DILARANG DIBACA SEBELUM TIDUR!!!
Hanya untuk kalian yang sudah dewasa, yang sudah bisa tidur sendiri tanpa lampu😏
Cerita dalam novel ini akan membawa kalian pada malam mengerikan tanpa akhir. Malam panjang yang dingin dengan teman sekamar yang tanpa tahu malu tidak perlu patungan biaya kamar kos.
Bersama Penghuni kos lain yang tidak tercatat dalam buku sewa. Begitu sepi saat siang tapi begitu ramai saat malam. Dengan bayang-bayang penghuni sebelumnya yang sebenarnya tidak pernah pergi darisana.
Seakan mendapat diskon untuk sebuah keberanian sia-sia. Karena bayaran mahal yakni nyawa setiap malamnya.
Setiap inci gedung kos begitu tipis untuk menghalangi antara yang Hidup dan Mati. Dimana pagi adalah harta terindah yang telah kalian lupakan. Karena memang hanya untuk mereka yang sudah tidak punya pilihan lain.
Cerita horor ini sangat berbeda dari yang kau bayangkan.
Apakah Calista bisa melunasi atau masih berutang nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ittiiiy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10 : Pengejar Matahari
Calista seperti pelari yang mengejar matahari sore dan matahari pagi. Matahari pagi adalah sebuah kehidupan baru baginya dan matahari sore adalah pengingat bahwa kematian begitu dekat dan khusus untuknya tidak akan menjadi jalan yang mudah dan menyenangkan. Untuk bisa mengejar matahari pagi yang penuh harapan manis itu, Calista harus berjuang mengejar matahari sore yang pahit.
"Impianku adalah menua dengan indah yakni bisa mati dengan cara yang normal, saat sudah tua dengan banyak keriput dan rambut yang sudah hilang warnanya. Tapi aku sudah duduk diatas kesuksesanku sambil menjadi nenek-nenek cerewet yang dipenuhi oleh banyak cerita pengalaman masa muda. Bukan seperti ini yang kumaksud ... Bukan pengalaman seperti ini!" Calista meningkatkan laju larinya untuk segera masuk kedalam kos. Seakan ada bom yang mengejarnya dari belakang jika tidak mempercepat langkahnya.
Mungkin itu menjadi kali pertamanya melewati bisa melewati batasan yang mustahil untuk dilalui, "Aku bisa jadi atlet lari setelah ini ...." tapi dalam khayalan Calista, mimpinya adalah saat bebas nanti dia mau berlari sejauh mungkin. Disaat kakinya benar-benar sudah lelah meski sepatunya sudah tidak bisa menemani langkahnya. Calista menyadari kebahagiaan kecil begitu berarti ketika masalah luar biasa menimpanya. Kebahagiaan kecil yang terus membantunya untuk berjuang. Padahal dulu masalah kecil membuat kebahagiaan kecil itu tidak terlihat dan tidak bisa dirasakan. Dunia memang cerdas melatih manusia menjadi tangguh.
"Cepat masuk ke kamarmu!" kalimat dan nada suara yang tidak ramah menambah motivasi untuk Calista mewujudkan mimpi besarnya.
Calista bisa menebak itu pasti adalah Nayla, walau dengan wajah datar tapi tidak mungkin Makhluk yang ada disana mengatakannya, "Tunggu ... Bisa saja itu teman sekamarku yang ingin segera bertemu." Calista melupakan soal fakta yang satu itu karena dimanjakan semalam tanpa diganggu sama sekali di dalam kamar.
"Ciluuuk Bbaaa!" suara Anak kecil yang menjadi trauma bagi Calista terdengar lagi.
"Tidak lagi! Aku mohon jangan sekarang!" Calista masih belum siap bertemu Makhluk itu untuk yang kedua kalinya terlebih lagi setelah membuatnya tersinggung tadi pagi. Bahkan Calista tidak bisa membayangkan cara dan pemandangan apa yang akan disajikan oleh Anak kecil itu untuk menyiksa matanya. Meski hanya dengan suaranya saja sudah sangat tak tertahankan. Jika saja dia bisa membuat telinganya memilih apa yang bisa didengar dia pasti akan memblokir suara Makhluk itu agar tidak bisa didengar.
