Pertempuran sengit di hutan Daintree menjadi titik balik dalam perburuan harta karun misterius. Bernard dan timnya terjebak dalam wilayah musuh yang menyamar sebagai suku pedalaman. Pertarungan demi pertarungan membuat mereka harus memilih antara bertahan hidup atau menjadi korban dari permainan berbahaya ini.
Kini, badai sesungguhnya mulai datang. Musuh bukan lagi sekadar kelompok bersenjata biasa—tapi sebuah kekuatan tersembunyi yang bergerak di balik layar, mengintai setiap langkah Bernard dan sekutunya. Hujan, malam, dan hutan gelap menjadi saksi pertarungan antara nyawa dan ambisi.
Sementara Bernard berjuang sendirian dalam keadaan terluka, Garrick dan tim bergerak semakin dekat, menghadapi ancaman yang tak lagi sekadar bayangan. Di sisi lain, Pedro menyusup ke dalam lingkaran musuh besar—mendekati pusat rencana penyerangan terhadap Alexander dan kekuatan besar lainnya.
Apakah Bernard dan timnya akan berhasil keluar dari hutan maut itu? Atau justru badai dendam dan ambisi akan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Kemungkinan Tuan Bernard berada di dalam gua ini," ujar Rick seraya menggeser batu ke samping.
Bane dan Ben segera membantu Rick untuk menyingkirkan batu dari mulut gua. Batu bergeser hingga akhirnya jalan terbuka.
"Tuan Bernard tertembak di bagian bahu. Dia benar-benar luar biasa karena berhasil menggeser batu sendirian. Dia bergerak sendirian hingga tempat ini," puji Ben seraya memasuki gua.
Garrick, Bane, Rick, dan Ken menunggu di luar gua seraya mengawasi keadaan sekitar. Langit masih gelap dan udara dingin masih menggigit kulit.
Ben terus bergerak. Ia kembali menemukan tanda di dinding. Harapannya dan semua orang semakin besar untuk segera bertemu dengan Bernard.
Garrick menaiki gua dan pohon, meneropong bebatuan yang menancap di seberang hutan. Ia bergerak ke beberapa titik untuk menemukan angle yang berbeda. "Bentuknya seperti naga. Ini adalah petunjuk keempat. Aku dan yang terlalu fokus pada penjagaan dari musuh."
Garrick melompat turun. "Kita sudah cukup dekat dengan petunjuk keempat. Bebatuan itu berbentuk seperti naga ketika dilihat dari beberapa sudut."
Rick dan Bane menyebar ke sisi kiri dan kanan untuk memeriksa keadaan. Di saat yang sama, Ben hampir mencapai ujung gua. Ia terkejut ketika melihat seseorang yang tengah duduk seraya mengarahkan pistol ke arahnya.
"Tuan Bernard, ini aku, Ben," ujar Ben.
Bernard terkejut, tidak menarik pistol yang mengarah pada Ben. Ia waspada ketika mendengar jejak kaki yang mendekat. Sialnya, dia kesulitan untuk menggeser batu untuk keluar.
"Katakan kata sandinya sekarang." Bernard tentu berharap bahwa pria yang berada di depannya benar-benar Ben. Ia akan kesulitan jika harus terus bergerak seorang diri.
"170845221045." Ben menyebutkan deretan angka seraya melemparkan sebuah benda bulat pada Bernard.
Bernard mengambil benda bulat itu dengan tangan kanan, mengamatinya saksama. Ia mulai menurunkan pistol. "Syukurlah, kau benar-benar orang yang aku kenal."
"Tuan Bernard, Garrick dan yang lain berada di luar. Kami sudah mencari Anda selama ini. Kami mengikuti petunjuk yang Anda berikan."
"Aku tidak seharusnya terkejut ketika kalian menyelam di kolam yang berarus deras."
Bernard dan Ben keluar dari gua bersamaan dengan Rick dan Bane yang selesai memeriksa keadaan sekeliling.
"Tuan Bernard, syukurlah kami bisa bertemu dengan Anda. Kami sangat mengkhawatirkan Anda selama ini." Garrick mengamati Bernard saksama.
Rick dan Bane membantu Bernard duduk. Mereka memberikan makanan dan minuman untuk Bernard.
Bernard meneguk minuman hingga habis, menghembus napas panjang, menoleh pada gua di mana Ben kembali memasukinya. Ia memakan makanan dengan lahap. Perutnya memang kelaparan karena mengkonsumsi buah selama perjalanan dan pencarian.
Rick mengobati luka Bernard. "Anda luar biasa karena bisa bergerak sejauh ini dengan luka seperti ini, Tuan."
"Aku terbiasa dengan hutan sejak kecil. Aku tidak akan mati hanya karena luka ini." Bernard berdiri. "Apa kalian sudah bertemu dengan orang-orang berpakaian suku pedalaman?"
"Ya, Tuan. Kami melihat mereka," jawab Garrick.
