NovelToon NovelToon
Cinta Khanza

Cinta Khanza

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat
Popularitas:316.1k
Nilai: 5
Nama Author: Darmaiyah

Khanza dan Roland, sepasang insan yang saling mencintai, Karena Fitnah, Roland menyakiti Khanza, saat Roland menyadari kesalahannya, dia sudah terlambat, Khanza telah pergi meninggalkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permintaan Khanza

Assalamualaikum

Bertemu lagi para readers kece

"Jika beban hidupmu berat, maka bersabarlah, karena Tuhan hanya memberi ujian sesuai dengan kesamggupanmu.

By Rajuk Rindu

💖💖💖💖

Roland menghentikan mobilnya di depan villa, lalu turun, sudah enam bulan dia mengurung Khanza di sini, setiap kali melihat Khanza, hanya bayangan pengkhianatannya yang selalu terpampang dipikiran Roland, dia tidak pernah membiarkan Khanza keluar dan berintraksi dengan siapa pun.

Setiap hari minggu Roland akan datang ke villa, melihat keadaan Khanza dan mengantarkan semua kebutuhannya.

“Jangan pernah berencana kabur dari villa ini." kata Roland mengancam.

“Mas! Bolehkah aku meminjam ponselku, aku mau menelpon mama, aku takut mama khawatir.” Khanza merengek.

“Nih, nelpon seperlunya saja, dan jangan pernah mengadu apa pun.” Roland memberikan ponsel Khanza yang disitanya.

Sejenak Khanza menatap Roland yang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, Khanza beranjak mendekat, dia berniat meraih ponsel yang tergeletak di atas meja.

“Nelponnya di sini saja.” Roland mencekal tangan Khanza yang baru saja terulur meraih ponsel.

Khanza menatap tangan Roland yang mencekalnya, dengan cepat Roland melepaskan cekalan itu, kemudian mengibas-ngibaskan tangannya seakan membuang kotoran yang baru saja menempel di telapak tangannya. Entah kenapa Roland terus saja merasa jijik bersentuhan dengan Khanza.

Sambil menarik napas panjang, Khanza duduk di lantai hanya berjarak tiga meter dari Roland, benda pipih merek Samsung sudah berpindah di tangnnya. Dia mencari nomor kontak mama Ranti, seperdetik kemudian panggilannya tersambung.

“Assalamualaikum, Mama.”

“Waalaikum salam, apa kabar anak mama?”

Mendengar suara wanita yang telah membesarkannya, tanpa sadar dua bulir Kristal meluncur dipipinya, entah air mata karena rindu, atau air mata kerena beban yang ditanggungnya terlalu berat, ingin rasanya dia menangis dan mengadukan semua siksa batin yang dideritanya pada wanita itu.

“Maaf, mama belum sempat menghubungimu, mama masih di Thailand mengurus butik baru kita.”

Setelah usai resepsi pernikahan Khanza lima bulan yang lalu, Ranti langsung berangkat ke Thailand, dia membuka cabang bisnis Fashion designernya di sana. Ranti memang seorang pekerja keras, dia tidak pernah main-main dengan bisnis yang dikelolanya.

“Iya, nggak apa-apa, Khanza pun baru sempat menghubungi mama.” Suara Khanza terdengar serak, dia berusaha menahan agar tidak terisak.

“Kamu kenapa sayang? Terdengar sedih?”

“Nggak apa-apa, Ma!, Khanza cuman rindu sama mama, hiks, hiks, hik.” Akhirnya pertahanannya jebol, dia terisak.

“Sayang, mama juga rindu sama kamu, kamu jangan sedih lagi ya, insyaallah dua bulan lagi mama akan kembali ke Indonesia.”

“Iya, Ma!.” Ucap Khanza menghapus air matanya, seraya melihat kearah Roland yang dari tadi menguping dan menatapnya tajam.

“Udah dulu ya. Ma!.” Ujar Khanza mengakhiri telponnya. Khanza menyerahkan kembali ponsel pada Roland.

