NovelToon NovelToon
Akad Yang Tak Kuinginkan

Akad Yang Tak Kuinginkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikah Kontrak
Popularitas:15.7k
Nilai: 5
Nama Author: Shinta Aryanti

Jingga Nayara tidak pernah membayangkan hidupnya akan hancur hanya karena satu malam. Malam ketika bosnya sendiri, Savero Pradipta dalam keadaan mabuk, memperkosanya. Demi menutup aib, pernikahan kilat pun dipaksakan. Tanpa pesta, tanpa restu hati, hanya akad dingin di rumah besar yang asing.

Bagi Jingga, Savero bukan suami, ia adalah luka. Bagi Savero, Jingga bukan istri, ia adalah konsekuensi dari khilaf yang tak bisa dihapus. Dua hati yang sama-sama terluka kini tinggal di bawah satu atap. Pertengkaran jadi keseharian, sinis dan kebencian jadi bahasa cinta mereka yang pahit.

Tapi takdir selalu punya cara mengejek. Di balik benci, ada ruang kosong yang diam-diam mulai terisi. Pertanyaannya, mungkinkah luka sebesar itu bisa berubah menjadi cinta? Atau justru akan menghancurkan mereka berdua selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelukan Hangat…

Hujan baru saja reda, tapi sisa rintiknya masih menetes pelan dari atap restoran mewah itu. Udara malam lembap, aroma tanah basah bercampur samar dengan parfum mahal para tamu reuni yang mulai bubar. Lampu-lampu taman di area parkir memantulkan bayangan Jingga yang berjalan cepat, menunduk, dengan langkah tergesa. Gaun emerald-nya berkilau samar di bawah cahaya kuning lampu jalan.

“Jingga!” suara laki-laki itu memecah udara.

Langkah Jingga terhenti. Ia mengenali suara itu tanpa perlu menoleh.

Perlahan, ia berbalik. Kevin berdiri tak jauh di belakangnya, masih dengan kemeja putih yang kini agak basah, rambutnya berantakan oleh angin. Tatapan mereka bertemu, diam-diam memanggil masa lalu yang belum sepenuhnya mati.

“Terima kasih sudah mengungkapkan kejujuran tadi, Kev” ujar Jingga, suaranya datar tapi matanya jernih.

Kevin menelan ludah, lalu melangkah mendekat. “Seandainya aku tahu dari dulu kalau gosip itu masih saja menyebar, aku pasti sudah menjelaskan pada mereka berulang kali… sampai mereka tak lagi membicarakanmu.”

Ia menarik napas panjang, lalu menunduk. “Maafkan aku, Jingga, aku sangat terlambat”

Untuk sesaat hanya suara rintik hujan dari pepohonan yang terdengar. Jingga menatap Kevin, lembut tapi tetap menjaga jarak.

“Sudahlah, bukan salahmu.” Ia tersenyum kecil. “Aku pulang dulu, ya.”

Ia berbalik hendak pergi, tapi suara itu kembali menahannya.

“Jingga.”

Langkah Jingga berhenti lagi.

“Yang aku ucapkan tadi… tentang perasaanku padamu…” Kevin menatapnya dengan mata teduh tapi berat. “Itu fakta. Dan masih sampai sekarang.”

Ada jeda panjang. Jingga menatapnya lama, seolah mencari sisa-sisa dirinya yang dulu pernah hancur gara-gara wajah tampan pria itu yang sangat diinginkan oleh Lidya. Tapi kini, rasanya ia terlalu letih untuk menangkap makna di balik kata “masih.”

“Selamat malam, Kevin,” ucapnya akhirnya, tenang. Ia sedang tak butuh kata manis. Fisik dan hatinya sama-sama lelah.

Kevin mencoba tersenyum, suaranya terdengar getir. “Selamat malam… sampai ketemu lagi, Jingga.”

