Sahabatku Maduku
Aku tak pernah mengira jika sahabat yang selama ini aku anggap saudara adalah maduku. Ia yang telah merebut kebahagiaanku bersama suami.
Namaku Melati. Aku lahir dari keluarga yang kurang mampu. Aku memiliki seorang sahabat, Lani namanya. Ia berasal dari keluarga yang cukup berada.
Aku anak yatim sehingga untuk biaya sekolah saja ibuku susah payah mencarinya. Ayah Lani-lah yang sering membantu biaya sekolahku. Sampai akhirnya kami berpisah karena Lani harus kuliah di luar kota mengikuti ayahnya yang pindah ke kota itu.
Setelah tamat SMU, aku bekerja disalah satu butik. Aku tak melanjutkan kuliah karena tak ada biaya. Di sinilah aku berkenalan dengan suamiku.
Kami berpacaran tidak lama, hanya tiga bulan, setelah itu Willy nama pacarku mengajak menikah. Aku pun menyetujuinya. Ternyata ibunya Willy kurang merestui hubungan kami. Hanya karena Willy mencintaiku, ibunya terpaksa merestui.
Pada bulan ketiga pernikahanku, ibuku meninggal dunia. Untung ada Willy yang selalu menghiburku. Satu tahun pertama pernikahanku, hidupku penuh kebahagiaan dan aku dikarunia seorang anak perempuan yang sekarang berusia satu bulan.
Lani yang libur kuliah, mendatangiku dan menginap di rumah. Di sinilah ternyata awal kehancuran rumah tanggaku. Tanpa curiga, aku membiarkan Willy dan Lani keluar berdua dengan alasan membeli keperluan bayi. Terkadang Lani-lah membantuku memasak buat suamiku.
"Kamu selain cantik, pandai memasak juga. Jarang wanita cantik kaya seperti mu pandai masak," puji suami di depanku.
"Lani memang wanita yang sempurna. Dia cantik, baik, cerdas, dan tak sombong walau dari keluarga berada," ucapku.
Semenjak hari itu, aku melihat Lani dan Willy makin akrab. Mereka sering tertawa bersama. Entah apa yang mereka bicarakan. Satu bulan lamanya Lani menginap di rumahku selama liburan kuliahnya.
Ketika akan pamit kembali ke kota tempat tinggalnya, Lani memelukku erat sambil berkata, "Maafkan aku Melati ... aku tak pernah bemaksud merebut kebahagiaanmu."
"Maksudmu apa, Lani?" tanyaku dengan perasaan yang mulai tak enak.
"Karena aku harus pindah ke luar kota jadi aku tak bisa bersamamu lagi. Seandainya aku masih di sini, pasti ayahku juga akan biayai kuliahmu juga."
"Nggak apa apa. Aku juga sudah bahagia dengan keluargaku saat ini."
"Aku pamit, jaga dirimu baik baik."
"Kamu juga hati-hati."
....
Dua bulan sudah berlalu sejak Lani kembali ke kota tempat tinggalnya. Ibu mertua mendatangi rumah kami.
"Melati, ibu harus mengatakan ini karena Willy tidak akan berani mengatakannya," ucap ibu mertua begitu ia duduk.
"Ibu mau mengatakan apa?" tanyaku mulai khawatir.
"Willy telah menikahi sahabatmu Lani sebulan yang lalu, karena Lani saat ini sedang mengandung anak Willy."
"Maksud Ibu apa ...?" tanyaku. Rasanya ingin menangis.
"Sewaktu Lani di sini, dia menjalin hubungan dengan Willy sehingga ia hamil. Willy harus bertanggung jawab. Ibu juga telah menikahkan mereka. Ibu minta kamu jangan pernah mengatakan pada orang tua Lani jika Willy suamimu, karena orang tuanya tahu Willy belum berkeluarga"
"Bu ... mengapa kalian tega melakukan ini padaku? Apa salahku?"
"Salahmu ... kau bukan berasal dari keluarga seperti Lani. Aku lebih senang punya menantu Lani. Aku harap kamu mengerti. Willy tak mau menceraikanmu, padahal ibu sudah memintanya atau kamu saja yang mengajukan cerai pada Willy. Ibu akan senang jika kamu melakukan itu. Ibu akan memberi biaya hidup buat anakmu sampai ia dewasa," ucap Ibu mertuaku
"Aku tak mungkin pisah dengan Willy, Bu!"
"Kalau begitu kamu harus mau dimadu dan ingat pesan ibu ... jangan sampai orang tua Lani tahu status Willy," ancam Ibu sebelum meninggalkan rumahku.
Aku akhirnya menerima semua penderitaan dalam hidupku. Perhatian Willy tetap sama, tetapi hatiku tak bisa dibohongi jika aku kecewa padanya.
Willy sering meminta maaf dan berlutut di kakiku. Ia mengakui kekhilafannya, tetapi aku tak bisa sepenuhnya memaafkannya.
Mungkin bagi orang yang mengetahui kisahku, mengatakan aku bodoh karena mau bertahan, tetapi aku tak bisa berbuat apa apa. Aku hanya sebatang kara di dunia ini.
Lani pernah mencoba menghubungiku, tetapi tak pernah aku tanggapi. Aku mencoba menjalani hidup ini dengan ikhlas. Mungkin takdirku memang begini.
Willy memenuhi segala kebutuhanku bahkan ia memberiku banyak kemewahan. Berbeda dengan Lani, walau Willy tetap memenuhi kewajibannya, tetapi ia hanya sesekali pulang ke tempat Lani.
Sampai saat ini anakku telah besar. Aku tak pernah menganggap ada Lani walau terkadang terpikirkan juga saat Willy mengatakan ia akan keluar kota. Aku tahu itu pastilah ia mengunjungi Lani dan anaknya.
Apakah ujian hidupku telah berakhir? Belum karena Willy bukan nya berubah, tetapi makin menjadi.
Aku akan menceritakan semua perjalanan hidupku pada bab-bab berikutnya.
Semoga semua yang membacanya dapat mengambil pelajaran dari kisah hidupku ini.
(Novel ini diambil dari kidah nyata)
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Adi Darmanto
bagus ....Aja!!
2023-01-13
1
Jasmine
klu lani tdk pernah menyakiti hati melati so what gitu lho...klu aku diposisi itu meskipun di madu klu masih penuh perhatian dan nafkah suami lahir dan batin tak masalah...justru itu mjd cth yg baik buat para suami yg poligami tp adil pd istri tua
2023-01-06
0
ᥫ᭡ིྀℜ𝔦𝔫𝔦 𝔤𝔢𝔪𝔦𝔫𝔦 ིྀও•∘
bru bc udah sesak dadaku thor
2022-11-10
0