Novel ini aku tulis berdasarkan kisah nyata dari seseorang, tapi disini aku menambahkan sedikit ceritanya..
Namaku Melati, aku memiliki seorang sahabat , Lani namanya, yang sudah ku anggap seperti saudara sendiri.
Tapi Lani dengan teganya mengkhianati aku. Ia menikah dengan suamiku secara diam diam.
Marah... benci dan kecewa... itu yang aku rasakan ketika aku mengetahui pengkhianatan suami dan sahabatku.
Aku mencoba bertahan dengan menerima Lani sebagai maduku karena ia lagi mengandung anak dari suamiku.
Akankah aku sanggup bertahan selamanya atau aku pergi meninggalkan suami dan sahabatku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga puluh Lima
KARMA.... TAK PERLU BALAS DENDAM. DUDUK SAJA DAN MENUNGGU. SIAPAPUN YANG MENYAKITIMU SUATU SAAT AKAN KACAU BALAU DENGAN SENDIRINYA. DAN BILA KAMU BERUNTUNG TUHAN AKAN MEMBIARKAN KAMU MELIHATNYA.
Saat ini usia Nabila sudah lebih dari setahun. Itu berarti sudah hampir satu tahun aku menjalani rumah tangga yang penuh dengan sandiwara.
Mengapa aku katakan penuh sandiwara.. karena rumah tangga yang aku jalani ini penuh dengan kebohongan.
Aku yang semakin jauh dari mertua, aku tak pernah mengunjungi rumah mas Willy lagi begitu juga dengan mama mas Willy yang tak mau lagi datang kerumah kami.
Aku mendengar dari tante nya Willy, adik papanya jika saat ini rumah tangga kakak nya Willy sedang ada masalah. Aku memang cukup dekat dengan tante Willy karena ia yang kurang akur dengan mama Willy.
"Apakah ini yang dinamakan karma.. aku mendengar kak Shinta masuk rumah sakit karena mengetahui suaminya telah menikah lagi. Mama mas Willy sampai mendatangi rumah madunya kak Shinta untuk melabrak wanita itu. Apakah mama tidak sadar jika anaknya Willy juga melakukan hal yang sama."
Willy pulang kantor dengan wajah yang murung, aku tahu pasti ia sedang memikirkan nasib pernikahan Kak Shinta. Jika dalam kasus kak Shinta, suami nya yang ingin menceraikan kak Shinta, tapi ia tak mau. Sedangkan dalam rumah tanggaku, aku yang ingin bercerai tapi Mas Willy yang tak mengabulkan.
"Ada apa mas... kelihatannya lagi banyak pikiran"tanya ku pura pura nggak tahu
"Aku lagi memikirkan Kak Shinta"
"Apa yang terjadi dengan Kak Shinta"
"Suaminya mengajukan surat cerai ke pengadilan, tapi kak Shinta tidak bisa terima, ia masih inginkan rumah tangganya utuh dengan mas Deni"
"Mengapa mas Deni menggugat cerai kak Shinta"
"Ia memiliki istri yang lain "gumam Willy
"Bagus dong jika mas Deni menggugat cerai, jika aku jadi kak Shinta aku bersyukur banget digugat cerai. Berarti bisa bebas dari suami yang tak bisa menjaga kesetiaannya "
"Melati... aku sedang pusing, jangan mencari cari keributan"
"Loh... kapan aku mencari keributan. Aku kan cuma beri pendapatku "ucap Melati sambil tersenyum
"Aku tahu kamu saat ini menyindir aku. Aku juga tahu mungkin ini semua karma Tuhan atas perbuatan aku, tapi bukan berarti kamu harus begitu senangnya mendengar kak Shinta mendapat masalah... rumah tangga itu memang harus dipertahankan, tak boleh ada perceraian "
"Maaf mas.. mungkin aku jahat atau kejam, tapi aku memang sedikit gembira karena karma itu akhirnya datang juga. Kamu dan mama akhirnya bisa tahu bagaimana rasa sakit dan kecewa yang pernah aku rasakan. Kamu pasti dapat melihat bagaimana kesedihan dan sakit hati yang kak Shinta rasakan saat ini."
