NovelToon NovelToon
Antara Dia Dan Dirimu

Antara Dia Dan Dirimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cahyaning fitri

Kiara Safira Azzahra harus menelan pil pahit mendapati kekasihnya tiba-tiba tidak ada kabar berita. Ternyata ehh ternyata, kekasihnya......

😱😱😱😱

Penasaran????

Yuk kepoin cerita author yang bikin kalian mewek-mewek baper abiss....

Hanya disini.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Banyu melihat Kia, temen kuliah nya duduk sendirian di taman, padahal hari sudah malam. Dan pemuda itu menghampiri temannya tersebut.

"Eh, Elo belum pulang? Sengaja nungguin gue.....?" tanya Banyu, dengan tengilnya.

"Ck, kepedean!" balas Kia, mengerucutkan bibirnya. Banyu tertawa kecil.

Kia memiliki keindahan yang unik dan menarik. Dua lesung pipi di wajah menjadi ciri khas yang membuatnya terlihat lebih cantik dan menarik. Meskipun dia jarang tertawa atau tersenyum, lesung pipinya tetap terlihat saat dia berbicara, memberikan kesan yang lembut dan menawan.

"Terus kenapa masih di sini?" tanya pemuda tengil itu.

"Lah, ini kan taman. Tempat umum. Nggak ada larangan orang duduk di sini sampai pagi pun," jawab Kia santai.

Banyu terkekeh. Apa yang dikatakan Kia memang benar adanya. Taman adalah tempat umum. Tidak ada larangan orang mau duduk di sana. Mau bersemedi di sana.Mau salto-salto di sana. Bebas intinya.

"Biasanya---kalau orang duduk sendirian di sini, pasti lagi banyak masalah?" tebak Banyu.

"Sok tau," sahut Kia, membuat pemuda itu terkekeh lagi.

"Terkadang---orang menyendiri itu karena ingin. Bukan karena ada masalah," katanya.

"Tapi nggak baik juga malam-malam menyendiri di sini. Kalau diintip pocong baru tau rasa," kata pemuda itu menakut-nakuti.

"Eh, elo jangan nakut-nakutin gue ya?" wajah Kia terlihat gelisah, mungkin dia mula takut.

"Elo apa nggak liat? Pohon beringin itu!" tunjuk Banyu, pada pohon beringin tua yang ada di sisi Utara taman.

Pohon rindang itu memang terlihat menakutkan saat malam tiba, tapi di siang hari, justru banyak orang yang berebut berteduh di bawah naungannya.

Tatapan Kia pun mengikuti arah telunjuk Banyu ke pohon beringin. Dan benar saja, pohon itu terlihat menakutkan saat malam hari.

Gelap.

Rindang.

Dan sepertinya banyak hewan malam yang bergelantungan di situ.

Ihhhh, serem.

Banyu terkekeh kecil saat melihat tubuh Kia merinding.

"Gue lagi pengen sendiri dulu," katanya, tatapannya kosong menerawang ke langit yang gelap. Hanya cahaya bulan dan bintang yang menyinari langit gelap itu.

"Nggak baik cewek cantik duduk sendiri di sini!"

Mendengar itu mata Kia mengerjap. Baru dia pertama kali yang memujinya cantik.

"Elo sedang ngegombal? Sayang---gombalan elu nggak berhasil di hati gue?"

"Hehehe, kepedean?" kekeh Banyu,"Tapi itu emang fakta, elo tuh cantik. Apalagi kalau senyum....!" kata Banyu lalu bangkit dari duduknya.

"Elo bawa motor? Mau gue antar pulang?" tawarnya. Walau menyebalkan, ternyata Banyu baik.

"Nggak usah. Gue bawa motor kok?" Kia ikut beranjak dari duduknya, "Gue juga mau pulang. Ternyata sudah jam 12 malam," katanya. Padahal Banyu nggak bertanya jam berapa.

"Emang kedua orang tua elo nggak nyari?" tanyanya lagi.

"Enggak." Sahutnya, "Mungkin kalau gue mati, mereka nggak akan bakal nyari"jawabnya, kemudian  menstarter motor bututnya, lalu pergi meninggalkan Banyu yang masih berdiri mematung.

