Cerita ini adalah fiksi dewasa yang diperuntukkan bagi pencari bacaan berbeda.
*****
Sekuel sekaligus akhir dari cerita 'Stranger From Nowhere'.
Makhluk yang sama, tempat yang sama, dengan tokoh dan roman yang berbeda.
***
Saddam kehilangan ibunya dalam sebuah kecelakaan pesawat di hutan Afrika.
Pria itu menyesali pertengkarannya dengan Sang Ibu karena ia menolak perjodohan yang sudah kesekian kali diatur untuknya.
Penasaran dengan apa yang terjadi dengan Sang Ibu, Saddam memutuskan pergi ke Afrika.
Bersama tiga orang asing yang baru diperkenalkan padanya, Saddam pergi ke hutan Afrika itu seperti layaknya mengantar nyawa.
Tugas Saddam semakin berat dengan ikutnya seorang mahasiswi kedoktoran bernama Veronica.
Seperti apa jalinan takdir mereka?
***
Contact : uwicuwi@gmail.com
IG : @juskelapa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Let's Get It On
Vero tak mau Saddam pergi sekarang. Setidaknya untuk saat ini, dialah orang yang bisa dipercayanya selain Rully.
Dia sudah pasrah jika pria itu melihatnya dalam keadaan polos. Toh seperti yang diberitakan orang selama ini, Saddam adalah pria yang sering meniduri banyak wanita. Pria itu pasti sudah menganggap tubuh wanita dan setiap bagiannya adalah hal yang biasa saja seperti seorang Dokter Kandungan melihat pasiennya.
Tapi Vero tak mau Saddam pergi meninggalkannya seperti itu. Terlebih Saddam hanya mengenakannya sebuah kaos oblong tanpa pakaian dalam dan memasukkannya ke dalam sleeping bag thermal. Vero khawatir Rizky akan kembali mendatanginya ke dalam tenda itu.
Vero perlahan bisa membuka kelopak matanya saat Saddam mengangkat kepalanya dan menyodorkan teh hangat dengan menggunakan tutup termos sebagai cangkirnya. Pria itu mengoleskan minyak angin ke leher, telinga, telapak tangan, punggung bahkan dadanya.
Kehangatan perlahan mulai menjalari tubuh Vero. Dia kembali bisa merasakan ujung-ujung jarinya yang bersentuhan dengan kaosnya.
Dari sudut matanya, Vero bisa melihat Saddam yang membereskan semua pakaian basah dan meletakkan pakaian kering di sebelah kirinya.
Dalam hati, Vero harus mengakui jika pria playboy di depannya ini ternyata adalah seorang melankolis yang rapi.
Saddam terlihat menatapnya beberapa saat sebelum pria itu setengah berjongkok untuk melewati pintu tenda hendak menuju ke luar.
Entah dari mana tenaga itu, entah bagaimana jadinya nanti. Vero tidak mau Saddam meninggalkannya malam itu. Dengan kekuatan baru yang mungkin didapatnya dari secangkir teh hangat, Vero berhasil menarik ujung jaket parka Saddam.
Pria itu menoleh ke belakang dan melihat ujung jaketnya. Bola mata coklat muda Saddam menatapnya penuh arti. Dengan cepat pria itu kembali memasukkan tangannya ke dalam sleeping bag. Vero merasa ingin berteriak agar Saddam mengerti apa yang diinginkannya.
Dia tak pernah merasa seagresif ini terhadap seorang pria. Malah hampir bisa dikatakan jika Vero tak pernah membayangkan hal-hal erotis tentang hubungannya bersama pria. Hidup Vero seperti kata Yana; monoton.
Tapi malam ini, Vero tak mau memikirkan alasan mana yang paling terdengar masuk akal untuk menahan pria itu di dekatnya.
Vero hanya ingin Saddam berada di dekatnya saat dia merasa tak berdaya seperti sekarang.
Vero masih menatap mata Saddam dengan tatapan sayu yang sesekali mengerjap. Dari bibirnya hanya mampu mengucapkan beberapa kata yang meminta pria itu tetap di sana.
Reaksi Saddam malah membuat Vero sangat kesal. Kenapa pria itu harus diam seperti banyak berpikir. Dia itu laki-laki kasar yang selalu memaksakan apa yang diinginkannya.
Tapi kenapa saat Vero menahannya Saddam seperti terlalu banyak berpikir. Apa karena Vero tidak masuk ke dalam standar wanita idaman Saddam.
Pikiran itu tiba-tiba merasuki dan membuat Vero ingin memalingkan wajah dan kembali menutup matanya.
Tapi Saddam kemudian berbalik untuk menutup pintu resleting tenda rapat-rapat. Kemudian pria itu membuka jaket parka dan kaos turtle neck thermal miliknya.
Dalam keremangan tenda Vero bisa melihat rambut halus yang menjalari dada Saddam yang lebar. Dengan cekatan pria itu membuka sleeping bag untuk menggeser tubuh Vero dan memberi ruang atas tubuhnya sendiri.
Tak sampai lima menit, Saddam sudah memeluknya di dalam kantong tidur hangat itu. Berpikir kalau hal yang bisa dilakukan Saddam hanya sebatas itu, Vero menahan nafas saat Saddam meraba pahanya untuk mencari tepi kaos oblong dan meloloskan dari kepalanya.
