Di suatu hari paling terpuruk di hidup Dinda, dia bertemu dengan seorang wanita paruh baya. Wanita tua yang menawarkan banyak bantuan hanya dengan satu syarat.
"Jadilah wanita bayaran."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WB&CEO Bab 5 - Permintaan Liora
Sementara itu di tempat lain, Alden terus berusaha untuk menemui Liora dan menjelaskan semuanya.
Bahwa yang terjadi semalam hanyalah sebuah kesalahpahaman, bahkan Alden sedikitpun tidak mengenal wanita sialan itu.
Tapi sayang hingga pagi ini Liora tidak bisa dia temui.
Semalam Alden gagal mengejar sang kekasih, karena dihalang oleh dua bodyguard suruhan Gaida. Sementara hingga pagi ini nomor Liora pun tak bisa Alden hubungi.
"Huh," Alden mendesah pelan, dia duduk di tepi ranjang dengan perasaan kalut.
Disaat dia ingin melamar Liora, justru ada kejadian sial seperti ini.
Tapi Alden tak sempat memikirkan wanita asing itu, dia masih terus berpikir bagaimana caranya agar bisa bertemu dengan Liora.
Di pandang sebagai pria badjingan seperti ini sungguh membuatnya merasa tak nyaman. Terlebih yang memandangnya hina adalah wanita yang paling dia cintai.
Alden melihat jam di dinding, melihat angka 6 pagi tertera di sana. Sebelum jam kantor nya tiba dia berniat mendatangi rumah Liora.
Lantas dengan segera dia pun bangkit, merapikan tempat tidurnya sendiri dan segera mandi.
Lalu pergi meninggalkan apartemennya yang sederhana ini. Sebuah apartemen yang di mata Gaida terlihat seperti rumah susun.
Menggunakan motor matic miliknya, Alden sampai di pintu gerbang rumah sang kekasih.
Dia mendatangi pos satpam dan minta di panggilkan Liora.
"Maaf Tuan, Nyonya Gaida sudah meminta saya untuk melarang Anda masuk."
"Baiklah, tapi aku mohon tolong katakan pada Liora jika aku ada di sini."
Petugas keamanan itu terlihat sedikit ragu, dia tahu permasalahan yang ada di antara Alden, Liora dan Gaida.
Kedua orang yang saling mencintai namun terhalang oleh restu.
"Aku mohon, Pak. Jika Nyonya Gaida marah aku yang akan menghadapinya."
"Baiklah, saya akan coba menghubungi nomor telepon rumah. Kalau yang mengangkatnya adalah nyonya Gaida sebaiknya anda pergi."
Alden mengangguk setuju.
Petugas keamanan itu kemudian kembali ke dalam posnya dan menghubungi nomor telepon rumah melalui saluran telepon yang terhubung di sana.
Untunglah saat itu yang mengangkat adalah salah satu pelayan, petugas itu pun mengatakan tentang Alden yang ada di sini.
Dan setelah panggilan itu putus Alden hanya terus menunggu, terus melihat jam di pergelangan tangannya yang berjalan mendekati angka 8.
Liora tak kunjung datang, sementara dia harus segera pergi ke perusahaan. Bekerja sebagai karyawan biasa membuatnya tak bisa berbuat semaunya.
Aku mohon Liora, keluarlah. Aku tidak ingin kesalahpahaman ini semakin berlarut di antara kita. Batin Alden.
Dia masih berdiri di depan gerbang pintu rumah ini dan menatap ke arah dalam sana, sangat berharap Liora segera keluar dan menemui dia.
Tapi setelah lama menunggu bukan Liora yang keluar dari sana, melainkan ponselnya yang berdering nyaring.
Dan saat Alden melihat ponsel itu ternyata panggilan dari sang kekasih.
Tanpa mengulur waktu Alden pun langsung menjawabnya dengan cepat.
"Liora, dengarkan aku sayang_"
"Tidak, sekarang kamu yang harus dengarkan aku!" potong Liora dengan cepat, di menit pertama Alden menunggu dia di depan gerbang, di saat itu juga dia melihat sang kekasih dari balik jendela kamarnya yang berada di lantai dua rumah ini.
Dia menatap nanar sang kekasih yang telah berkhianat.
Kurang apa Liora, selama ini dia sudah menerima Alden dengan sepenuh hati tanpa memandang kasta yang sangat berbeda di antara mereka.