"Catat semua kebutuhanmu." lanjut Roland sambil menyerahkan selembar kertas dan pena.

"Kembalikan saja ponselku." kata Khanza memberanikan diri menatap Roland.

"Jangan harap!" bentak Roland, mata membulat menatap Khanza.

"Tapi mas.."

"Tidak ada, tapi-tapi." ucap Roland lagi.

"Kau ingin ponselmu, supaya bisa mengadu dengan keluargamu, dasar tak tahu malu!" kata Roland dengan nada sedikit tinggi.

“Tidak mas, aku janji tidak akan mengadu pada siapa pun.”

“Aku tak akan pernah percaya, pada wanita kotor macam kamu.” Ucap Roland memandang rendah dengan nada sinis pada Khanza, seakan Khanza tidak ada harga di matanya.

"Ingat!! tidak seorangpun yang boleh tau tentang masalah kita, keluarguku, begitu juga keluargamu." kata Roland.

“Sekarang catat keperluanmu, tidak ada bantahan.” Ujar Roland melempar kertas dan pena ke arah Khanza.

“Aku tidak butuh apa-apa.” Ujar Khanza terus beranjak, meninggalkan kertas dan pena yang tergeletak di lantai.

“Brakk.” Khanza membanting daun pintu, hingga menimbulkan bunyi yang sangat keras dan mengejutkan Roland.

“Brakk.” Roland menendang daun pintu yang belum sempat Khanza tutup dari dalam, dan daun pintu itu menghantam jidatnya. Hingga menimnulkan memar yang memerah.

“Sudah berani membantahku.” Roland mendorong tubuh Khanza hingga terduduk di tepi tempat tidur.

“Plak.” Satu tamparan mendarat dipipinya.

Khanza sudah memancing emosi Roland, efek tamparan keras Roland, membuat telinga Khanza berdegung, dan kepalanya berdenyut nyeri. Seketika tubuh Khanza bergetar karena mengigil menahan kesedihan yang berlebihan. Air matanya tumpah ruah tak bisa dibendung menganak sungai.

“Kenapa kau begitu jahat mas, hiks, hiks, hiks.” Khanza terisak, sekarang jiwa dan raganya betul-betul sakit.

Enam bulan sudah dia menjadi tawanan Roland, Roland yang dulu begitu lembut dn romantic, berubah arogan dan brutal sejak kejadian malam itu. Rasanya Khanza ingin mati saja dari pada diperlakukan seperti ini.

“Kau yang sudah membuatku menjadi jahat, wanita murahan!” Ujar Roland menohok tubuh Khanza hingga terjerembab di atas tempat tidur.

“Maafkan aku, Mas! Maafkan aku, hiks, hiks, hiks” Kata Khanza seraya bangkit dan meraih tangan Roland, tangisannya semakin kuat. Tangannya gemetar menahan gejolak perasaan hati yang tercabik-cabik, karena lelaki yang begitu mencintai dulu, kini telah berubah menjadi sangat membencinya.

“Bunuh saja aku. Mas, Bunuh!” Khanza meraih kedua tangan Roland, terus meletakkan di lehernya agar Roland mencekik.

“Kau ingin akan berdosa, sama sepertimu. Hah!” Roland menarik tangannya, lalu mencengkram kuat dagu Khanza, hingga memaksa Khanza menatap ke arahnya.

Tajamnya tatapan Roland membuat bulu kuduk Khanza merimang, dia menarik tangan Roland agar melepaskan cengkramanya, lalu menepis dan menjauhkan tangan Roland, geraham Roland mengeras membentuk wajah sangar, seakan dia siap memangsa musuhnya, tatapan matanya begitu tajam, menembus manik mata Khanza yang berair dan berkabut.

“Jangan pernah berpikir untuk mati, sebelum bertaubat.” Cerca Roland seraya menunjuk dada Khanza dengan telunjuknya. Lalu dia bangkit dan beranjak membalikkan tubuhnya, jika dia tetap berada di dekat Khanza, maka akan terjadi hal yang lebih dahsyat dari tadi.