"Aku menduga jika mereka adalah suku pedalaman yang asli. Aku sempat bertarung dengan mereka ketika berada di dekat air terjun. Aku menggunakan bom asap dan jarun tidur untuk mengalahkan mereka. Aku juga nyaris tertangkap oleh mereka ketika bersembunyi di gua."
Bernard menunjukkan rekaman orang-orang suku pedalaman. "Mereka berbicara dengan bahasa yang tidak aku mengerti. Selain itu, mereka tidak menggunakan alat modern seperti pistol dan lainnya."
Bernard mengeluarkan benda tajam yang menyerupai golok. "Aku mengambil golok-golok ini ketika anggota suku pedalaman tidak sadarkan diri. Golok ini sangat tajam. Aku meninggalkan banyak petunjuk pada kalian dan menghindari penggunaan laser cahaya untuk menghindari musuh, terlebih semalam aku cukup kesulitan karena berada di gua."
Bernard berdiri, menoleh pada bebatuan besar yang sayangnya terhalang gua dan tertutup pepohonan. "Aku menemukan petunjuk keempat berupa bebatuan yang mirip dengan naga. Sayangnya, di dekat bebatuan itu adalah rumah bagi para anggota suku pedalaman. Nyaris sepanjang malam anggota mereka berjaga di sekitar sungai dan hutan."
"Aku menemukan air terjun kecil di sisi kiri tempat ini. Air terjun itu mengarah ke sungai di bawah. Jika kita mengikuti sisi sungai ini, kita akan sampai di bebatuan sebelah kanan," ujar Bane.
Bernard mendongak ke langit yang masih gelap. "Perjalanan ini cukup berisiko. Tidak, sejak awal perjalanan ini cukup berisiko. Kita tidak boleh berhenti setelah melewati perjalanan ini."
Bernard, Garrick, dan yang lain mempersiapkan keberangkatan menuju bebatuan itu. Mereka hanya memiliki sedikit bom asap dan jarum tidur lagi.
"Jika orang-orang itu adalah suku pedalaman asli, kita unggul dalam peralatan dan teknologi.
Mereka hanya unggul dalam jumlah dan mengetahui seluk beluk hutan ini." Bernard menoleh ke arah seberang sungai. Menurut alat penghitung, ia sudah bergerak sejauh 100 kilometer hingga saat ini.
Bernard meninggalkan petunjuk di gua dan beberapa pohon, berharap bahwa tim bantuan akan segera tiba secepatnya. Ia dan yang lain sudah berada di titik lelah, dan akan sulit jika terus bergerak dalam keadaan seperti ini.
Garrick memeriksa alat penghubung. "Kita masih kesulitan menghubungi mereka. Tidak terdapat sinyal di lokasi ini, dan mungkin di sepanjang hutan."
Bernard, Garrick, Rick, Bane, Ben, dan Ken mulai bergerak ke hutan sebelah kiri. Mereka menuruni jalanan licin di samping air terjun. Di tengah langit yang mulai terang dan angin yang sesekali berembus, keenam pria itu bergerak di sepanjang sisi sungai dengan sewaspada mungkin. Bebatuan yang tinggi mulai terlihat.
Bernard, Garrick, dan yang lain sesekali berhenti ketika merasakan bahaya mendekat. Mereka sangat waspada hingga suara mencurigakan sekalipun akan membuat mereka siaga.
"Kita sudah cukup dekat, tapi suku pedalaman itu belum juga menunjukkan pergerakan," kata Garrick.
"Mereka mungkin saja menunggu kita di ujung jalan atau sedang mengawasi kita." Bernard mengamati sekeliling.
Rick menaiki pohon, mengawasi keadaan di sekitar bebatuan dengan teropong. Ia melihat beberapa rumah dari bambu dan kayu serta beberapa orang berpakaian seadanya sedang berkumpul di sebuah tanah lapang."
Rick melompat turun. "Aku melihat orang-orang suku pedalaman itu berkumpul di tanah lapang. Mereka mengumpulkan kayu bakar sangat tinggi. Mereka... seperti tengah mempersiapkan sebuah perayaan."
Rombongan terus berjalan hingga cukup dekat dengan bebatuan. Tidak ada serangan dan pergerakan dari suku pedalaman. Rick memberi tahu jika orang-orang itu terus dan masih berkumpul di tanah lapang.
Rombongan berhenti di dekat batu besar yang cukup tinggi. Setelah menunggu selama beberapa waktu, tidak ada pergerakan dari orang-orang suku pedalaman.
"Petunjuk berikutnya adalah tangga batu dengan ujung kepala harimau. Kita harus segera menemukan tangga itu secepatnya agar bisa menemukan dua petunjuk terakhir."
Rombongan kembali bergerak, begitupun dengan Donald dan pasukan.
Semakin seru..
Tiap episode perburuan harta karun membuat penasaran..
Bravo Thor.