Amira menikah dengan security sebuah pabrik di pinggiran kota kecil di Jawa Timur. Awalnya orang tua Amira kurang setuju karena perbedaan status sosial diantara keduanya tapi karena Amira sudah terlanjur bucin maka orang tuanya akhirnya merestui dengan syarat Amira harus menyembunyikan identitasnya sebagai anak pengusaha kaya dan Amira harus mandiri dan membangun bisnis sendiri dengan modal yang diberikan oleh orang tuanya.
Amira tidak menyangka kalau keluarga suaminya adalah orang-orang yang toxic tapi ia berusaha bertahan sambil memikirkan bisnis yang harus ia bangun supaya bisa membeli rumah sendiri dan keluar dari lingkungan yang toxic itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuni Soehardi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
“Kami berangkat dulu ya bu. Makanannya cukup sampai nanti siang kok. Ibu pulang tidak perlu memasak lagi. Assalamualaikum.” Pamit Amira
“Waalaikumsalam, hati-hati dijalan.” Balas ibu mertuanya.
“Mbak jangan lupa isi bensinku.” Ani mengingatkan kakak iparnya.
“Bensinnya masih cukup kok nanti saja setelah urusan kita selesai baru beli bensin. Ayo naik.” Kata Amira.
Mereka bersamaan berangkatnya dengan suami Amira.
“Kalian ini pagi-pagi mau kemana?” Tanya Dedy.
“Nanti saja aku cerita mas, kami lagi buru-buru. Assalamualaikum. Balas istrinya.
“Waalaikumsalam, hati-hati jangan ngebut.” Dedy memandang istri dan adiknya sampai motor mereka tidak kelihatan lalu mulai menstarter motornya dan melaju menuju pabrik tempat dia bekerja.
Amira dan Ani berhenti di sebuah gedung sekolah yang bangunannya bagus dan tamannya tertata dengan baik.
“Sekolah apa ini mbak? Hah ini kan sekolah yang mahal mbak?”
“Sudahlah ayo kita masuk. Kita mau lihat-lihat dulu kok. Kalau kau tidak cocok bisa ke tempat lain.”
Ani mengikuti langkah kaki kakak iparnya. Dia melihat ke kanan dan ke kiri semuanya serba luxurious dimatanya.
Amira menuju ruang kantor guru, dia mengetuk pintunya dan memasuki ruangan itu.
“Selamat pagi,” ucapnya yang kemudian dibalas oleh seorang laki-laki yang kira-kira seusianya sambil tersenyum
“Mari silahkan duduk, ada yang bisa saya bantu Bu?” Tanya nya.
“Begini saya membutuhkan informasi apakah masih ada kuota untuk murid baru?”
“Untuk siswa baru kami sudah tutup bu. Besok murid-murid baru sudah mulai orientasi.”
“Bagaimana untuk kelas pindahan pak apa masih ada tempat?”
“Kalau murid pindahan sepertinya ada karena ada dua murid yang pindah keluar kota mengikuti orang tuanya. Siapa yang mau pindah bu?”
“Adik ipar saya, dia dari SMU….., maunya pindah sekolah.”
“Boleh saya tahu alasan pindah sekolah?”
“Ada guru yang suka melecehkan muridnya pak tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa. Melapor pun tidak ada gunanya karena hubungan kekeluargaan dengan pejabat.”
“Hmm….begitu. apakah adik ini sempat mendapatkan perlakuan tidak senonoh oleh beliaunya?”
“Iya pak tapi saya melawan mukanya saya tinju tapi akibatnya saya tidak naik kelas. Saya punya buktinya kalau guru itu suka melecehkan murid perempuan. Ini ada di hp saya pak.”
Ani kemudian menunjukkan video dikelasnya saat guru itu tangannya berada dibalik baju atasan murid perempuan dan tangannya sedang meremas-remas.”
Guru itu terkejut mulutnya ternganga.
“Ya Tuhan orang ini saya kenal. Kok bisa dia sebejad itu. Apa tidak ada yang melaporkan? Video ini saja sudah jadi bukti kuat.”
“Percuma pak toh pada akhirnya yang melawan yang kalah.”
“Iya saya mengerti saya juga tahu keluarganya. Cuma saya tidak menyangka saja orang terhormat kok bisa-bisanya melakukan hal itu kebal hukum lagi. Menurut saya apa yang ibu lakukan sudah benar, lebih baik menghindar saja dengan orang-orang seperti itu.”
“Baiklah saya akan membantu bila adik ini berkenan meneruskan sekolah disini. Boleh saya lihat rapot nya?”
Ani menyodorkan buku rapot nya yang kemudian diperiksa oleh staff kantor sekolah itu.
“Nilainya untuk standart sekolah kami terus terang memang masih kurang tapi untungnya masih tertolong dan masih bisa naik kelas. Saran saya adik ini harus kursus bahasa asing terutama bahasa Mandarin, lebih bagus kalau kursus 3 bahasa sekaligus supaya tidak kewalahan mengejar ketinggalannya nanti.”
“Baiklah pak saya setuju. Surat pindahnya apakah bisa menyusul? Yang penting adik saya bisa diterima di sekolah ini dulu.”