Dan benar saja baru juga sampai di rumah, Rosalin sudah memukulinya dengan membabi buta. Lagi, dan lagi....dia harus jadi amukan mamanya jika dalam keadaan kesal dan jengkel.

*******

Keesokkan paginya.

Rasanya ada batu besar yang menimpa kepala Kia ketika membuka mata. Kia meringis pelan merasakan remuk pada tubuhnya. Dia berusaha meraih ponsel yang ada di atas nakas.

Waktu menunjukkan pukul 10 siang, sudah dipastikan kalau ke kampus akan sangat terlambat. Ia pun memilih bangkit, walau kepala rasanya pusing sekali.

Kia berdiri di depan cermin, menatap wajahnya sendiri yang sudah babak belur. Terdapat dua lebam dikedua pipi, belum lagi ada darah mengering disudut bibir.

Kalau sudah begini, rasanya ia tidak ingin apa-apa. Buat makan sakit, apalagi bicara, rasanya perih sekali.

Setelah menghabiskan waktu 30 menit di kamar mandi, Kia memilih untuk keluar rumah. Rumah sepi sekali.

Tidak ada makanan atau apapun. Sudah biasa bagi gadis cantik itu. Dia memang jarang makan, kalau papanya tidak ada di rumah. Kecuali kalau papanya di rumah dan bawa uang banyak. Meja makan yang kosong itu pasti akan berjejer makanan yang enak-enak.

Kia membuka kulkas, hanya ada buah jeruk dan air dingin.

“Lumayan buat isi perut,” gumamnya, sambil mengambil satu lalu menggigitnya.

Sambil duduk di ruang tengah,ia membuka ponsel. Seketika matanya berbinar-binar melihat pesanan dari klien yang membutuhkan jasa desain grafiknya. Disitulah dia akan mempunyai uang banyak untuk membayar biaya kuliah serta makan enak.

Kia membalas email itu satu-persatu. Lumayan ada dua klien yang membutuhkan jasanya.

Namun saat ingin mengerjakan pekerjaannya di rumah, nampak suara bising terdengar dari luar. Kia yakin itu suara mamanya dan Ratu yang baru pulang, entah dari mana.

Kia tidak bisa fokus mengerjakan kalau ada dua orang manusia tak ber akhlak itu, dia pun memilih kembali ke kamar, menyambar jaket serta kunci motor bututnya.

“Kenapa elo?” tanya Ratu,. menyebalkan sekali. Menatap Kia dari atas hingga bawah.

Kia hanya mendengus sebel, malas meladeni kakaknya.

“Abis kena tabok mama ya?” katanya tersenyum menyebalkan.

“Makanya jadi anak cewek tuh jangan suka ngelayap. Dan jangan suka ngelawan orang tua. Kena tabok kan?” ujarnya, tertawa mengejek. Kesal sekali hati gadis cantik itu.

Andai saja melawan orang tua itu nggak dosa, rasanya ia ingin membalas setiap pukulan dari mamanya tadi malam. Sayang Kia masih ingat dengan dosa—dia sadar bahwa Rosalin juga ikut berperan merawat dan membesarkannya. Meski sejak kecil tidak pernah memberikan kasih sayangnya dengan tulus, tetap saja dia orang tua yang mau membesarkan dan merawatnya sampai sebesar sekarang.

Suatu saat nanti—saat dia memiliki penghasilan yang lebih dari cukup, ia ingin pergi dari rumah itu, dan memilih nge-kos sendiri. Ya, nge-kos sendiri.

“Berisik elo,” sahut Kia, membalas perkataan kakaknya yang sangat menjengkelkan itu. Entah kenapa keduanya tidak pernah akur. Keduanya selalu terlibat adu mulut, dan ujung-ujungnya dirinya yang selalu disalahkan oleh sang mama.

Ratu tertawa kecil.

Tanpa pamit—Kia meninggalkan rumah. Pamit pun percuma, mamanya tidak akan perduli. Tapi kalau terlambat pulang,dia akan sangat marah sekali. Ujung-ujungnya penganiayaan fisik.

Kia melajukan kendaraannya berkeliling kota. Mencari tempat yang nyaman untuk mengerjakan pekerjaannya.