Namun senyum itu segera pudar saat sebuah mobil hitam berhenti di depan Jingga. Mobilnya besar, elegan, dengan lampu yang memantul di genangan air. Dari balik pintu yang terbuka, turun seorang pria berjas abu-abu, wajahnya tegas dan tampan. Tubuhnya tegap, gerakannya tenang tapi punya wibawa yang membuat Kevin otomatis menegakkan badan.

Tatapan pria itu tajam ke arah Kevin, hanya sepersekian detik, tapi cukup membuat udara di antara mereka menegang. Setelah itu, ia menatap Jingga dengan ekspresi yang sama sekali berbeda, penuh khawatir dan lembut.

“Pak Savero?” Jingga tertegun, hampir tak percaya. “Bapak ngapain di sini?”

Savero tidak langsung menjawab. Ia melepas jasnya dan menyelimutkannya di bahu Jingga. “Kamu kedinginan,” ucapnya pelan. Tangannya yang besar mengusap lembut rambut Jingga yang masih basah.

Jingga diam terpaku. Detak jantungnya melonjak, bukan karena dingin, tapi karena sesuatu yang lebih rumit dari itu.

“Ayo, kita pulang,” kata Savero datar, tapi suaranya hangat.

“Saya bisa pulang sendiri, Pak,” elak Jingga pelan.

“Sudah, ayo,” ucapnya lagi, kali ini lebih lembut tapi tegas.

“Tapi Nisa… Nisa masih… “

“Nisa sudah pulang,” potong Savero. “Saya yang antar kamu.”

Jingga ingin menolak, tapi tubuhnya sudah terlalu lelah. Sepatu heels-nya pun terasa menyakitkan di kaki. Ia hanya mengangguk kecil dan mengikuti Savero. Kevin hanya bisa menatap dari jauh, dadanya berdenyut aneh. Ada rasa asing yang menekan, antara cemburu dan penasaran. Siapa pria itu? Ia merasa pernah melihat wajahnya di sebuah acara bisnis atau berita korporat, tapi tak yakin.

Savero membukakan pintu mobil untuk Jingga, gerakannya sopan tapi protektif. Jingga masuk tanpa banyak kata, dan mobil itu meluncur perlahan meninggalkan area restoran, menyisakan Kevin di bawah lampu parkir yang kini redup.

Di dalam mobil, hanya suara mesin dan gesekan ban dengan aspal yang terdengar. Jingga menatap keluar jendela, melihat bayangan lampu kota yang menari di genangan air. Savero diam, tapi sesekali meliriknya.

Setelah beberapa menit, ia menepi di sisi jalan yang agak sepi. Tanpa berkata apa-apa, Savero mengambil tisu dari dashboard dan mulai mengelap pelan rambut Jingga yang masih basah.

“Kalau mau menangis, menangislah,” katanya lirih.

Jingga menoleh, lalu tertawa kecil. “Siapa yang nangis? Saya cuma kedinginan.”

Nada suaranya berusaha ceria, seperti biasa. Tapi matanya tak bisa bohong, ada bayangan getir di sana, seperti langit yang memendam badai.

Savero menatapnya lama, lalu tanpa pikir panjang, ia mencondongkan tubuh dan memeluk Jingga.

Pelukannya kuat, tapi tak memaksa. Seolah ingin memindahkan seluruh kehangatan yang ia punya untuk menenangkan Jingga.

Jingga kaget, tubuhnya sempat kaku, tapi tak lama kemudian bahunya mulai bergetar. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya jatuh. Satu, dua, lalu mengalir deras di dada Savero.

“Sudah… sudah,” bisik Savero pelan sambil mengelus punggungnya. “Aku ada di sini.”

Entah Savero sadar atau tidak, kata-kata itu meluncur begitu saja.

Dan entah Jingga mendengarnya atau tidak, karena gadis itu kini tenggelam dalam tangisnya sendiri. Tangis yang sudah bertahun-tahun tertahan, tentang gosip, penghinaan, rasa malu, dan semua luka yang tak sempat ia balas. Tapi malam itu, untuk pertama kalinya, ia merasa aman dalam pelukan seseorang.

