Pagi hari, ketika Linnie baru saja masuk ke dalam ruangan Gavin untuk memulai semua pekerjaannya. Irene masuk, gadis itu terus memandang Linnie dengan pandangan menjijikan. Gadis yang dua tahun lebih tua dari Linnie itu, sangat tidak menyukai Linnie sebab Gavin pilih kasih pada nya.
"Aku heran dengan Gavin, apa yang di lihat nya dari diri mu? kenapa dia tertarik pada mu?" tanya Irene bersungut-sungut.
"Jika tidak ada pekerjaan, tolong jangan ganggu aku." kata Linnie acuh.
Irene, mengepalkan ke dua tangan nya geram. Bocah ingusan ini berani melawan nya. "Kau pikir kau cantik? ku peringati ya, jangan coba-coba merayu Gavin jika tidak ingin membuat masalah dengan ku!" ancam Irene, mata gadis itu nyaris keluar menahan emosi.
"Sepertinya kau sangat tertarik dengan Gavin, apa kau sudah tidur dengan bos mu itu? jika iya, sudah tentu kau tidak memiliki harga diri." kali ini, Linnie dengan berani nya mengatakan hal yang pedas. Irene, langsung salah tingkah, gadis itu memicingkan ke dua mata nya hendak menampar wajah Linnie namun Gavin dan Jeff keburu masuk dan melihat tangan yang melayang di udara itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Gavin dengan suara tinggi nya.
"P-pak,...ini,...!" gadis itu gugup.
"Dia bilang saya harus menjauh bapak jika saya tidak, saya akan terlibat masalah dengan Sekretaris anda ini. Berhubung saya tidak ingin terkena masalah hanya karena masalah sepele, jadi saya memutuskan untuk mengundurkan diri sekarang juga." kata Linnie dengan tegas nya. Membuat Jeff membelalakkan matanya dengan sikap berani Linnie.
Irene semakin tersudut dengan kata-kata yang di keluarkan oleh Linnie, Gavin sudah mengeluarkan wajah dingin nya. Pra itu terus menatap ke arah Irene seolah hendak memangsa gadis itu.
"Pak, dia mencoba memfitnah saya." kilah Irene.
"Tanpa kau kalian menjelaskan apa pun kepada ku, dengan aku melihat tangan mu tadi sudah menjelaskan lebih dari cukup. Apa kau lupa Irene, jika aku paling tidak suka dengan urusan pribadi yang di bawa ke dalam pekerjaan? jika kau lupa sebaiknya sekarang kau cepat mengurus pengunduran diri mu sekarang juga. Aku tidak ingin memiliki karyawan yang ringan tangan seperti mu." Gavin langsung mengambil tindakan tegas pada Irene. Meski mereka pernah tidur bersama, tapi Gavin sudah membayar mahal Irene waktu itu.
"Tapi pak,...saya hanya....!"
"Cukup....!" bentak Gavin memotong ucapan Irene. "Keluar..." usir Gavin dengan wajah memerah. Untuk pertama kali nya Linnie melihat Gavin marah, gadis itu menunduk kepala nya merasa bersalah.
Sebelum keluar, Irene melirik tajam ke arah Linnie, sudah tentu Gavin dan Jeff dapat melihat hal itu.Irene keluar dengan perasaan marah, gadis itu tidak menyangka jika pagi ini adalah hari terakhir nya bekerja di perusahaan itu.
"Lanjutkan pekerjaan mu." perintah Gavin dengan suara dingin nya hingga membuat bulu kuduk Linnie berdiri.
Seharian, meski seharian berada di dalam ruangan tak sekalipun Gavin menoleh ke arah Linnie seperti biasa nya. Gadis itu merasa jika Gavin sedang marah pada nya, namun Linnie tetap acuh akan hal itu. Bahkan, ketika jam makan siang Gavin memerintahkan Linnie untuk makan sendiri. Sudah tentu gadis itu merasa senang sekarang.
"Kau marah pada Linnie?" tanya Jeff duduk santai di atas meja Gavin.
"Hmmm....!" jawab nya tanpa membuka mulut. Gavin masih sibuk dengan pekerjaan nya.
"Apa yang kau marahkan? di hanya karyawan mu bukan kekasih mu." ujar Jeff menyadarkan Gavin.