“Brakk.” Dia menghempas keras daun pintu kamar Khanza, lebih kencang dari yang Khanza lakukan. Khanza hanya bisa menarik napas dalam.

Dengan mata berkaca-kaca, Khanza menatap daun pintu yang sudah dua kali menjadi sasaran kekesalnya dan Roland. Khanza merebahkan tubuhnya, lalu meraih bantal guling dan membenamkan wajahnya di sana, entah berapa lama dia menangis hingga dia tertidur lelah.

Sementara itu, Roland yang berada di kamar sebelah, duduk dipinggiran tempat tidur sambil bertekuk lutut, dia menangkupkan kedua tangan ke wajah berulang kali. Lalu meremas rambutnya, ada rasa sesal yang bergelayut di palung hatinya, terus saja itu yang dirasakannya, apabila dia telah melakukan tidak kekasaran pada Khanza.

“Maafkan Mas, Khanza.” Ucap Roland dengan mata berkaca-kaca, jauh dilubuk hatinya dia masih sangat menyayangi wanita itu.

Perlahan Roland beranjak dari tempat tidur, masuk ke kamar mandi, membasuh mukanya, dia berusaha mendinginkan emosinya, setelah merasa agak tenang, dia keluar kamar dan berjingkat mendekati kamar Khanza, kemudian mengintip dari celah pintu yang terbuka. Roland melihat posisi Khanza berbaring, dengan menekukkan tubuhnya seperti bayi di dalam kandungan dan membenamkan wajahnya ke bantal guling.

“Pasti dia habis menangis.” Batin Roland. Rasanya dia ingin merengkuh wanita malang itu. Namun saat dia ingin melangkah masuk, bayangan malam itu terlihat jelas kembali.

“Apa yang sudah merasuki otakmu Roland.” Batinnya, kemudian menepis rasa empati yang tadi sempat singgah dipikirannya.

💖💖💖

Hay para readers, bantu author ya dengan cara tekan like dan komen.

Biar akunya lebih semangat lagi nulisnya

Terima kasih🙏🙏

1
kalea rizuky
jangan mau rianty nanti qm di selingkuh in lagi g cinta tp nanca di embat menjijikkan
kalea rizuky
tukang selingkuh ya Abimanyu astaga rianty apes bgt dpet suami bekas jalang2
kalea rizuky
njirr najis ne Abimanyu moga rianty tau suaminya ehem2 ama madunya
kalea rizuky
meski gt Roland uda pernah kn cium2 agnis uda sempet naksir jalang agnis g jijik kah qm
kalea rizuky
ujungnya balikan hadeh ketebak semua novel mu gt semua g ada ciri khas nya Thor habis di sakitin di injak2 di selingkuh in balikan wess gt aja teros ampe kiamat Thor bkin novel mbok yo jangan samaan
marlaina marliana
abimayu pinter. dgn begitu tak perlu menghabiskan energi mengalahkan kelicikan 👍👍
marlaina marliana
sedih.... 😭😭
hiks... hiks...
Qaisaa Nazarudin
Salahkan saja Boss mu yg BODOH itu,Luas hati aku dengan apa yg Roland alami sekarang ni..
Hana Roichati
jalan ceritanya bagus,
terimakasih thor, sukses selalu
Hana Roichati
terimakasih bagus banget novelnya thor aku suka 👍👍❤❤
Rajuk Rindu: Terima kasih sudah baca novelku
total 1 replies
Hana Roichati
jalan ceritanya the best 👍👍
Popy Setyaningsih
rifal munafik
de eva
👍
Himna Mohamad
tdnya belain agnis,,giliran tauu lngsung dechh,rifal sok tauu
Iis sunarsih
Lumayan
Nispu Wati
Bukan imsyaf menyesali dosa memisahkan,Abimanyu dan ranti
Rokinah Mamasurya
cerai ajalah hidup rumah tangga 3 tahun kok betah ya...kalau saling menyakiti...
Ketrin Koritelu
ini pemeran utamanya yg mana si
Egha
memuaskan
Nur Janah Janah
seru
Rajuk Rindu: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!