Rencananya dia ingin mengerjakan pekerjaan hingga siang hari, setelah itu langsung berangkat kerja untuk bersih-bersih.

Namun entah kenapa motornya berhenti di parkiran cafe yang semalam. Padahal dia sama sekali tidak ada niatan untuk datang ke cafe tersebut.

Bodo amatlah. Yang penting dia bisa mengerjakan pekerjaannya di tempat yang tenang dan nyaman.

“Gue parkirin dulu motornya disini?” monolognya.

Setelah memastikan motor butut kesayangan pemberian kakek diparkirkan dengan aman, barulah ia masuk ke dalam.

Cafe itu tidak terlalu ramai, mungkin karena masih pukul sepuluh lewat, hampir setengah sebelas. Hanya beberapa orang yang datang, entah untuk sekadar ngopi atau ngobrol dengan teman.

Tapi justru tempat yang sepi seperti itu yang Kia butuhkan untuk mengerjakan pekerjaan.

“Eh,kamu lagi?” ucap Pria baya yang tadi malam melayani pesanannya.

Kia saat ini duduk di salah satu bangku kosong, yang menghadap ke arah jendela.

“Iya, Om, ini aku,” jawab Kia, mengulas senyum tipis. Sangat tipis.

“Aku pesan jus alpukat ya, Om. Nasi goreng-nya, boleh deh?” katanya, memesan makanan pada om-om yang tadi malam.

“Okey, ditunggu sebentar ya?” kata pria itu sudah mencatat pesanan Kia.

Kia mengangguk sopan, sambil mengulum senyum, manis sekali.

Setelah om-om yang tadi malam sudah pergi membawa pesanannya, barulah Kia mengeluarkan laptopnya dari tas.

Laptop yang dia beli dari hasil keringatnya sendiri saat kedua kalinya ia menyelesaikan pesanan klien dari Perusahaan XX membuat desain brand produk.

Rosalin tidak tahu, apalagi papanya, Tio. Karena memang Kia mengerjakan pekerjaannya itu secara sembunyi-sembunyi.

“Silahkan,” ucap pria baya itu, sangat sopan dan ramah.

“Terima kasih, Om,” kata Kia, “Eh, Om….Kok om ngelayani sendiri sih? Kan ada pelayan, Om?” tanya Kia.

Pria baya itu mengulum senyum, lalu meminta izin pada gadis itu untuk duduk di hadapannya. Kia mengangguk sopan.

“Silahkan, Om?” kata Kia.

“Om bosan kalau hanya duduk diam di belakang. Sekali-kali om ikut turun tangan membantu anak buah om,” katanya, “Nama kamu Kiara ya?” tanya pria itu.

“Iya, Om. Kok om tau?” tanya Kia sambil menyeruput es kopinya.

“Ah, pasti si Banyu yang bilang….?” tebak Kia. Kan yang Kia tau, Banyu kerja di cafe itu.

Om-om itu malah terkekeh geli.

“Iya, dia yang bilang sama Om,” katanya.

“Nama om siapa?” tanya Kia kepo.

“Panggil aja Om Guntur,”

Gadis itu nampak angguk-angguk kepala.

“Kamu nggak kuliah? Apa jam kosong?” tanya Guntur menatap penuh selidik.

“Hari ini ada jam pagi, tapi aku kesiangan bangun,” kata gadis itu, tertawa kecil.

“Mahasiswi kesiangan….?”

Kia semakin terkekeh.

Melihat Kia tertawa seperti itu—mematahkan asumsi Banyu yang katanya gadis dihadapannya itu judes dan jutek. Ternyata tidak juga.. Buktinya Kia sangat ramah.

“Kamu ngerjain tugas kuliah?” tanya Guntur menelisik ke arah laptop Kia.

“Eh, ini….!” Kia nampak gugup, “Bukan, Om. Ini ada pesenan desain dari salah satu klien aku?”

“Wow, ternyata kuliah sambil berbisnis ya?”

Hehehehe….

Kia tertawa lagi.

“Masih kecil-kecilan sih. Aku hanya buka jasa sama beberapa orang saja,” katanya, “Dan klien ini salah satu klien tetap aku, Om?”

