NovelToon NovelToon
Akad Yang Tak Kuinginkan

Akad Yang Tak Kuinginkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikah Kontrak
Popularitas:15.7k
Nilai: 5
Nama Author: Shinta Aryanti

Jingga Nayara tidak pernah membayangkan hidupnya akan hancur hanya karena satu malam. Malam ketika bosnya sendiri, Savero Pradipta dalam keadaan mabuk, memperkosanya. Demi menutup aib, pernikahan kilat pun dipaksakan. Tanpa pesta, tanpa restu hati, hanya akad dingin di rumah besar yang asing.

Bagi Jingga, Savero bukan suami, ia adalah luka. Bagi Savero, Jingga bukan istri, ia adalah konsekuensi dari khilaf yang tak bisa dihapus. Dua hati yang sama-sama terluka kini tinggal di bawah satu atap. Pertengkaran jadi keseharian, sinis dan kebencian jadi bahasa cinta mereka yang pahit.

Tapi takdir selalu punya cara mengejek. Di balik benci, ada ruang kosong yang diam-diam mulai terisi. Pertanyaannya, mungkinkah luka sebesar itu bisa berubah menjadi cinta? Atau justru akan menghancurkan mereka berdua selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Savero yang Mulai Penasaran…

Kamar besar itu temaram, hanya lampu meja yang menyala redup. Savero baru saja selesai mandi, rambutnya masih basah, sementara di sofa pojok kamar, Jingga sudah meringkuk dengan selimut, masker masih menutupi wajahnya.

Savero berhenti di depan meja kerjanya, melirik sekilas ke arah sofa. Matanya menyipit.

“Tidur juga masih harus pakai masker? Memangnya kamu pasien karantina?” tanyanya datar, sarkas.

Jingga menggeliat, lalu menoleh malas. “Ya ampun, Bapak Direktur kok cerewet banget. Takut ketularan kalau saya covid? Tenang aja, ini cuma masker anti mimpi buruk. Biar Bapak nggak kaget lihat muka saya pas bangun tidur.”

Savero menyandarkan diri di meja, bersedekap. Tatapannya menusuk. “Kalau memang cuma karena alasan konyol, apa sampai harus tetap pakai masker bahkan saat tidur? Kamu pikir itu nggak bikin saya nggak curiga?”

Jingga cepat-cepat menarik selimut menutupi lehernya, hanya matanya yang menyembul. “Bapak ini kebanyakan nonton drama investigasi, ya? Santai aja, saya nggak sembunyiin narkoba di balik masker ini kok.”

Savero melangkah pelan ke arahnya, berhenti di depan sofa. “Saya nggak peduli dengan leluconmu, Jingga. Saya tahu ada sesuatu yang kamu tutupi. Luka di pelipis kemarin… jelas bukan karena jatuh.”

Jingga menoleh ke arah lain, lalu terkekeh kecil, suaranya tetap ringan. “Wah, Bapak pinter. Bisa buka jasa dukun ramal. Tapi sayang, saya ini bukan klien yang mau bayar jasa konsultasi dukun.”

Savero menunduk sedikit, nadanya dingin. “Jangan coba-coba menganggap saya bodoh, Jingga.”

Jingga balik menatapnya, matanya berkilat meski wajahnya tertutup masker. “Bapak itu terlalu serius. Hidup ini udah ribet, jangan ditambah ribet dengan nanya wajah saya. Toh Bapak juga nggak suka lihat saya, kan? Jadi bersyukurlah… setidaknya setengah muka saya ketutupan.”

Savero menghela napas kasar, wajahnya menegang. “Kamu benar-benar menyebalkan.”

Jingga mengangkat dua jempol dari balik selimut. “Thanks, Pak. Akhirnya ada pujian keluar dari mulut Bapak. Catet tanggalnya, ini sejarah.”

Savero mendengus, lalu berbalik, berjalan ke arah ranjangnya. “Teruslah bercanda, Jingga. Suatu saat… saya akan tahu apa yang kamu sembunyikan.”

Jingga berguling di sofa, menutup wajahnya dengan bantal, tapi tetap sempat bersuara. “Semoga sebelum itu, Bapak sudah bisa senyum dulu. Kasihan rahangnya kaku terus.”

Savero tak menanggapi lagi, hanya menarik selimut di ranjangnya dengan gerakan kaku. Ruangan itu pun kembali sunyi, meski ketegangan masih terasa di udara.