Kini dirinya benar-benar telanj*ng berada di pelukan pria asing. Apa yang akan dikatakan calon suaminya kelak jika mengetahui bahwa dirinya sudah ditelanj*ngi lebih dulu oleh pria lain.
Vero mengusir kekhawatirannya jauh-jauh karena mungkin bisa saja mereka tak akan bisa keluar dari hutan itu dengan selamat.
Saddam memeluknya erat. Dia merasakan tangan hangat pria itu mengusap-usap punggungnya untuk menimbulkan hawa panas.
Puncak dada Vero yang mengerut karena dingin merasakan gesekan kasar dengan dada yang berbalut rambut halus milik Saddam.
Vero merasakan panas kembali mengaliri tubuhnya. Nafas hangat Saddam begitu kencang terhela di atas leher putihnya. Tak sengaja dia malah menggeliat. Sedetik kemudian, Vero merasakan bibir Saddam telah mendarat di lehernya.
Ternyata begini rasanya. Hanya itu yang dikatakan pikiran Vero berkali-kali. Selebihnya Vero seperti kehilangan akal. Saat Saddam melepaskan kecupan panjang pada lehernya, Vero malah merasa tak cukup.
Tangannya kini berpindah membelai dada Saddam, beberapa detik kemudian mereka tenggelam dalam ciuman yang bertubi-tubi.
Saddam yang sepertinya sedari tadi menahan diri kini tampak melepaskan sebagian dirinya yang tertahan.
Vero menikmati setiap kecupan yang didaratkan pria itu di tubuhnya. Vero meneriaki dirinya murahan, tapi dia tak sanggup menepis ciuman Saddam yang sedang menjalar hingga ke dadanya.
Saddam terlalu lihai untuk pemula sepertinya.
Baru sebatas cumbuan tapi Vero sudah terengah-engah dan kegerahan. Terapi penyembuhan Saddam ini memang luar biasa pikirnya.
Saat Vero merasakan sesuatu dari tubuh Saddam yang sudah menantang, Vero juga merasakan sesuatu yang aneh di bawah sana. Dia ingin Saddam terus melanjutkan hingga ke titik dia merasa puas.
Tapi pria itu tiba-tiba berhenti meraba bagian tubuhnya. Saddam mengangkat wajahnya dari berlama-lama di dada Vero.
"Maaf. Aku harusnya jagain kamu. Bukan malah kayak gini," bisik Saddam menjauhkan wajahnya untuk menatap Vero.
Vero mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia tak tahu harus menjawab apa. Pikirannya tiba-tiba dipaksa turun ke bumi padahal sedetik yang lalu dia seperti sedang dibawa ke luar angkasa oleh Saddam.
Tangan kanan Saddam yang tadinya berada di perut Vero kini bergeser ke atas menuju puncak dada Vero dan mengelap air sisa ciuman dengan ibu jarinya. Hal itu membuat Vero sedikit menegangkan kakinya.
Vero malu mendengar kata-kata Saddam barusan. Harusnya dia juga tidak menikmati dan memancing pria itu. Vero merasa seperti ABG yang baru merasakan sentuhan laki-laki.
"Kamu marah?" tanya Saddam kepadanya. Vero benar-benar tak tahu maksud pertanyaan pria itu.
Marah karena menciumnya, atau marah karena pria itu menghentikan aktifitasnya.
"Eh?" Vero mengeluarkan suara tanpa memandang Saddam.
Saddam kembali menariknya dalam pelukan.
"Kayaknya suhu tubuh kamu udah kembali normal. Kamu bisa tidur sekarang. Tetap begini dalam pelukanku. Aku akan jaga kamu" Saddam berbicara lirih dari sela-sela kepala Vero yang didekapnya.
Vero tak bisa menjawab apa-apa. Hanya tangan kirinya kini sudah melingkari tubuh Saddam dengan luwes. Entah sebagai apa hubungan mereka esok hari, tapi malam itu Vero tak ingin Saddam pergi dari sisinya.
Matanya perlahan kembali mengantuk, sebelum tertidur Vero mengangkat kepalanya untuk melihat raut wajah Saddam. Pria itu membalas tatapannya.
"Jangan tinggalin aku sendiri lagi di hutan ini. Aku takut," lirih Vero hingga nyaris tak terdengar.
Saddam hanya memandang datar Vero seolah tanpa emosi. Dahi pria itu mengernyit. Kemudian dengan sedikit sentakan, tangan kanan Saddam sudah berhasil mengangkat tubuh Vero sedikit keatas hingga kepala mereka kini sejajar.
Mereka kembali berciuman. Vero terlelap dalam keadaan polos bersama Saddam di dalam sleeping bag thermal. Paha kanan Saddam yang berisi, berada di antara kedua paha Vero yang menjepitnya erat. Saddam benar-benar tak boleh pergi kemana-mana malam itu.
...***...
...***Visual tidak membatasi kalian ingin membayangkan siapa. Bebas. Jangan batasi imajinasi kalian. ...
...Tapi untuk yang dari kemarin nagih visual, bisa intip di Instagram : @juskelapa***_...
...Baca part ini pasti beda rasa ngos-ngosannya...
...Sok atuh dilike...