“Hebat kamu,” puji Guntur pada kemandirian gadis itu.

Guntur nampak memperhatikan---sejenak tatapannya tak sengaja melihat ada lebam di kening gadis itu, dan sudut bibir yang nampak pecah, terkena pukulan.

Matanya juga memperhatikan jejak kebiruan pada punggung tangan, nampak tidak jelas karena tertutup jaket, namun dia sangat yakin gadis itu mengalami kekerasan fisik.

"Kedua pipi kamu lebam-lebam begitu, kenapa?" tanya Guntur, sepontan membuat Kia terbatuk-batuk.

Kia meringis, la segera menyentuh pipinya sendiri.

"Apa yang terjadi?" tanya Guntur lagi, nampak khawatir.

"Oh, ini.....!" gadis itu tersenyum kecil. Tapi perasaan Guntur merasakan---gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

"Aku terjatuh di kamar mandi tadi malam, Om," jawabnya pelan, menundukkan kepala seolah ingin menutupi sesuatu.

Guntur menatapnya lekat, kedua alisnya berkerut seperti meragukan. Tapi dia menarik napas panjang, berusaha menahan diri agar tak langsung menuduh.

"Kalau gitu, hati-hati ya lain kali," katanya dengan suara yang berusaha terdengar lembut, meski matanya masih menahan tanya.

Kia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Matanya nampak berkaca-kaca, sedikit haru menelusup dalam dada karena mendapat perhatian kecil.

"Ya sudah, om ke sana dulu. Ada pengunjung tuh?" ujarnya sambil pamit, Kia pun langsung mengangguk cepat.

Sambil mengerjakan pekerjaannya membuat desain, tangannya sesekali bergerak menyuap mie goreng seafood yang dipesannya tadi. Tak terasa satu porsi nasi goreng ludes ia makan dengan jus alpokat.

Dua jam berlalu---tiba-tiba datang cheese cake di mejanya.

"Maaf,Saya nggak pesan," kata Kia.

"Dari pemilik cafe, katanya ini bonus," kata pelayan, berbicara ramah.

"Hah, serius?" tanya Kia, ada rasa senang dan juga terkejut.

"Iya," jawab pelayan wanita tersenyum kecil.

"Aduh, terima kasih banyak," Kia jadi nggak enak.

"Sama-sama," angguk pelayan itu lalu pergi meninggalkan Kia yang masih berkutat sibuk dengan pekerjaannya.

Tepat pukul satu, akhirnya Kia berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Ia revisi sebentar, barulah ia kirim ke klien.

"Semoga klien suka," gumamnya, sambil berdoa.

Kia melirik ke arah jam tangannya, ternyata dia menghabiskan waktu yang cukup lama di cafe tersebut. Hampir 3 jam lebih, dia jadi nggak enak sendiri. Cheese cake nya aja belum ia makan.

"Mbak," panggil Kia pada pelayan perempuan tadi

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya pesan orange jus, tapi dibungkus ya?" katanya, "Ehm, cheese cake bisa dibungkus juga nggak?"

Pelayan menatap cake yang masih utuh itu.

"Mau saya makan sambil nongkrong di taman depan," kata Kia lagi, sambil nyengir.

"Bisa," Jawab pelayan cepat.

"Terima kasih banyak," ujar Kia senang, lalu pelayan itu langsung pergi--- untuk menyiapkan pesanan Kia.

Setelah membayar semua pesanan, Kia menggendong tasnya dan melangkah menuju taman di depan kafe. Di jam istirahat ini, taman terlihat sibuk dengan orang-orang yang mengisi waktu sambil menikmati udara siang yang panas, namun karena adanya beberapa pohon beringin yang cukup rindang membuat taman tersebut sedikit teduh dan sejuk.

Ia duduk di bangku kayu, matanya mengamati riuh rendah di sekeliling—seperti dirinya, mereka beristirahat sambil cuci mata di taman terbuka yang cukup luas itu. Aroma harum dari gerobak ketoprak, gado-gado, mie ayam, soto, kerak telor dan siomay menguar ke udara, bergabung dengan teriakan ramah para pedagang kaki lima yang saling bersahutan menawarkan dagangan. Suara gelas es serut dan denting sendok menambah hangat suasana di sana, semakin ramai dan hidup saat makan siang seperti sekarang.