"Buat apa mempertahankan rumah tangga jika di dalam nya banyak terdapat kebohongan"gumamku
"Melati.. aku benar banar capek. Jangan menambah pikiranku. Kak Shinta saat ini lagi sakit, aku pulang hanya untuk mengganti pakaian, dan aku mau langsung pamit ke rumah sakit."
"Aku boleh ikut... "
"Kamu... mau ikut"
"Kalau tak boleh, tak apa.. siapa tahu ada orang yang tak ingin bertemu denganku disana"
"Mela...aku hanya tak ingin nanti kamu bertengkar dengan mama "
"Apa aku pernah memulai pertengkaran... "
"Tapi Nabila dengan siapa.. "
"Dengan bibilah... "
"Baiklah.. kamu siap siaplah"
Di rumahku saat ini memang sudah ada seorang pembantu, jika dulu aku menolak ada pembantu, tidak saat ini. Bukankah itu lebih baik dari pada aku yang harus mengerjakan semuanya, karena bagaimanpun aku melakukan semuanya, tetap salah dimata mertuaku.
Bibi aku bawa ikut juga. Tapi bibi yang menggendong Nabila, aku minta tunggu di lobby saja. Aku akan menjenguk kak Shinta sebentar saja.
"Selamat malam kak Shinta... "ucap ku begitu masuk ruang inap kak Shinta
Kak Shinta yang melihatku langsung menangis dan memeluk ku erat.
"Maafkan kak Shinta, Melati... "
"Maaf untuk apa kak... kak Shinta tidak ada salah denganku"
"Maafkan Kak Shinta yang selama ini tak bisa berbuat apa apa saat Willy menduakan kamu, saat ini baru kak Shinta dapat merasakan bagaimana sakitnya dan terlukanya hatimu karena pengkhianatan suamimu.. "ucap Kak Shinta menangis makin keras
"Itu bukan salah kak Shinta, mungkin sudah takdir dari Tuhan aku harus menjalani nasib seperti ini"
"Ini pasti karma atas perbuatan Willy, tapi mengapa kak Shinta yang harus mengalaminya, padahal Kak Shinta menentang semua perbuatan Willy walau tak bisa mencegahnya... seharusnya mama yang dapat karmanya"ucap Shinta histeris
"Kamu bicara apa.. tak ada karma.. Willy melakukan semua itu tak ada hubungannya dengan nasib yang kamu jalani saat ini. "
"Mela... aku tak kuat. Bagaimana kamu bisa menjalani dan mengahadapi semua ini"
"Jangan kamu samakan suami kamu dengan Willy, ia masih menjalani kewajibannya. Ia tak mengabaikan Melati, mengapa Melati harus sakit hati. Lagi pula Willy menikah lagi dengan wanita baik baik, tidak seperti suami kamu yang menikahi pel*cur"
"Apa bedanya ma... seorang wanita perusak rumah tangga orang semuanya pel*cur. Mengapa mama masih aja membela Willy dan Lani, padahal jelas jelas mereka salah, dan aku yang mendapat karmanya"
Melati hanya diam mendengar semua ucapan kak Shinta. Ia merasa sakit hati karena mama mertua nya masih saja membela anaknya Willy dan Lani.
"Sudah lah Shinta.. kamu lagi sakit.. jangan banyak bicara dan berpikir. Melati sebaiknya kamu pulang, kedatangan kamu membuat tambah pikiran Shinta"
"Ma aku datang hanya ingin melihat keadaan kak Shinta, bukan ingin menambah pikirannya. Jika kehadiran aku memang tak pernah mama harapkan.. aku minta maaf. Kak Shinta aku pamit dulu. Semoga kak Shinta cepat sembuh dan tabah menjalani semua takdir hidup ini. "
"Melati.. terima kasih. Semoga kamu juga dapat tabah menjalani semua ini. Aku bisa merasakan bagaimana rasanya sakit hatimu, semoga suatu saat mama dan Willy menyadari semua kesalahannya."
Melati berjalan keluar dari ruangan diikuti Willy. Ia tak mengerti,mengapa mama mertuanya selalu saja menyalahkannya,jika ia tak menjenguk dibilang tak ada perhatian, menjenguk Shinta dibilang menambah pikirannya.