Malam itu kamar terasa sunyi. Savero duduk bersandar di ranjang, membuka beberapa dokumen di laptopnya. Sesekali matanya melirik ke arah sofa, tempat Jingga terlelap dengan posisi miring, masker masih menempel di wajah.

Angin dari pendingin ruangan membuat kain tipis selimut Jingga bergeser. Entah bagaimana, maskernya pun terlepas, jatuh begitu saja ke lantai. Savero semula tak terlalu peduli, tapi begitu tatapannya menangkap wajah yang selama ini sengaja ditutupi, napasnya sempat tertahan.

Pelipis Jingga lebam membiru, bawah matanya hitam, pipinya masih bengkak samar. Bukan sekadar goresan jatuh. Itu jelas pukulan.

Rahang Savero menegang. Ia mengepal tangannya di atas paha, ada dorongan kuat untuk mendekat, mengguncang bahu Jingga, menuntut penjelasan. Siapa yang melakukan ini? Pertanyaan itu nyaris lolos dari bibirnya.

Tapi kemudian ia menghela napas, pandangannya mengeras. Ia tahu, gadis itu takkan pernah berkata jujur. Jingga selalu menyembunyikan sesuatu di balik tawanya yang berisik dan celetukannya yang sok riang.

Savero menutup laptop perlahan, matanya masih menatap wajah yang babak belur itu. Ada rasa tak enak mengendap di dadanya, sesuatu yang menyerupai marah sekaligus… entah apa. Perasaan yang tak ingin ia akui.

Begitu Jingga menggeliat, nyaris terbangun, Savero segera mengalihkan pandangan. Saat gadis itu setengah sadar, ia meraba-raba wajahnya, menemukan maskernya di lantai, lalu buru-buru memakainya lagi. Ia sama sekali tak sadar kalau rahasianya sudah terlihat.

“Tidur lagi sana,” suara Savero datar, tanpa intonasi.

Jingga mendengus kecil dari balik masker. “Iya, iya. Bapak Bos juga tidurlah. Jangan kerja terus, nanti makin cepat tua dan keriput.”

Savero meliriknya sekilas, dingin. “Suara kamu aja udah cukup bikin saya keriput.”

Jingga terkekeh pelan, lalu memiringkan badan, kembali ke alam mimpi tanpa tahu tatapan yang menempel padanya barusan.

Sejak malam itu, Savero memilih diam. Ia pura-pura tidak tahu. Tidak pernah bertanya tentang memar itu, tidak pernah menyinggung alasan kenapa Jingga selalu tidur dengan masker, tidak pernah protes lagi melihat riasan wajah Jingga yang terlalu tebal di kantor.

Lebih mudah membiarkannya begitu, ketimbang mendengar alasan bohong yang pasti akan dilemparkan dengan senyum ceria. Namun jauh di dalam pikirannya, Savero menyimpan keyakinan satu hal: itu bukan luka jatuh. Seseorang telah menghancurkan wajah itu. Dan entah kenapa, ia merasa marah karenanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Beberapa hari setelah itu, wajah Jingga kembali seperti semula. Tidak ada lagi lebam, hanya senyum dan canda yang seolah tak pernah habis. Di ruangannya, ia kembali jadi sumber tawa, cerita-cerita recehnya selalu berhasil membuat Nisa dan Lidya tertawa sampai terpingkal.

Hari itu, menjelang jam sebelas, perut Jingga sudah berisik. Ia menepuk perutnya pelan, melirik jam, lalu menunduk nakal. “Oke, waktunya misi rahasia,” gumamnya. Dengan cekatan, ia meraih sebungkus mie instan dari laci, menyelipkannya di balik map, lalu kabur ke pantry.

Di pantry, ia mulai beraksi, air panas dituang, bumbu diaduk, aroma gurih langsung memenuhi ruang kecil itu. Jingga berdiri di depan meja, meniup mie sambil bersenandung kecil.

“Ahhh… beginilah hidup, sederhana tapi membahagiakan.”

Belum sempat suapan pertama masuk, pintu pantry terbuka. Jingga hampir tersedak saat melihat siapa yang masuk: Savero, dengan jas rapi, tampan seperti biasa, ekspresi datar, dan tatapan yang langsung jatuh pada mangkuk mie di tangannya.

“Jadi, di jam kerja kamu jadi chef dadakan?” suara Savero dingin, nyaris terdengar seperti tuduhan.