Ani terbelalak saat tahu berapa juta yang diperlukan untuk masuk sekolah itu serta biaya SPP bulanannya. Tapi kakak iparnya dengan enteng menyetujuinya dan berdiri untuk mengurus pembayarannya di kasir.
Ani mengikuti langkah kakaknya dengan tergesa-gesa. “Mbak tunggu” katanya sambil terengah-engah. Dia masih tidak percaya kakak iparnya akan membayar biaya sekolah yang tidak masuk akal baginya.
“Ada apa….aku harus segera membayar tunggu mbak disini saja.” Tegasnya
“Tapi mbak ini tidak masuk akal.”
“Kenapa tidak masuk akal?” Amira keheranan sambil memandang adik iparnya.
“Ini terlalu mahal mbak. Ibu tidak akan sanggup membayarnya.” Sahut Ani
“Siapa yang menyuruh ibu membayarnya?” Ujarnya
“Sudahlah jangan ragu-ragu lagi waktunya terlalu mepet untuk mencari sekolah lagi. Tunggu mbak disini titik.”
Ani terduduk lemas dibangku yang ada dikoridor sekolah itu memandangi kakak iparnya berjalan menuju ruang kasir.
Tak lama kemudian kakak iparnya membuyarkan lamunannya. Dan mengajaknya meninggalkan tempat itu.
“Sekarang kita ke sekolahmu yang lama. Gantian kau yang menyetir ya karena kau yang tahu jalannya.”
Ani hanya menurut saja, diboncengnya sang kakak ipar hingga sampai di sekolah lamanya. Dia bahkan tidak menanyakan bungkusan yang dibawa kakak iparnya.
Sesampainya di sekolah ada seseorang yang menatapnya tajam. Dan mencegat langkah mereka. Ani ketakutan dan berlindung dibelakang kakak iparnya.
“Dia si guru mesum itu mbak.” Bisiknya lirih.
“Bisa tolong minggir? Kami ada urusan di sekolah ini dan kami tidak punya banyak waktu.” Ketus Amira dia tidak mengucapkan salam baginya orang itu tidak pantas dihargai apalagi dihormati.
“Ada urusan apa kalian kemari?” Tanya guru mesum itu.
“Yang jelas urusan kami tidak denganmu jadi sebaiknya kamu minggir.” Amira berjalan kesamping meneruskan langkahnya dan menabrak pundak guru itu.
Guru itu menatap dan mengikuti langkah mereka.
Setelah mengucapkan salam Amira mengemukakan maksud kedatangannya ke sekolah Ani untuk meminta surat keterangan pindah.
Guru itu masih berdiri diambang pintu.
Tidak sulit dan tidak lama urusan mereka selesai karena semua orang sudah tahu apa permasalahan Ani di sekolah itu.
Saat mereka keluar ternyata guru mesum itu menunggu mereka di sudut parkiran dan menghampiri mereka.
“Baguslah kamu tidak memperpanjang masalah dan pergi dari sini. Masih banyak murid yang lebih berguna daripada kamu.”
“Ya murid-murid sampah yang tidak memiliki harga diri dan cocok jadi murid dari guru sampah.” Balas Amira.
“Kurang ajar,” bentaknya sambil mengayunkan tangan hendak menampar Amira.
Tapi Amira menangkap tangan itu memelintirnya dan memitingnya dibelakang dan kemudian mendorongnya hingga laki-laki itu jatuh tertelungkup.
“Kau ingin mati ya” ujarnya sambil mulai menyerang Amira. Tapi Amira keburu menendang selangkangannya keras-keras hingga guru itu membungkuk sambil memegang senjatanya.
“Kalau kau sudah beristri kujamin kau tidak akan akan bisa memakai senjata mu selama beberapa minggu karena bengkak. Itu harga yang pantas untuk guru bang..t anj..ng keparat.” Hardik Amira sambil menyalakan motornya.
“Ayo dik cepat naik.” Perintahnya lalu segera berlalu dari halaman parkir sekolah itu.
Amira menyetir dalam diam. Kemudian dia berhenti didepan toko kue untuk membeli beberapa kue untuk dibawa pulang.
Sesampainya dirumah ibu belum pulang. Rumah sepi mereka makan siang berdua dalam keheningan. Ani shock ternyata kakak iparnya sangat bar-bar.
“Kau kenapa dari tadi diam membisu?” Tanya nya
“Tidak apa-apa. Hari ini kejutan begitu beruntun sampai aku tidak bisa berkata apa-apa mbak.” jawab gadis itu.
“Aku tidak menyangka mbak Mira begitu mudah mengeluarkan uang jutaan untukku. Apa mbak tahu kalau sekolah itu adalah sekolah yang paling mahal dan elit. Tidak semua orang bisa sekolah disitu mbak.”
“Kejutan yang lain ternyata mbak sangat bar-bar berani melawan orang yang paling ditakuti.” kata Ani.
“Urusan kita belum selesai dik, tugasmu sekarang browsing kursus Mandarin, jepang, bahasa inggris. Lalu kamu harus segera mendaftar, ga usah mikirin biaya itu urusan mbak.”
“Iya mbak.” Ani menjawab sambil memijit keningnya.