Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan di awal hari
Langit mulai terang ketika Hasbi keluar dari rumah sakit. Lampu jalan memantulkan cahaya kuning pucat di trotoar basah sisa hujan malam tadi. Tubuhnya terasa lelah, ditambah perut bagian bawah terus-menerus nyeri sejak kembali ke rumah sakit semalam. Bisa jadi mag nya kambuh, ditambah lagi dia belum menelan apapun sejak datang mengantar pakaian.
Perubahan sikap Laras membuatnya berpikir keras, hingga melupakan waktu makan malamnya.
"Bu?" Hasbi baru saja sampai rumahnya, dan mendapati seorang pria asing duduk di ruang tamu bersama ibunya.
"Ini...Nak Rendi, katanya datang untuk menjemput Laras, apa laras udah ijin sama kamu mau pergi ke luar kota?" Nur menjelaskan keperluan pria asing itu.
"Menjemput?" kernyit samar muncul di kening Hasbi. "Nggak ada, Bu. Laras nggak ada ngomong apa-apa!" Hasbi menahan nyeri di perutnya. Langkahnya terayun cepat menuju kamar utama, emosinya tersulut akibat berita yang di dengar.
Brak!
Pintu di buka dengan kasarnya.
Laras yang sedang memoles lipstik di bibirnya, menatap Hasbi dari cermin meja rias.
"Mau kemana kamu? Siapa laki-laki di bawah itu, ha?!" Di dorong rasa marah, Hasbi bertanya dengan nada tinggi.
Laras tak segera berbalik, ia merapikan terlebih dahulu lipstik yang keluar dari garis bibirnya dengan cotton bud, baru kemudian berbalik menatap Hasbi yang menuntut penjelasan.
"Aku mau liburan, dan yang di bawah sana itu sopir temanku, tadi dia datang kepagian, aku belum mandi, jadi ku suruh masuk dulu."
"Laras, sejak kapan kamu punya teman, tiba-tiba ingin liburan? Enam tahun kita bersama, baru ini kamu bicara omong kosong begini!"
Senyum Laras tersungging. "Aku nggak bicara omong kosong, kok. Serius aku mau liburan sama temanku."
Mata Hasbi awas menilai setiap jengkal tubuh istrinya. Ia baru menyadari gaya penampilan Laras sangat berbeda, perempuan itu terlihat lebih fresh dan juga anggun di saat bersamaan.
Di luar, langit pagi mulai terang. Di dalam, kamar itu penuh ketegangan. Di luar, sinar pagi terasa menghangatkan, sedangkan di dalam kamar, auranya dingin membekukan.
"Kamu nggak boleh kemana-mana!" Hasbi menarik pinggang Laras, kedua tangannya merangkul pinggang Laras yang ramping.
"Lepaskan! Kamu apa-apaan, sih!?" Laras meronta.
"Sayang, aku tau kamu lagi marah sama aku karena nggak pulang semalam kan? Ini sungguh nggak seperti yang kamu pikirkan, aku semalam sungguh ketiduran di rumah sakit," Lelah meronta, Laras membiarkan Hasbi memeluk tubuhnya. "Setelah Hera sembuh, aku akan mengurangi perjalanan dinas dan lebih banyak waktu di rumah untuk menemanimu. Aku janji nggak akan buat kamu kecewa lagi."
"Kamu nggak perlu janji-janji gini, nggak ada gunanya juga." Laras sengaja menyindir, kala dia merasakan getar ponsel di saku celana Hasbi. Tak perlu bertanya, ia tahu siapa si penelepon itu.
Hasbi buru-buru mengangkat teleponnya, sedikit menjauh dari Laras, tapi tak benar-benar pergi dari kamar itu.
"Nggak bisa, aku harus kerja. Nanti aku datang setelah pulang dari kantor." Suara Hasbi masih bisa di dengar Laras. Sepertinya Hera terus mendesak Hasbi untuk kembali ke rumah sakit.
Laras akan menutup kopernya saat lagi-lagi tangannya di tarik Hasbi.
"Laras, aku benar-benar melarangmu pergi! Jika itu tetap kamu lakukan, maka... " Hasbi sengaja menjeda ucapannya.
Laras terpancing, perempuan itu bertanya, "Maka apa?" tanyanya menantang.
Hasbi menatap Laras sedikit lebih lama. Entah mengapa hatinya tiba-tiba diliputi rasa takut tak beralasan.
Saat rahangnya hendak membuka, suara pelan dari arah pintu mengagetkan nya.
"Mama jangan pergi!" Naila muncul, bocah enam tahun itu memandang laras dengan mata berkaca-kaca. Kaus tidur bergambar unicorn yang dibelikan Laras saat itu, melekat di tubuh kecilnya, tampak pas, juga menggemaskan.
Dua bulan, Laras merawat mereka dengan tulus dan ikhlas, menganggap keduanya malaikat kecil pembawa cinta. Banyak hal yang sudah mereka lakukan bersama, banyak momen bahagia dan haru yang tentu membuat mereka mulai terbiasa dengan satu sama lain.
Laras menutup mata sejenak. Saat membukanya, suaranya tenang. "Urus anakmu! Aku sudah di tungguin."
"Kamu tega tinggalkan anak kita? Demi liburan ga jelas sama teman kamu? " tanya Hasbi. Hening mengambil tempat.
Tak lama, langkah kaki mendekat. Nur.
"Laras, kamu mau pergi ke mana, Nak?" suara Nur bergetar.
######
Langkah yang tepat g sih, Laras pergi dari rumah?
Teman-teman yang kemarin kasih vote, makasih banget ya...
Jangan lupa like, komen dan bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Happy Reading...