Kia kembali membuka laptopnya---dan seketika matanya berbinar saat baru saja menerima m-banking masuk ke rekeningnya. Uang 5 juta dari satu klien. Dan hari ini ada dua klien sekaligus. Mungkin akan ia selesaikan setelah pulang dari bersih-bersih apartemen.

"Alhamdulillah, Ya Allah. Rezeki anak Soleh!" ucapnya. Berbinar-binar.

*****

"Eh, Ne, si kacamata nggak berangkat?" tanya Banyu pada Anne yang hendak keluar dari kelas.

"Elo lihat dia di samping gue nggak?" tanya Anne galak.

Banyu langsung menggeleng-gelengkan kepala. Farel dan Gerry temen baru Banyu yang berdiri tidak jauh terkekeh.

"Ya berarti dia nggak masuk!" ketusnya. Sontak Farel dan Gerry tertawa keras.

"Idih, elo kok jadi judes kayak si kacamata?"

"Lagian elo---sudah tau namanya Kia, malah manggilnya kacamata?" sungut gadis berkucir kuda itu.

"Anne jangan marah-marah, nanti cantiknya ilang loh!" kata Gerry, dengan nada menggoda.

"Bodo amat! Awas minggir.....?" ketusnya, menyuruh temen baru Banyu minggir karena mengganggu jalannya.

Farel pun langsung menepi sambil tersenyum kecil melihat Anne begitu manis dan imut.

"Mulut ditutup, Rel!" kata Gerry, terkikik.

"Kenapa justru yang judes bin jutek cantik-cantik sih?" katanya. Gerry dan Banyu langsung tertawa.

"Iya juga ya. Justru yang judes dan jutek malah cantik-cantik," timpal Banyu. Gerry cuma manggutt-manggutt setuju.

"Nah, elo akuin kan, Si kacamata dan Si Anne cantik, sayang judesnya minta ampyun.......!" celoteh farel.

"Hey, gue juga cantik, kale...!” teriak salah satu mahasiswi yang mendengar tiga cowok itu memuji-muji Kia dan Anne sejak tadi. Mahasiswi bernama Mia itu tidak terima. Dengan dandanan cetar membahana, ia juga ingin mendapat pujian. Ketiga pemuda itu saling bertatapan, lalu meringis. Gerry segera mengajak kedua temannya pergi ke kantin, lantaran geli---ngeliat dandanan cewek itu yang mirip janda pirang kurang belaian.

"Gila tuh cewek, masih masih mahasiswi aja dandanannya kayak tante-tante!" celetuk Banyu, bergidik geli.

"Gue pikir tadi ondel-ondel jalan....!" timpal Farel, nafasnya ngos-ngosan karena baru saja berlarian.

"Gue malah salah kira---gue kira pengamen jalanan yang bawa kencring-kencring!"

"Itu bencong, Jirrr......!"

Buuuhahahahaha......

-

-

"Bang, bagi duit dong?" Anne menengadahkan tangan meminta uang pada abangnya. Ya dia sedang berada di ruangan Regan, memalak Abang satu-satunya.

"Lah, duit yang papa kasih abis?"

"Ya, gue abis belanja online. Duit gue abis, Bang?"

"Ya elah, boros amat kamu, Dek?"

"Abang kan tau---adek Abang yang cantik ini suka belanja. Duit segitu mana cukup?"

"Duit saku kamu banyak loh? Bersyukur kamu....!" tutur Regan, tapi tetep aja tangannya mengetik di handphone, mengirimkan sejumlah uang ke rekening adiknya.

"Thanks, Bang. Elo emang Abang terbaik....!" pujinya.

"Oya, nanti siang seperti biasa kan? Temen kamu bersih-bersih di apartemen Abang? Kardus-kardus nanti suruh buang ya? Nyesek-nyesekin ....!"

"Okeh," sahut Anne, lalu ia teringat, "Eh, hari ini dia nggak masuk kelas, Bang. Nggak tau kenapa tuh?" katanya.