"Melati.. maaf mas tak bisa mengantar pulang, Kamu bisa pulang pakai taksi aja.. "
"Ya.. mas. Aku sudah terbiasa sendiri"
"Mela...aku harus menemani mama, kamu lihat sendirian jika kak Shinta dan mama selalu saja bertengkar"
"Mas... aku pamit"
Setelah Melati pergi, Willy kembali ke kamar dan mendapati mamanya dan kak Shinta bertengkar.
"Mengapa kamu bilang ini salah mama.. yang berselingkuh itu suami kamu, mengapa kamu menyalahkan mama dan Willy"
"Karena ini karma atas perbuatan Willy.. dan mama yang mendukung perbuatan Willy"
"Cukup kak Shinta.. jangan asal bicara.. "
"Mengapa kak Shinta asal bicara.. memang betulkan ...kalau yang kakak alami saat ini balasan Tuhan atas apa yang telah kamu lakukan pada Melati. Sakit Willy... sakit hatiku ketika aku tahu suami aku berkhianat.."
"Suami kamu saja yang tak bisa menjaga kesetiaan dan nafsunya"
"Apa mama belum sadar juga.. apa yang suami aku lakukan sama dengan yang dilakukan Willy, mereka hanya mengutamakan nafsu sehingga tidak memikirkan istri mereka dirumah yang dengan setia menunggu suaminya. Apakah mama baru akan sadar dan dapat merasakan sakit hati nya Melati setelah mama mengalami sendiri.. menunggu papa selingkuh baru mama tahu rasa sakit hati Melati"
"Cukup Shinta... kamu sepertinya sudah sangat stres.. makanya bicaramu ngawur. "
"Ya... aku sudah gila... aku tak mau bercerai dengan mas Deni.. aku masih mau menjadi istrinya.. "teriak Shinta histeris.
"Buat apa dipertahankan lelaki bajing*n seperti itu kak.. "
"Kamu yang bajing*n Willy... apa kamu tak sadar.. kamu lebih bajing*n lagi dari mas Deni... kamu berselingkuh dengan sahabat istrimu sendiri. Pasti sakitnya lebih dari yang aku rasakan saat ini"teriak Shinta lagi
"Shinta cukup... mama tak mau mendengar apapun lagi ,mama tak ingin kamu masih menyalahkan Willy atas apa yang suami kamu lakukan"ucap mama dengan suara keras.
Mama dan Willy meninggalkan ruangan itu, karena tak ingin melihat Shinta yang masih terus histeris.
**********************
Terima kasih untuk semua pembaca setia novel ini.
ternyata ada ya, kisah nyata yg mirip kisah halu di dunia pernovelan..
ternyata main ku kurang jauh, hehehe..
semua memang telah ditakdirkan dan kita hanya tinggal menjalankan..
tetapi dalam menjalani kehidupan, kita jg diberi kesempatan untuk memilih mana jalan yg akan kita tempuh..
jadi walau semua telah ditakdirkan, tetapi kita jg tetap punya andil dalam memilih jalan yg akan dilalui..
rasanya bener2 gak habis pikir, sekeluarga dipenuhi dg laki2 yg suka mendua bahkan lebih..
semua perbuatan pasti ada balasannya..
dan semua tokoh telah mendapatkan balasannya sesuai dg perbuatan masing2..
semoga kita bisa menjadi pribadi yg selalu bersyukur dg apa yg kita punya dan terhindar dari penyakit hati, salah satunya iri dengki..
manusia memang tempatnya salah dan lupa..
tapi dengan belajar ilmu agama, kita bisa memilih jalan benar untuk ditempuh..
keren banget ceritanya mam..
kadang ikut kesel jg sama mama Elly terutama..
kok ada orang sesombong dan se-egois itu..
maunya menang sendiri dan gak mau disalahkan..
selalu berprasangka buruk dan keinginannya harus selalu dituruti..
oke deh mama, semoga sehat terus yaa..
tetap semangat berkarya dan semoga sukses selalu..
💪🏻🙏🏻😘🥰😍🤩💕💕💕
cuss lanjut novel berikutnya.. 🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️