Tapi dengan teganya Alden berkhianat bahkan sampai memiliki anak dari wanita lain.
"Tidak Liora, jangan pernah berpikir sedikitpun untuk mengakhiri hubungan kita. Aku berani bersumpah tidak mengenal wanita itu."
"Aku tidak bisa mempercayai ucapanmu Al, sangat sulit untuk aku mempercayainya. saya di depan mataku sendiri dia mencium bibirmu dan mengatakan telah mengandung anak kalian."
"Wanita itu jalaang!"
"Terserah aku tidak peduli."
"Katakan padaku Liora, aku harus bagaimana agar kamu percaya."
"Aku ingin bertemu dengan wanita itu lagi, aku akan pastikan sendiri apakah kamu memiliki hubungan dengan dia atau tidak!!" balas Liora dengan suara yang menggebu, bahkan sudah ada air bening yang jatuh di kedua matanya.
Alden pun mampu mendengar isak tangis dari sang kekasih.
Dan mendengar tangisan itu membuatnya diam seribu bahasa, sungguh tak sanggup rasanya mendengar tangis Liora.
"Aku bersumpah tidak mengenal dia Liora."
"Aku tidak peduli Al, bawa dia di hadapan ku dan katakan langsung kata-kata mu itu di depan mataku."
Panggilan itu lebih dulu Liora matikan sebelum Alden sempat menjawab ucapannya yang terakhir.
Dadanya sesak sekali, rasanya tak sanggup semakin lama membicarakan tentang ini, tentang luka yang merobek hubungan diantara mereka.
Kenangan indah yang pernah tercipta seolah sirna begitu saja.
Tangis Liora bahkan semakin pecah saat dari atas ini dia lihat Alden yang kemudian kembali naik ke atas motornya dan pergi dari ke depan gerbang rumahnya.
Larut dalam kesedihannya sendiri, membuat Liora tak sadar jika sadari tadi Gaida sudah masuk ke dalam kamarnya dan mendengar semua pembicaraan dia dengan Alden.
Dan mendengar percekcokan di antara keduanya tentu saja Gaida merasa sangat puas. Kini tugasnya hanya tinggal membuat kebencian Liora semakin bertambah banyak.
"Sayang, berhenti menangis Nak," ucap Gaida, dia peluk erat sang cucu kesayangannya. Cucu yang nanti akan dia nikahkan dengan pewaris dari keluarga kaya raya. Cucu kebanggaannya yang akan membuat hartanya semakin berlimpah ruah.
"Nek," sahut Liora, seraya membalas pelukan sang nenek tak kalah, tangisnya pun jadi semakin pecah.
"Sudah berulang kali nenek katakan padamu dia bukanlah pria yang baik, sekarang kamu tahu sendiri kan?"
Liora tak mampu menjawab, hanya terus menangis hingga tersedu.
"Lebih baik segera akhiri hubunganmu dengan dia, dan biarkan nenek yang akan menentukan siapa calon suamimu nanti."
Mendengar itu Liora pun melarai pelukan di antara mereka berdua, menghapus air matanya sendiri dengan kedua tangan dan menatap sang nenek.
"Tunggu Nek, aku akan pastikan ini semuanya terlebih dahulu. Nenek yang paling tahu, aku sangat mencintai Alden," jawab Liora, dia pun tak ingin menyesal di kemudian hari. meski rasanya sangat kecewa namun dia tetap ingin memastikan semuanya.
Dan mendengar jawaban sang cucu, tentu saja membuat Gaida merasa kesal. Di antara bibirnya yang tersenyum kecil, kedua tangannya pun terkepal kuat.
"Baik, lakukanlah," balas Gaida kemudian.
Tapi kali ini, ku pastikan kamu tak akan lagi bisa berkilah sayang. Kamu akan langsung memutus hubungan menjijikkan itu. Batin Gaida pula, lengkap dengan saringai kecil di ujung bibirnya.
Sementara itu di tempat lain, Alden dengan sangat terpaksa menggunakan uang yang selama ini ia kumpulkan untuk membayar seorang detektif.
Mencari seorang wanita yang telah berani merusak hubungannya dengan Liora.
Selagi mampu, Alden takkan pernah meminta bantuan dari keluarganya sendiri, keluarga Carter.