Calista sudah memutar kunci kamarnya untuk bersiap-siap lari masuk jika terjadi sesuatu. Dia mundur sedikit untuk bisa melihat kamar 2013 yang jauh. Setidaknya lampu disana sangat terang jadi Calista bisa melihat kamar yang jauh walau tidak begitu jelas.
Anak kecil itu ternyata sudah menunggu Calista, dia sudah menatap dengan memiringkan kepalanya sambil melambaikan tangan tepat di sudut pintu kamar 2013. Calista kaget saat bertatapan mata dengan Anak kecil itu. Sedangkan Isvara terlihat sedang mengangkat barang sambil hampir menabrak Anak kecil itu. Walau sebenarnya Anak kecil itu yang kelihatan sengaja menghindar. Anak kecil itu mengangkat satu kakinya seakan tidak ada tulang sama sekali karena begitu terlihat fleksibel, "Dia sepertinya sedang menunggu matahari betul-betul tenggelam."
Calista menarik kuncinya dan memberanikan diri untuk pergi ke kamar 2013 memperingatkan Isvara, "Tidak, jangan kesana!" suara yang lebih menyeramkan dari suara Anak kecil yang dikiranya sudah paling menakutkan ternyata dia masih perlu mengosongkan cangkirnya.
"Siapa kau?" Calista langsung berputar mencari siapa pemilik suara itu tapi tidak ditemukan dimanapun. Bahkan dia sudah pusing sendiri karena terlalu banyak berputar. Calista sangat yakin siapapun itu pasti lebih menyeramkan daripada Anak kecil yang terus mengejeknya di ujung lorong di waktu yang bersamaan.
Anak kecil itu seperti sedang mempermainkan Calista dengan mencoba menyentuh Isvara yang masih sibuk mengangkat barang masuk ke kamarnya.
"Jadi kau mengancamku atau apa?" Calista tidak punya pilihan setelah melihat Anak kecil itu yang semakin dekat saja dengan Isvara dengan segala macam gerakan yang selalu menghentikan langkah Calista tiap melihatnya. Anak kecil itu menarik rambutnya dan dipakai seperti kuas blush on yang akan menyentuh pipi Isvara. Setelah itu dia menarik lepas tangannya dan melemparnya hingga sampai tepat diatas kotak barang Isvara. Tangan Anak kecil itu mendorong sedikit demi sedikit kotak hingga Isvara tersandung dan jatuh.
Calista mempercepat larinya tapi entah bagaimana dia tidak bisa sampai juga di kamar 2013 seperti malam sebelumnya dimana dia menghabiskan malam di lorong itu dan hanya bisa sampai saat pagi tiba. Anak kecil itu kemudian menarik lepas kakinya dan menaruhnya tepat diatas kepala Isvara. Pemandangan yang jarang dan tidak akan bisa dilihat di tempat lain dimana saat ingin menginjak seseorang tapi malah menggunakan kedua tangan untuk mengangkat kaki seperti pemukul bisbol atau lebih mirip stamper yang siap menumbuk bahan atau dalam hal ini kepala Isvara.
"Tidak!" Calista berteriak tapi semakin dia berlari semakin jauh kamar 2013 hingga dia sudah tertarik berada di kamarnya. Calista terlempar mundur dan kuncinya bergerak sendiri begitu cepat mengunci kamar dan menjatuhkan diri membuat Calista kaget dengan suara yang sebenarnya tidaklah begitu keras.
