mengingat wajah Linnie semakin Gavin mengerang tidak tahan.
Setelah tuntas, Gavin merapikan diri kemudian kembali ke ruang kerja nya dengan pikiran yang kacau balau. Bahkan Gavin sangat tidak tertarik menatap ke arah Sekretaris nya yang baru saja masuk ke dalam ruangan nya untuk memberitahu jadwal Gavin untuk nanti sore.
Sekretaris itu berusaha menggoda Gavin namun pria itu enggan untuk menoleh ke arah Irene. Bahkan segel Irene sendiri sudah di buka oleh Gavin dengan membayar mahal gadis itu. Meski sudah di bayar mahal oleh Gavin, sebagai seorang perempuan yang pernah tidur dengan Gavin, sudah tentu Irene memiliki perasaan lebih pada pria itu.
Irene keluar dari ruangan Gavin dengan menghentakan kaki nya kesal karena Gavin sama sekali tidak menoleh ke arah nya.Namun, rasa kesal Irene menghilang begitu saja ketika gadis itu mengingat bagaimana hebat nya permainan Gavin di atas ranjang yang bisa membuat diri nya puas bahkan membuat Irene ketagihan.
Siang berganti malam, Jeff sudah menghubungi Gavin jika barang pesanan nya sudah duduk manis di apartemen milik nya. Hasrat yang semula dingin kini kembali memanas. Gavin melajukan mobil nya menuju apartemen yang biasa dia gunakan untuk tidur dengan banyak wanita.
Gavin melepas jas lalu melempar sembarang ketika memasuki apartemen. Melepas jam tangannya juga melonggarkan dasi yang mencekik leher nya seharian. Gavin menuju kamar lalu membuka nya perlahan. Seperti biasa, Gavin tidak menyukai lampu terang ketika sedang bermain. Gavin sangat tidak suka melihat wajah perempuan yang dia tiduri, Gavin bilang itu sangat menjijikan terlebih lagi melihat ekspresi nakal dari mereka.
Melihat kedatangan Gavin, dua gadis yang tidak mengenakan sehelai benang itu langsung bangkit menghampiri Gavin lalu menggoda manja pria itu. Bermain nakal di setiap inci tubuh pria itu agar Gavin lebih bernafsu. Benar saja, Gavin langsung hilang kesadaran dan memangsa ke dua gadis itu dengan sangat ganas. Meraba, mencumbu adalah hal biasa yang di lakukan Gavin sebelum laki-laki itu benar-benar melakukan yang lebih.
Tubuh mulus ke dua gadis itu saling bergesekan demi mendapatkan sensasi yang mereka inginkan. Pada saat Gavin ingin memulai dengan salah satu gadis itu, lagi-lagi bayangan Linnie datang menari-nari di bola mata nya. Gavin langsung menghentikan aktifitas nya, mendorong gadis itu lalu sejenak terdiam.
Tak ada yang membuka suara, gadis yang satu lagi mencoba menggoda Gavin. Pada awalnya, Gavin sangat bernafsu bahkan sangat beringas, namun ketika akan melakukan hal yang lebih dalam lagi Gavin kembali teringat wajah polos Linnie.
Gavin mulai stres, pria itu kemudian memberi perintah kepada dua gadis itu untuk mengenakan pakaian mereka juga memberi mereka cek lalu mengusir ke dua gadis itu. Hasrat Gavin seakan mati jika mengingat Linnie, namun siapa sebenarnya gadis yang Gavin lihat pada malam kemarin.
Sedangkan Linnie saat ini sedang bekerja melayani para tamu dengan mengantar minuman ke sana kemari. Linnie banyak mendapatkan tips malam ini, pada akhirnya madam Eli memperbolehkan gadis itu untuk pulang lebih awal. Meski baru kenal mada Elios selama dua hari, namun wanita itu sangat profesional dengan pekerjaan nya.
Baru saja Linnie pulang, Gavin tiba di bar tersebut. Pria itu memanggil pelayan untuk membawakan nya minuman karena malam ini Gavin ingin membuang jauh bayangan gadis itu. Melihat semua orang berjoget dengan saling meraba satu sama lain sudah hal biasa yang di lihat Gavin.
Tatapan mata beberapa wanita yang berusaha menggoda Gavin membuat pria itu semakin bersikap acuh. Bahkan ada seorang wanita yang memberanikan diri untuk menggoda Gavin. Sebenarnya, tak banyak yang tahu jika Gavin adalah pemilik dari beberapa club juga bar yang ada di kota ini, karena semua nya di jalankan oleh anak buah Gavin.
"Hai tampan,...ingin bermain dengan ku?" tawar wanita yang umur nya lebih tua dua tahun dari Gavin.
Gavin terkekeh geli, "Sepertinya kau sudah tua. Kemungkinan kau sering buka tutup." Gavin berkata dengan mengejek wanita itu.
"Meski aku sudah buka tutup, tapi aku bisa menjamin permainan yang akan memuaskan mu." sahut nya sedikit membanggakan diri.
"Sayang sekali aku tidak tertarik. Perempuan buka tutup seperti mu sudah banyak di luar sana bahkan sangat gampang untuk mendapatkan nya." kata-kata Gavin seperti hinaan untuk wanita itu.
Wanita itu berdiri, lalu menunjuk wajah Gavin. "Jika tidak mau ku layani, setidaknya jangan menghina ku. Kami yang seperti ini masih memiliki harga diri." kata nya dengan suara yang terdengar melengking di telinga Gavin.
Gavin tertawa mendengar kata harga diri yang di ucapan wanita itu. "Menjual diri berarti tidak punya harga diri...!" sekali lagi, Gavin merendahkan wanita itu.
"Setidak nya kami masih memiliki harga diri sebagai seorang pelacur. Pria akan membeli kami lalu menuntaskan nafsu sesaat mereka. Kami akan di pakai sekali pakai lalu di bayar. Dari pada menjadi pelakor yang hanya bisa merebut suami orang, ayah dari anak orang juga kebahagiaan orang lain dengan sengaja merusak nya. Bahkan mereka hanya mengandalkan rasa cinta dan rasa nyaman sebagai alasan. Takdir Tuhan sebagai alasan yang kuat. Menurut mu, mana yang lebih tidak memiliki harga diri?" tanya wanita itu emosi.
Gavin terdiam, apa yang di katakan wanita ini ada benarnya juga. Tanpa menunggu jawaban dari Gavin, wanita itu memutuskan untuk pergi. Untung saja tidak banyak orang yang mendengarkan perdebatan mereka karena Gavin duduk di tempat pribadi milik nya yang selalu kosong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Dyah Oktina
gavin berengsek banget jd orang.. perusak masa depan para gadis
2025-01-11
0
Mara
Hadir disini 😍 semangat 💪
2023-05-20
0
Arik Kristinawati
bgus burung si gavin g celup2 lgi smbrangan...hy bisa on dg linnie
2022-10-16
0