Gavin Wiliam Pranaja seorang dokter tampan yang terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya karena ancaman yang di dapatkannya.
Ancaman untuk mencoreng nama nya sebagai salah satu pewaris keluarga Pranaja, bukan masalah gila harta, tetapi Rumah sakit menjadi salah satu aset yang tertera dalam hak waris. Sebagai seorang yang berjuang, tentu ia tidak akan mau merelakan rumah sakit impiannya begitu saja, terlebih lagi pada sang kakak yang begitu membencinya dan selalu merasa tersaingi.
Perjodohan tak bisa di hindarkan, meskipun gadis yang akan bersanding dengan nya memiliki sifat berbalik dengan sifatnya. Kekanakan dan sangat manja, Gavin membencinya.
Kirana Zahrani, seorang gadis belia yang pasrah di jodohkan dengan seorang dokter tak dikenalnya karena alasan membalas budi baik keluarga Pranaja yang telah membantu operasi sang Papa.
Ejekan dan hinaan di dapatkan Kirana, tetapi ia menanggapinya dengan penuh kesabaran, kesabaran yang berujung perasaan tak di undang untuk satu sama lain. Kelembutan dan ketulusan Kirana membuat hati Gavin menghangat hingga tanpa sadar perasaan itu hadir padanya.
updated pukul 12.00 WIB
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Adil!
Makan malam terasa hangat karena diisi perbincangan dua keluarga, Mama Ayu dan Papa Raden begitu antusias memuji kecantikan Kirana dan blak-blakan mengatakan tak sabar untuk menjadikan gadis itu menjadi menantu mereka.
"Kirana cantik sekali, Tante jadi gak sabar mau jadikan kamu mantu." Ucap Mama Ayu seraya mengusap kepala Kirana.
Kirana tersenyum canggung, ia melirik ke arah pria yang terlihat duduk diam dengan wajah yang di pasang sedingin mungkin.
"Astaga, bagaimana bisa ia makan dengan wajah datar seperti itu." Batin Kirana sesaat memperhatikan Gavin.
"Kirana." Panggil Leli menyadari putrinya terus menatap Gavin.
"Eummm iya Ma?" sahut Kirana menoleh ke arah Mama Leli.
"Jadi kapan acara pernikahannya Pak Andrian?" tanya Papa Raden seraya memasukkan potongan daging ke mulutnya.
"Saya ikut anda saja, Pak." Jawab Papa Andrian seraya tersenyum lebar.
"Aku menolak perjodohan ini, Ma, Pa." Tegas Gavin beranjak dari duduknya.
"Gavin! kamu bicara apa sih?" tanya Mama Ayu ikut berdiri dari duduknya.
"Aku tidak mau, Ma. Aku tidak mengenal dia dan sekarang secara tiba-tiba kalian ingin menjodohkan kami?" jawab Gavin dengan nada dingin nya.
"Tutup mulutmu Gavin! duduk dan diam." Timpal Papa Raden membuat Gavin kali ini diam dan memilih untuk kembali duduk.
Kirana menatap Gavin tak kalah dingin, ia juga tak akan mau menerima perjodohan ini tetapi bukan berarti ia akan mengatakan itu semua secara langsung. Ia tidak mungkin menyakiti Tante Ayu dan Om Raden.
"Maafkan Gavin ya, Leli." Ucap Mama Ayu tampak tak enak hati.
"Gak apa-apa Ayu, kami mengerti bahwa Gavin dan Kirana sama-sama butuh waktu untuk saling kenal." Balas Mama Leli lembut.
"Gavin, ikut Papa, papa mau bicara!" tegas Papa Raden lalu mengajak Gavin pergi ke ruang kerjanya.
"Ya udah ya Ayu, kami pulang saja. Terima kasih untuk makan malam lezatnya," pamit Mama Leli.
"Lohh tapi kalian belum makan kue nya." Sahut Mama Ayu.
"Lain kali mungkin Nyonya, kami permisi dulu." Tutur Papa Andrian.
Kirana ikut bangkit dari duduknya ketika kedua orangtuanya tampak bersiap pulang, ia menyalami tangan Mama Ayu sebelum pergi.
"Sabar ya Nak, mungkin Gavin memang butuh waktu." Ucap Mama Ayu mengusap bahu Kirana pelan.
"Iya Tante, aku permisi." Balas Kirana lalu pergi dari hadapan Mama Ayu.
Sementara Gavin saat ini sedang di introgasi oleh Papa Raden, Gavin tampak menundukkan kepalanya karena baginya sang Papa yang paling ia hormati.
"Papa mendapatkan jawabannya." Ucap Papa Raden seraya duduk di depan Gavin.
Gavin mendongak menatap pria paruh baya itu dengan penuh tanya. "Maksud Papa?" tanya Gavin bingung.
"Kamu mengikhlaskan semua harta kekayaan Papa untuk Fahri dan kamu tidak akan mendapatkan sepeser pun termasuk rumah sakit." Jawab Papa Raden tenang.
"Papa itu tidak adil!" protes Gavin sampai memajukan kursi tempatnya duduk.
"Tidak adil apa maksudmu?" kening pria paruh baya itu mengerut mendengar protes yang keluar dari mulut putranya.
"Papa, Kak Fahri bisa bebas menentukan pilihan hatinya, lalu mengapa denganku tidak? kenapa hanya aku yang dipaksa menikah dan diancam?" tanya Gavin dengan nada masih sopan.
"Karena Papa dan Mama sayang sama kamu Gavin, kami mau secepatnya melihat kamu menikah dan bahagia." Jawab Papa Raden meninggikan suaranya.
"Papa, Kak Fahri lebih tua. Mengapa bukan dia yang menikah duluan?" tanya Gavin menatap sang Papa dengan nanar.
"Cukup Gavin, Papa tidak mau dengar apapun. Katakan kamu mau menerima perjodohan ini atau tidak, jika tidak maka terima saja apa yang Papa katakan." Ujar Papa Raden lalu meninggalkan Gavin begitu saja.
Gavin memejamkan matanya, ia berusaha menahan amarah yang kini menyelimutinya. Andai kata bukan orang tuanya, ia pasti sudah meluapkan amarahnya.
"Aghhhhh!!!!" teriak Gavin frustasi.
WADUHHH MAS GAVIN JANGAN NOLAK DEH NANTI NYESEL😅😅
BERSAMBUNG..........................
Terima kasih utk karyanya Kak Author 🙏🏻💐
Sehat2 slalu & semangat utk karya barunya 💪🏻👏🏻