Calista yang keras kepala kembali ingin membuka pintu tapi kunci bergerak sendiri seperti sebuah kaki boneka yang berlari menjauh setiap Calista mendekat, "Apa ini?" Calista menyadari dia sedang ada di kamar dan yang bisa mengganggunya disana pasti hanyalah teman sekamarnya. Calista sadar dia sedang tidak diganggu, bahkan pergerakan kunci itu sama sekali tidak menakutkannya, "Kau tidak mungkin sedang mencegahku menolong, kan?"
"Menolong? Kau tidak bisa menolong siapapun bahkan dirimu sendiri!" suara yang selalu saja membuat Calista merinding.
"Kenapa kau tidak menampakkan dirimu? Bahkan dari kamar lain selalu bersemangat menggangguku ...." Calista mencoba menangkap kunci kamarnya lagi tapi gagal.
"Kau akan ... Setidaknya pingsan jika melihatku." tanggapan Teman sekamar Calista itu terdengar lucu walau dengan suara yang menyeramkan.
"Maksudmu kau menganggapku lemah dan tidak mampu melihatmu?" Calista merasa tertantang walau sedikitpun dia tidak tahu sedang menantang siapa, "Ayo coba saja!" Calista sebenarnya lebih memilih untuk segera melihat sosok Teman sekamarnya secepatnya agar tahu siapa lawannya dan tidak mau dikagetkan saat sedang tidak siap.
"Dia sudah dibawa ke dunia lain." Teman sekamar Calista mencoba mengurungkan niat Calista untuk menyelamatkan Isvara.
"Setidaknya dia masih di dunia kedua kan?" pertanyaan Calista yang langsung membuat Teman sekamarnya tertawa begitu menyeramkan bahkan barang-barang dikamarnya terlihat bergerak seperti gempa. Calista merasakan sakit di telinganya bagian dalam, suara itu seperti senjata secara tidak langsung yang ternyata bisa melukai, "Hanya suaranya saja aku bisa terluka?" Calista melihat cairan yang keluar dari telinganya berwarna merah.
"Dunia kedua?!" Teman sekamar Calista masih tertawa.
Calista segera mengambil baju di dalam lemarinya untuk menutup telinganya tapi suara tawa berhenti.
"Kau terluka?"
Calista tahu betul jika tidak mungkin itu pertanyaan karena khawatir pasti setelah ini Teman sekamarnya itu akan kembali tertawa dengan suara lebih keras.
"Maaf!"
Calista menjatuhkan baju-bajunya karena tidak percaya apa yang baru saja di dengarnya, "Kau ... Mi ... Minta maaf?" Calista mengira kalau salah dengar atau itu bagian dari halusinasi untuk menipu Calista dan menurunkan pengawasannya. Seperti yang telah dikatakan oleh Nayla.
"Jangan menggangu kamar 2013 kalau kau ingin selamat. Memangnya kau suka kalau diganggu sedang makan? Dan besok pulanglah lebih cepat! Ini terlalu malam, kau bisa saja disergap oleh Penghuni kamar lain." Teman sekamar Calista seperti sedang mengomel jika saja nada suaranya diubah menjadi normal.
Akhirnya Calista mengerti, "Jadi kau hanya tidak mau aku diganggu atau dimakan oleh Penghuni kamar lain kan?"
"Kau tidak enak dan kau tidak seru!"
Calista tidak begitu mengerti tapi entah kenapa dia jadi tersinggung, "Apa maksudnya?"
"Kau tidak enak dimakan dan tidak seru diganggu!" Teman sekamar Calista menegaskan dengan jelas membuat Calista kehilangan kata-kata.
"Bukannya kau sedang mengerjaiku sekarang?" Calista tidak habis pikir dan mulai melempar tasnya ke atas meja belajar.
"Aku sedang mencegah ... Bukan ... Aku sedang membantumu!" Teman sekamar Calista kelihatannya sulit menemukan kata yang tepat karena tidak terbiasa menggunakan kata 'membantu'.
"Membantuku?"
...-BERSAMBUNG-...
Ini kyk smacam misi yg harus di ungkap
" di setiap ada kesulitan , pasti ada kemudahan"