"Linnie, sudah membuat hidupku kacau balau. Hanya dengan mengingat wajah nya saja hasrat dan nafsu ku seketika mati jika sedang bersama perempuan lain. Bagaimana aku tidak marah pada nya?"
"Yakin hanya itu? atau, kejadian tadi malam?" tebak Jeff langsung membuat wajah Gavin muram. "Bersikaplah biasa saja, gadis seperti Linnie mudah tertarik dengan hal sederhana."
"Jadi aku harus bagaimana?" tanya Gavin frustasi. "Devan yang baru saja mengenal dia sudah bisa menarik perhatian Linnie. Aku yang lebih dulu mengenal gadis itu terus saja di acuhkan." gerutu Gavin seperti tidak terima dengan permainan takdir.
"Jika Linnie adalah perempuan yang bisa mengubah jalan hidup mu menjadi lebih baik. Aku akan membantu mu." kata Jeff dengan bangga nya.
Obrolan mereka terhenti pada saat Linnie kembali setelah makan siang. Gavin dan Jeff saling pandang kemudian bersikap biasa saja. "Ini pesanan nya pak." kata Linnie sambil menyodorkan dua kotak makan siang yang di pesan Jeff melalui chat pribadi tadi.
Gavin mengerutkan ke dua alis nya bingung, "Makan siang!" pria itu mengulanginya.
"Hmmm...pak Jeff memesan pada saya tadi. Jangan lupa makan siang, bekerja juga butuh asupan tenaga meski kita hanya duduk seharian di kursi." kata gadis itu hanya di tanggapi anggukan oleh Gavin.
"Terimakasih." ucap Jeff dan Gavin bersamaan.
Linnie kembali ke meja nya, gadis itu kembali melanjutkan pekerjaan nya. "Linnie, sore ini ada meeting siap kan berkasnya." perintah Jeff.
Ya, sore ini Gavin dan Jeff akan ada meeting di hotel dekat pantai yang jarak nya cukup lumayan dari perusahaan. Sudah tentu Linnie langsung mempersiapkan semua nya agar tak ada yang ketinggalan.
Memakan satu jam perjalanan, Linnie yang lelah akhirnya ketiduran juga. Gadis itu, meski sedang tidur kecantikan nya malah bertamah beberapa kali lipat. "Sial...!" umpat Gavin yang sudah tidak tahan melihat bibir tipis yang manis itu.
Jeff melirik dari kaca, pria itu hanya bisa bergeleng kepala. Gavin benar-benar pemanin handal di ranjang, namun tidak dengan urusan hati dan cinta. Gavin melepas jasnya, menyelimutkan nya pada Linnie lalu membenarkan sedikit kepala gadis itu yang hampir menghantam jendela mobil.
Ketika mobil berhenti di loby hotel, Linnie langsung terbangun. Gadis itu linglung dan kepala nya sedikit pusing. Gadis itu terkejut saat melihat jas Gavin ada pada diri nya, Linnie langsung mengembalikan jas tersebut. "Cuci wajah mu," perintah Gavin.
"Ya pak." jawab gadis itu.
Saat Linnie masuk ke dalam hotel, tiba-tiba gadis itu di sapa oleh suara yang sangat familiar di telinga nya. "Linnie,...di sini juga?" Devan bertanya sambil melambaikan tangan. Gavin yang melihat hal itu langsung mengubah ekspresi wajah nya.
"Dia lagi ...dia lagi...!" ujar Gavin kesal kemudian pria itu juga menghampiri Linnie.
"Owh,...hii...Gavin." sapa Devan seperti teman.
"Ya,...Linnie cepat lah." kata Gavin dengan raut wajah tidak suka nya.
"Hmmm...ya pak. Maaf..." ujar gadis itu.
Linnie pergi ke toilet, tinggallah Gavin dan Devan yang masih berdiri linglung. Ke dua pria itu masih sama menunggu Linnie keluar dari toilet. Gavin terus mengumpati Devan di dalam hati nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Arik Kristinawati
devan tu spa sih...gak mo pergi2 sdh....
2022-10-16
0
Riska Wulandari
Devan kau seperti hantu ada di mana2..
2022-02-19
0
Yohana Woleka
Mantap linnie yadapat membawa pak bosnya Gavin makin berubah sikapnya yg buruk tuh.
2021-09-09
0