"Terus dia bisa datang nggak?"

"Kayaknya sih dateng, tapi nggak tau juga. Nanti gue telepon dia deh?" ucap Anne.

"Kamu punya nomornya, Abang bagi dong?" pinta Regan, sedikit gengsi, tapi ia cukup penasaran.

Anne justru menatap penuh curiga.

"Buat kepentingan pekerjaan, biar gampang?" lanjutnya.

"Okeh," angguk gadis itu, "Tapi jangan kasih tau dia dulu, kalau Abang pemilik apartemen nya? Dan jangan kasih tau juga kalau Abang itu Abang gue.....?"

"Emang dia nggak tau?"

"Dia tau kalau gue punya abang--- tapi dia nggak tau kalau elo Abang gue.....? Dan sialnya---elo dosen di sini!"

Regan ngakak, kepalanya geleng-geleng.

Dulu, Kia sering main ke rumah Anne---tapi saat itu Regan sedang mengenyam pendidikan di luar kota. Kuliah di sana. Makanya keduanya tidak pernah bertemu.

Dan sekalipun Kia main ke rumah Anne---keduanya acap kali menghabiskan waktu di gazebo samping rumah Anne. Mengerjakan tugas-tugas sekolah semasa SMA di tempat teduh dan sejuk itu.

Saat Regan pulang liburan, mereka tidak saling bertemu ataupun bertatap muka. Wajar kalau mereka tidak saling kenal.

Tapi setelah Kia mempunyai kesibukan sendiri, mengerjakan desain dari klien, ia jarang ke rumah Anne, sahabatnya. Ia disibukkan dengan pesanan desain yang memakan waktu bisa seharian penuh ataupun berhari-hari. Semenjak itu keduanya jarang bersama. Bertemu saja di kampus.

Bersambung.....

Komen dong, Say. Nanti aku kasih panjang lagi. Ini 2000 kt loh ya.... 😂😂😂

1
Mintarti
lanjut thor
Aditya hp/ bunda Lia
semangat Kia ... 💪💪
Mintarti
woooee ternyata ratu ga punya aklak ank yg di banggakan jatuhlah dia
Mintarti
ibuk e edan kwi greget aku ,ibuk durhaka
Mintarti
sapa suruh tante ada udang dibalik rempeyek/Grin/
Mintarti
ntar lulus kedokteran ratu belum tentu laku
Mintarti
nasib baik tk ada yg tau sabar kia Alloh pd saatnya akan angkat derajat mu
Aditya hp/ bunda Lia
kayaknya Kia mau di suruh jadi pacar boongan lagi .... 🤭
Aditya hp/ bunda Lia
baca dari awal koq aku baru ngeh kalo ratu mantannya pak dosen itu kakak nya Kia .... faktor U dah makin lemot ajah nih otak ... 🙈
Aditya hp/ bunda Lia
harus super duper tegasnya pak dosen jahat juga gak apa-apa lah kalo Sama cewe ulet bulu modelan si ratu mah
Gustinur Arofah
klo bisa dilahirkan maunya di orang tua yg kaya raya, tak ada yg meminta untuk dilahirkan dr perbuatan apa pun, miris bgt klo sampe seperti itu. 😭😭😭
Aditya hp/ bunda Lia
ternyata benar .... yakinlah Ki kamu akan mendapatkan kebahagiaanmu
Oma Gavin
rumit banget hidup kia, tetap semangat dan tegar kia raih cita" mu tunjukkan pada mereka yg meremehkan mu
Gustinur Arofah
😭😭😭😭
Aditya hp/ bunda Lia
Oh tidak jadi Kia anak dari si perampok? 😱
benarkah???
Aditya hp/ bunda Lia
ternyata Banyu leukimia... 🥺🥺
Aditya hp/ bunda Lia
pasti di kasih kerjaan Sama om Guntur ...
Aditya hp/ bunda Lia
udah Kia Ama pak dosen ajah banyu sama Anne ... 🤭
Oma Gavin
ayo bayu gercep jgn sampai keduluan pak dosen
Aditya hp/ bunda Lia
cerita dosen muda selalu bikin nagih baca .... lanjut 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!