Menjalani kehidupan rumah tangga sempurna adalah impian setiap wanita ketika memiliki seorang suami yang sangat mencintai dan menjadikan satu-satunya yang dicintai.
Namun, semuanya hancur ketika mengetahui bahwa pria yang selama ini dicintai telah menipunya dengan menciptakan sebuah konspirasi untuk bisa memilikinya.
Konspirasi apa yang membuat hidup seorang Diandra Ishana berubah penuh kepalsuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita cacat tidak berguna
Wanita paruh baya yang terlihat masih memegang dokumen penting di tangan, refleks menggelengkan kepala. "Tadi, Mama mengatakan untuk membiarkan kalian beristirahat."
"Jadi, Mama tadi berpikir jika kamu sedang bermesraan dengan istrimu. Ternyata malah berakhir di sini. Apa Diandra tertidur?"
Austin merasa bingung ketika perasaannya mengatakan untuk tidak menceritakan privasi. Namun, pikirannya saat ini ingin wanita yang telah melahirkannya tersebut mengetahui masalahnya hari ini.
Namun, setelah mempertimbangkan baik buruknya, akhirnya ia memilih untuk tidak menceritakan tentang hal intim yang tadi dilakukan dan tiba-tiba membangkitkan rasa trauma pada sang istri.
'Biar aku yang menanggung sendiri semua ini karena harus menebus kesalahan di masa lalu pada Diandra,' gumam Austin yang saat ini memilih untuk memasukkan ponsel miliknya ke dalam saku celana.
"Istriku sedang beristirahat, Ma. Jadi, aku keluar dan tadi ingin menyapa sanak saudara yang datang. Lebih baik kita turun saja sekarang karena ada kesempatan untukku ketika istri beristirahat."
Tanpa membuang waktu, kini Austin berjalan keluar setelah sang ibu menganggukkan kepala.
Kemudian keduanya berjalan menuju ke arah anak tangga dan sekilas Austin menatap pintu ruangan kamarnya yang tertutup rapat.
'Semoga istriku kembali tenang setelah satu jam,' gumam Austin yang berjalan bersama sang ibu menuruni anak tangga.
Sementara itu di sisi yang berbeda, yaitu ruangan kamar, Diandra yang dari tadi terbaring lemah di atas ranjang, tengah memijat pelipis karena merasa sangat bingung dengan sesuatu hal aneh yang tidak dimengerti hari ini.
"Ada apa denganku? Kenapa aku seperti ini?" Diandra saat ini merasa bingung dengan apa yang dialami.
Bahkan saat ini tengah meraba bagian paling sensitif yang sempat merasakan senjata sang suami. Rasa nyeri yang tadi dirasakan telah membuatnya ketakutan tanpa sebab.
"Harusnya tidak seperti ini. Bukankah para pasangan suami istri selalu bahagia setelah menikah? Apakah aku adalah wanita yang egois? Bahkan Austin selalu menuruti apapun yang kuperintahkan."
Diandra terdiam selama beberapa saat karena merasa sangat bersalah pada suami. Menyadari jika ia bukanlah siapa-siapa karena hanya berasal dari kasta rendahan, dibandingkan dengan pria itu
"Sepertinya aku memang sudah gila setelah mengalami kecelakaan. Mungkin otakku pun sudah bergeser dari tempatnya, sehingga tidak hanya kakiku yang terkena imbasnya, tapi juga kepala karena selalu merasa aneh seperti tadi."
Diandra kini mengembuskan napas kasar karena merasa dibebani rasa bersalah. "Apa aku harus pergi ke psikiater untuk berkonsultasi mengenai apa yang kurasakan?"
Menyadari jika ia tidak mungkin bisa mengambil keputusan sendiri, Diandra berniat untuk membicarakan hal tersebut pada sangnsuami setelah waktu satu jam yang diberikan sudah habis.
"Jika aku terus menolak melaksanakan kewajiban saat suamiku menuntut hak dengan memuaskan hasrat, mungkin akan melampiaskan nafsu pada wanita lain. Jika itu sampai terjadi, pernikahan kami akan berantakan. Aku tidak ingin itu terjadi."
Dengan pertimbangan seperti itu, Diandra memutuskan untuk menghubungi psikiater agar bisa memberikan solusi atas masalah yang dihadapi. Berharap apa yang menjadi ketakutannya tidak terus menyiksa dan membuatnya tidak tenang.
Namun, akan mengatakan pada sang suami terlebih dahulu nanti. "Kira-kira apa pendapat dari Austin nanti? Apakah akan berpikir bahwa aku gila? Atau mendukung keputusanku seperti biasa?"
"Aku tidak ingin kehilangan pria baik berhati malaikat seperti suamiku karena mungkin di dunia ini tidak ada pria sebaik dirinya." Diandra berbicara sambil menatap ke arah kedua kakinya yang sama sekali tidak bisa digerakkan.
"Tanpa Austin, aku tidak tahu akan seperti apa nasibku. Mungkin memilih bunuh diri karena berakhir cacat setelah cacat," ucap Diandra yang kini memegang kedua kakinya.
Bahkan kini sudah meneteskan bulir air mata penuh kesedihan kala mengingat jika ia hanyalah seorang wanita tidak berguna yang tidak bisa hidup mandiri dan harus bergantung pada orang lain selama belum bisa berjalan.
Hingga suara tangisan lirih terdengar ketika Diandra tidak bisa menahan kesedihan saat menyadari hanyalah seorang wanita cacat tidak berguna.
To be continued...
kan sdah bahagia d austin sdh berubah jdi baik...