Jingga refleks menutup mangkuk dengan telapak tangan. “Eh, ini… ini cuma eksperimen kimia, Pak. Penelitian tentang… kandungan MSG pada suhu ruangan.”

Alis Savero terangkat. “Penelitian? Di jam sebelas? Dengan mie instan?”

Jingga tersenyum konyol, garpu masih tergantung di bibir. “Multitalenta, Pak. Bisa kerja, bisa riset, bisa makan.”

Savero melangkah masuk, berdiri di depannya. “Kamu sadar nggak, mie instan itu cuma bumbu garam sama minyak. Nggak sehat sama sekali.”

“Pak, jangan meremehkan mie instan.” Jingga mengangkat garpunya, seperti sedang pidato. “Dia teman setia rakyat kecil. Dia penyelamat di akhir bulan. Dia… “

“Dia penyebab kolesterol, maag, sama pingsan di meja kerja,” potong Savero datar.

Jingga nyengir, lalu pura-pura menahan tawa. “Bapak kayak dokter gizi keliling aja. Habis ini saya disuruh minum jus mengkudu?”

“Kalau perlu, iya.”

Jingga pura-pura ngeri, memegangi dada. “Astaga, jus mengkudu? Itu bukan minuman, Pak. Itu hukuman.”

Savero mendengus, sarkas. “Lebih baik jus mengkudu, daripada mie instan di jam sebelas pagi.”

“Pak,” Jingga mendekatkan mangkuk mie ke wajah Savero. “Sekali suap aja deh, biar tahu rasanya surga dunia. Nggak perlu nyinyir terus.”

Savero menatap mie itu lama, lalu menatap Jingga. “Saya lebih pilih lapar daripada racun instan kayak gitu.”

Jingga cengengesan. “Yaudah, kalau gitu saya doain Bapak mimpi mie instan malam ini. Biar kebawa ke alam bawah sadar.”

Savero berdecak, lalu berbalik menuju pintu. “Jangan sampai saya temukan kamu pingsan di ruang kerja karena perut bermasalah. Kalau sampai kejadian, saya nggak akan kasihan.”

Begitu pintu menutup, Jingga mendengus pelan, lalu terkekeh sendiri. “Kasihan? Halah, jutek-jutek begitu, tapi masih aja kepo sama isi perut aku.” Ia mengaduk mie, lalu melanjutkan makannya dengan senyum puas.

(Bersambung)…

1
Purnama Pasedu
ooo,,,,savero baru tahu,,,pelan pelan ya
Purnama Pasedu
pas tahu jingga dah nikah,gimana Kevin y
Mar lina
Semoga Kak Savaro
langsung mp sama Jingga...
biar Kevin gak ngejar-ngejar Jingga
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
Nuriati Mulian Ani26
ohhh kasihan jingga
Nuriati Mulian Ani26
😄😄😄😄😄. Thor lucu banget aduhhh
Nuriati Mulian Ani26
😄😄😄😄. keren alurnya thor
Purnama Pasedu
nikmatilah jingga
Nuriati Mulian Ani26
lucuuuuuuu
Nuriati Mulian Ani26
bagusss ceritanya
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙂𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profil ku ya😌
total 1 replies
Mar lina
aku mampir
Nuriati Mulian Ani26
😄😄😄😄😄 lucu menarik sekali
Nuriati Mulian Ani26
aku sangat tertarik kekanjutanya ..keren dari awal ceritanya
Halimatus Syadiah
lanjut pool
Lily and Rose: Siap Kak 🥰
total 1 replies
Purnama Pasedu
survei resepsi pernikahan ya jingga
Lily and Rose: Ide bagus… bisa jadi tempat buat mereka resepsi juga tuh Kak 😁
total 1 replies
Purnama Pasedu
kamu salah jingga
Lily and Rose: Iya, Jingga salah paham terus 😂
total 1 replies
Halimatus Syadiah
Thor up dete kelamaan ya, tiap hari nungguin trus , kl bisa tiap hari ya 👍
Lily and Rose: Siap Kak, Author update sesering mungkin pokoknya 🥰
total 1 replies
Desi Permatasari
update kak
Lily and Rose: Done ya Kak…
total 1 replies
Purnama Pasedu
ada kevin
Lily and Rose: Ide bagus 🥰
total 1 replies
Cookies
lanjut
Lily and Rose: Siap Kak
total 1 replies
Purnama Pasedu
Nisa yg lapor ya pa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!