Ketika mobil akhirnya berhenti di depan rumah Savero, Jingga sudah lebih tenang. Ia segera membersihkan diri, mengganti baju, dan keluar dari kamar mandi dengan rambut masih lembap. Savero sudah duduk di kursi kerjanya, melepaskan dasinya, menatap layar ponsel tapi matanya tampak lelah.

“Terima kasih, Pak… untuk yang tadi.” kata Jingga pelan.

Savero mengangguk. “Tidurlah.”

“Baik Pak,” ujar Jingga cepat sambil berjalan menuju sofa tempat ia biasa tidur.

Savero menoleh. “Kamu tidur di ranjang.”

“Tapi… “

“Tidak ada tapi.”

Nada suaranya lembut tapi tegas. “Kamu yang habis kerja seharian, lalu menghadiri reuni yang menjijikkan itu dan kena hujan. Saya bisa tidur di sofa. Sudah, jangan banyak protes.”

Jingga menatapnya bingung, lalu tertawa kecil. “Pak Savero, kan Bapak yang bilang sendiri… saya gak boleh menyentuh tempat tidur Bapak.”

Savero menatapnya, senyumnya samar. “Untuk malam ini, larangan itu saya cabut, Jingga. Jadi sudah, tidurlah.”

Jingga terdiam. Ada sesuatu di nada itu, bukan sekadar perhatian seorang atasan pada bawahan. Tapi ia terlalu lelah untuk mencari artinya. Ia hanya mengangguk, lalu berjalan menuju tempat tidur.

Sebelum membaringkan diri, ia sempat melihat Savero mengambil bantal dan menyandarkan diri di sofa, menatap ke langit-langit dengan napas panjang.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya sejak reuni itu, Jingga tertidur tanpa mimpi buruk. Tapi Savero… tak bisa memejamkan mata. Di kepalanya masih terngiang suara tangis Jingga, dan di dadanya masih terasa jejak hangat tubuh yang tadi ia peluk.

(Bersambung)…

1
Purnama Pasedu
ooo,,,,savero baru tahu,,,pelan pelan ya
Purnama Pasedu
pas tahu jingga dah nikah,gimana Kevin y
Mar lina
Semoga Kak Savaro
langsung mp sama Jingga...
biar Kevin gak ngejar-ngejar Jingga
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
Nuriati Mulian Ani26
ohhh kasihan jingga
Nuriati Mulian Ani26
😄😄😄😄😄. Thor lucu banget aduhhh
Nuriati Mulian Ani26
😄😄😄😄. keren alurnya thor
Purnama Pasedu
nikmatilah jingga
Nuriati Mulian Ani26
lucuuuuuuu
Nuriati Mulian Ani26
bagusss ceritanya
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙂𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profil ku ya😌
total 1 replies
Mar lina
aku mampir
Nuriati Mulian Ani26
😄😄😄😄😄 lucu menarik sekali
Nuriati Mulian Ani26
aku sangat tertarik kekanjutanya ..keren dari awal ceritanya
Halimatus Syadiah
lanjut pool
Lily and Rose: Siap Kak 🥰
total 1 replies
Purnama Pasedu
survei resepsi pernikahan ya jingga
Lily and Rose: Ide bagus… bisa jadi tempat buat mereka resepsi juga tuh Kak 😁
total 1 replies
Purnama Pasedu
kamu salah jingga
Lily and Rose: Iya, Jingga salah paham terus 😂
total 1 replies
Halimatus Syadiah
Thor up dete kelamaan ya, tiap hari nungguin trus , kl bisa tiap hari ya 👍
Lily and Rose: Siap Kak, Author update sesering mungkin pokoknya 🥰
total 1 replies
Desi Permatasari
update kak
Lily and Rose: Done ya Kak…
total 1 replies
Purnama Pasedu
ada kevin
Lily and Rose: Ide bagus 🥰
total 1 replies
Cookies
lanjut
Lily and Rose: Siap Kak
total 1 replies
Purnama Pasedu
Nisa yg lapor ya pa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!