NovelToon NovelToon
THE MASK OF SILENCE

THE MASK OF SILENCE

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Akademi Sihir
Popularitas:379
Nilai: 5
Nama Author: MishiSukki

Di balik reruntuhan peradaban sihir, sebuah nama perlahan membangkitkan ketakutan dan kekaguman—Noir, sang kutukan berjalan.

Ditinggalkan oleh takdir, dihantui masa lalu kelam, dan diburu oleh faksi kekuasaan dari segala penjuru, Noir melangkah tanpa ragu di antara bayang-bayang politik istana, misteri sihir terlarang, dan lorong-lorong kematian yang menyimpan rahasia kuno dunia.

Dengan sihir kegelapan yang tak lazim, senyuman dingin, dan mata yang menembus kepalsuan dunia, Noir bukan hanya bertahan. Ia merancang. Mengguncang. Menghancurkan.

Ketika kepercayaan menjadi racun, dan kesetiaan hanya bayang semu… Siapa yang akan bertahan dalam permainan kekuasaan yang menjilat api neraka?

Ini bukan kisah tentang pahlawan. Ini kisah tentang seorang pengatur takdir. Tentang Noir. Tentang sang Joker dari dunia sihir dan pedang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MishiSukki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9: Sebutir Harapan di Tengah Sampah

Noir menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah keluar dari rumahnya yang sempit dan kumuh. Udara pagi terasa dingin, menusuk tulang, namun ia tak punya pilihan. Ia telah menemukan pekerjaan di Akademi Everhart—salah satu akademi terbesar di kota, tempat anak-anak bangsawan dan kaum berpengaruh menuntut ilmu. Sebagai murid?

Tentu saja bukan. Noir hanyalah pemungut sampah.

Pekerjaan itu ia dapatkan beberapa hari lalu secara tak sengaja. Saat berkeliaran di dekat akademi, ia melihat seorang pria tua yang bekerja sendirian, memunguti sampah yang berserakan di halaman akademi yang luas. Pria itu terlihat kelelahan, dan Noir—entah karena naluri bertahan hidup atau hanya kebetulan—membantu tanpa banyak berpikir.

Ternyata, penjaga akademi melihatnya. Dan kebetulan, mereka memang membutuhkan seorang anak kecil untuk mengerjakan pekerjaan kasar seperti itu. Upahnya? Tidak banyak. Hanya cukup untuk membeli roti basi dan air kotor. Tapi bagi Noir, itu lebih baik daripada kelaparan total.

Saat ia tiba di gerbang akademi, ia bisa merasakan tatapan merendahkan dari para murid yang berjalan melewati pintu gerbang megah itu. Mereka mengenakan seragam indah, jubah panjang dengan bordiran emas dan perak, berjalan dengan penuh percaya diri seolah-olah dunia memang dibuat untuk mereka.

Bagi mereka, Noir tak lebih dari debu di jalanan. Tidak ada yang menyapanya, tentu saja. Tidak ada yang peduli. Ia hanya seorang anak miskin yang kebetulan mendapat izin untuk menginjakkan kaki di tempat ini—dan itu pun hanya untuk membersihkan kotoran mereka.

Tanpa menghiraukan mereka, Noir langsung menuju ke belakang akademi, tempat di mana ia seharusnya mulai bekerja. Tempat sampah besar di sana sudah penuh dengan sisa makanan mahal yang terbuang begitu saja—roti yang lebih lembut dari apa pun yang pernah ia makan, daging yang masih bisa dimakan, dan buah-buahan segar yang dibuang begitu saja karena sedikit memar.

Noir mengepalkan tangannya. Dunia ini benar-benar bangsat. Tapi tidak apa-apa. Untuk saat ini, ia akan bertahan. Ia akan mengamati. Dan suatu hari nanti... dunia ini akan melihatnya.

Noir berada di balik akademi, di dekat tumpukan tempat sampah besar yang berisi sisa makanan mereka. Dengan tangan kecilnya yang kotor, Noir mengais sisa-sisa yang masih bisa dimakan. Roti yang dibuang hanya karena sedikit kering.

Potongan daging yang baru tergigit sekali. Buah-buahan mahal yang hanya memar sedikit. Makanan yang bagi mereka adalah sampah, tapi bagi Noir adalah sarapan.

Ia menggigit roti yang sedikit keras, mengunyah perlahan sambil duduk di sudut halaman belakang akademi. Aroma sampah bercampur dengan udara pagi, tapi Noir sudah terbiasa. Ini bukan hal baru. Ini adalah rutinitas. Ia melihat ke sekeliling, memastikan tidak ada yang memperhatikannya.

Jika tertangkap sedang memakan sisa makanan dari tempat sampah, hukuman bisa saja menimpanya. Bisa diusir, atau lebih buruk—dipukuli oleh penjaga yang menganggapnya tak lebih dari tikus jalanan. Tapi Noir tahu bagaimana caranya bertahan. Ia makan dengan cepat, memastikan tidak ada yang terbuang percuma.

Setiap gigitan berarti kelangsungan hidupnya hari ini. Setiap suap adalah perlawanan kecilnya terhadap dunia yang ingin melihatnya mati kelaparan. Setelah selesai, ia menghapus mulutnya dengan lengan bajunya yang lusuh, lalu bangkit berdiri. Hari ini akan menjadi hari yang panjang.

Dengan langkah pelan, Noir mulai bekerja—mengumpulkan sampah para murid.

Siang itu, matahari menyengat dari celah-celah jendela akademi yang megah. Murid-murid bangsawan menikmati makan siang mereka di taman dengan meja-meja penuh makanan mewah, sementara Noir, seperti biasa, mencari tempat tersembunyi untuk beristirahat. Namun, sebelum ia sempat duduk, suara langkah kaki berat mendekatinya.

"Noir," suara berat itu terdengar di belakangnya.

Noir menoleh. Itu adalah penjaga akademi—pria yang pertama kali memberinya pekerjaan di sini. Lelaki berumur empat puluhan dengan tubuh besar, wajah kasar, dan mata yang selalu memperhatikannya dengan tatapan sulit ditebak. Tanpa banyak bicara, pria itu memberi isyarat agar Noir mengikutinya.

Tidak ada alasan untuk menolak. Noir hanya seorang anak gelandangan yang beruntung bisa mendapatkan pekerjaan ini. Jika ia menolak, ia bisa kehilangan satu-satunya sumber makanan dan tempat berteduhnya.

Mereka berjalan melewati lorong belakang akademi, melewati area yang jarang dilewati murid-murid. Semakin jauh mereka berjalan, semakin sepi tempat itu. Hingga akhirnya, mereka berhenti di depan sebuah gudang tua yang sudah lama tidak digunakan.

Pintu kayunya berderit saat pria itu membukanya. Di dalamnya, hanya ada rak-rak kosong yang tertutup debu, cahaya matahari masuk dari sela-sela atap yang rusak.

"Noir," pria itu berbicara pelan.

"Kau tahu, kan, kalau pekerjaan di sini bukan cuma sekadar mengumpulkan sampah?"

Noir menatap pria itu. Matanya yang dulu penuh kepolosan kini hanya berisi kehampaan. Ia tahu dunia ini bangsat. Dan ia tahu, tidak ada kebaikan yang datang tanpa harga. Suara pintu gudang menutup di belakangnya, mengunci mereka berdua dalam kegelapan yang penuh misteri.

Noir tahu, takdirnya baru saja berubah. Pertanyaan yang tersisa hanyalah, ke arah mana takdir ini akan membawanya?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!